Menuju konten utama

Ekonomi Indonesia-Cina Diharapkan dapat Saling Melengkapi

Indonesia dan Cina diharapkan dapat saling melengkapi dalam menjalin hubungan kerja sama yang baik untuk masa mendatang karena Indonesia dan Cina memiliki potensi sumber daya yang dapat memenuhi kebutuhan masing-masing pihak

Ekonomi Indonesia-Cina Diharapkan dapat Saling Melengkapi
Suasana bongkar muat pelabuhan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Bank Indonesia (BI) melaporkan surplus neraca perdagangan Indonesia meningkat pada bulan September 2016 sebesar 1,22 miliar dollar AS, lebih tinggi dibandingkan surplus pada Agustus 2016 yang sebesar 0,36 miliar dollar AS. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa.

tirto.id - Indonesia dan Cina diharapkan dapat saling melengkapi dalam menjalin hubungan kerja sama yang baik untuk masa mendatang. Seperti dilaporkan oleh kantor berita Antara, mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chaerul Tanjung mengatakan “Indonesia dan Tiongkok memiliki potensi sumber daya yang dapat memenuhi kebutuhan masing-masing pihak,” katanya, di Beijing, Jumat (28/10/2016) malam.

Chaerul Tanjung mengemukakan, secara umum hubungan serta kerja sama Indonesia dan Cina semakin luas cakupannya.

"Namun, dari sisi perdagangan saja, kita masih defisit. Padahal, kerja sama itu kan harus saling menguntungkan," tuturnya.

Misalnya, selama ini Cina selalu mengimpor bahan mentah dari Indonesia, kemudian diproses dan dijual kembali ke negara lain, termasuk Indonesia dengan produk yang memiliki nilai tambah lebih tinggi.

"Ini jelas merugikan Indonesia"" ungkapnya.

"Kerja sama akan saling menguntungkan, jika proses pengolahannya dilakukan di Indonesia, sehingga Indonesia dapat nilai tambah, hasilnya dapat diekspor ke Tiongkok, bahkan diolah lagi untuk `re-finish' dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Sehingga Indonesia-Tiongkok sama-sama dapat manfaat," tuturnya menegaskan.

Dengan demikian, kedepan tidak ada lagi bahan mentah yang diimpor Cina dari Indonesia.

"Harapan saya, tidak ada ada lagi ekspor bahan mentah yang bernilai tambah kecil. Karena bagaimanapn ekspor barang bernilai tambah tinggi akan memberikan kesejahteraan rakyat, karena lapangan kerja juga akan terbuka luas," tuturnya.

Ia memaparkan Cina kini mulai melihat Indonesia sebagai negara tujuan investasi yang menjanjikan. Namun, Cina belum menjadi negara utama yang menanamkan modalnya di Indonesia. Padahal, Cina memiliki cadangan devisa besar, kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia..

"Seharusnya, Tiongkok menjadi nomor dua atau bahkan nomor satu dalam lima tahun ke depan, sebagai negara yang paling besar menanamkan modalnya di Indonesia, mengingat Tiongkok dalam kurun waktu tersebut akan menjadi kekuatan ekonomi dunia terbesar," ungkapnya.

Ia menerangkan masih banyak tantangan yang dihadapi dalam hubungan antara Indonesia-Cina, maka diperlukan strategi cerdas agar hubungan serta kerja sama yang dijalin dengan Cina memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia.

Dalam paparannya bertajuk "The New era of Asia in Changing World: The Future of China-Indonesia) Relationship, CT mengungkapkan jumlah foreign direct invesment (FDI) Indonesia tercatat 15 miliar dolar AS, sedangkan FDI Tiongkok tercatat 250 miliar dolar AS.

Di Indonesia konsumsi menjadi penyumbang terbesar bagi Produk Domestik Bruto (PDB) yakni sekitar 56 persen, sedangkan di Cina investasi menjadi penyumbang terbesar PDB yaitu sekitar 47 persen.

"Sebagai dua negara besar di masing-masing kawasan, Indonesia dan Tiongkok dapat menjadi lokomotif kebangkitan ekonomi Asia di masa datang, begitupun India. Meski saat ini secara global, ekonomi dunia sedang mengalami goncangan. Tiongkok meski mengalami pula perlambatan, tetap stabil. Dan Indonesia sangat mungkin untuk bisa tumbuh dalam kisaran enam-tujuh persen pada tahun-tahun mendatang," katanya.

Baca juga artikel terkait PERDAGANGAN atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Bisnis
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh