Menuju konten utama

Dukung Anies-Sandi, Lulung dan Kawan-Kawannya Dipecat PPP

PPP di bawah kepemimpinan Djan Faridz memecat 10 kadernya, termasuk Haji Lulung, dan membekukan DPW PPP DKI Jakarta karena mereka menolak perintah untuk mendukung Ahok-Djarot dan malah menyokong Anies-Sandi.

Dukung Anies-Sandi, Lulung dan Kawan-Kawannya Dipecat PPP
Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Djan Faridz (kanan) bersama Waketum DPP PPP Humphrey Djemat (kiri) memberikan keterangan pers terkait pemecatan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan (DPW PPP) DKI Jakarta Abraham Lunggana atau Haji Lulung di Kantor DPP PPP, Jakarta, Senin (13/3/2017). PPP resmi memecat Ketua DPW PPP DKI Abraham Lunggana karena melanggar AD/ART partai dengan mendeklarasikan dukungan kepada pasangan calon gubernur-wakil gubernur nomor urut tiga Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga.

tirto.id - Ketua Umum DPP PPP, Djan Faridz mengumumkan telah memecat 10 kadernya dan membekukan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PPP DKI Jakarta. Di antara 10 kader PPP itu, termasuk Ketua DPW PPP DKI Jakarta dan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Abraham Lunggana alias Haji Lulung.

“Dia dipecat dari PPP karena dukung Anies-Sandi,” kata Djan di kantor pusat DPP PPP, Jakarta, pada Senin (13/3/2017).

Menurut Djan, Lulung sudah diberi surat peringatan resmi sebanyak 3 kali karena menolak keputusan DPP PPP yang mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat di Pilkada DKI Jakarta 2017. Surat yang sama juga dikirim ke para kader DPW PPP DKI Jakarta.

“Kami sepakat sudah mencoba menemui, membujuk, tabayyun, tapi imbauan DPP tidak diindahkan. Jadi DPP sepakat untuk memecat ketua DPW DKI Jakarta yang bernama Haji Lulung termasuk anggota DPRD yang mengikuti jejak beliau menyatakan dukungan kepada paslon yang tidak sepaham dengan DPP PPP,” kata Djan.

Djan menjelaskan keputusan tegas DPP PPP ini untuk mencegah agar kubu partainya tidak terbelah di Pilkada DKI Jakarta 2017.

“Kami tidak ingin terpecah belah. Kami ingin satu saudara. Kami tidak ingin dianggap PPP yang berkaki seribu, kami hanya mendukung pasangan Ahok-Djarot karena hanya mereka yang melaksanakan perjanjian dengan PPP untuk melaksanakan program-program,” Djan menegaskan.

Meskipun demikian, Djan masih membuka kesempatan bagi Lulung dan kawan-kawannya untuk kembali menjadi kader PPP di kepengurusannya. Syaratnya, mereka harus mendukung Ahok-Djarot.

“Kalau ada yang lain, boleh. Tapi jangan berada di PPP, karena berlawanan dengan DPP,” tutur Djan.

Selepas pemecatan massal ini, kepengurusan DPW PPP disusun ulang di bawah kepengurusan Ahmad Gozali Harahab sebagai ketua dan Sudarto sebagai sekretaris. Kader-kader yang masih setia dengan perintah DPP PPP masuk di kepengurusan itu.

Sudarto menjelaskan proses pembentukan ulang kepengurusan DPW PPP itu dilakukan secepatnya setelah keputusan pemecatan Lulung dan kawan-kawannya muncul. Kendati demikian, Sudarto enggan menjelaskan kapan tanggal tetap terbentuknya kepengurusan baru.

Sementara itu, Lulung hanya menanggapi enteng pengumuman pemecatan dia dan pembekuan kepengurusan DPW PPP DKI Jakarta di kepengurusan dia.

“Kalau saya sudah lama minta dipecat (dari PPP kubu Djan Faridz),” kata dia.

Ia menegaskan tidak khawatir dengan pemecatan itu. ”Yang penting jangan dipecat sama umat. Kalau saya dipecat sama partai, masih banyak yang mau dukung saya,” kata Lulung.

Selain Lulung, sembilan kader PPP lain yang dipecat DPP PPP ialah Riano P. Ahmad, Nasrullah, Bellalussalam, Maman Firmansyah, Rendhika D. Darsono, Musa Iwan Jahyadi, Nina Lubena, Syamsuddin dan Madnor.

Baca juga artikel terkait KONFLIK PPP atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Politik
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Addi M Idhom