tirto.id - Gembong sindikat penyelundupan manusia di Indonesia, Abraham Louhenapessy alias Kapten Bram pada Jumat 23 September lalu berhasil dibekuk tim gabungan Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Intelkam dan juga Polda Nusa Tenggara Timur. Lelaki kelahiran Ambon itu tercatat sudah menyelundupkan imigran gelap melalui perairan Indonesia sejak 1999. Jumlahnya pun tak tanggung-tanggung, Kapten Bram diduga sudah menyelundupkan ribuan imigran gelap ke Australia juga Selandia Baru.
Dalam catatan Kepolisian, Kapten Bram sudah tiga kali tersangkut kasus serupa. Pada 2001, Kapten Bram menyelundupkan imigran gelap asal Irak sebanyak 100 orang, kemudian dia melakukan penyelundupan lagi pada tahun 2006 dan tahun 2009. Setelah bebas dalam kasus keimigrasian pada tahun 2008, Kapten Bram pun masih terus melakukan penyelundupan. Pada 2015, Kapten Bram membawa 65 pencari suaka asal Bangladesh, Sri Lanka dan Myanmar untuk diselundupkan ke Selandia Baru.
Nahas kapal itu dipukul mundur otoritas Australia. Kasus ini pun menjadi sorotan internasional, sebab dalam penyelundupan imigran gelap dikendalikan oleh Kapten Bram, otoritas Australia rupanya memberikan uang suap kepada kapten dan Anak Buah Kapal yang membawa imigran gelap itu untuk kembali dibawa ke perairan Indonesia.
Bagaimana sepak terjang Kapten Bram dalam penyelundupan manusia ke Australia dan Selandia Baru? Berikut petikan wawancara Arbi Sumandoyo dari tirto.id dengan Kepala Penyidik Subdit III Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Mabes Polri, Kombes Sulistiyono di ruang kerjanya, Kantor Bareskrim Polri, Jalan Medan Merdeka Timur No 16, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu pekan lalu.
Bisa dijelaskan, bagaimana sebetulnya peran Kapten Bram dalam penyelundupan imigran gelap di Indonesia?
Dia adalah otak dan motivator dalam jaringan penyelundupan manusia di Indonesia. Kapten Bram memperoleh uang Rp1,6 miliar dari penyelundupan para imigran pada bulan Mei tahun 2015. Uang itu didapat Kapten Bram dari mafia penyelundupan manusia di Myanmar. Karena dalam sekali penyelundupan perkepala imigran membayar $4000. Uang itu digunakan juga untuk membeli kapal seharga Rp600 juta di Tegal, Jawa Tengah. Kapal itu yang digunakan untuk menyelundupkan imigran gelap sebanyak 65 orang menuju Selandia Baru.
Bagaimana sebetulnya kronologi penyelundupan para imigran gelap itu?
Kapal itu berangkat dari pelabuhan Tegal, Jawa Tengah dan kemudian membawa 65 imigran gelap asal Bangladesh bertolak menuju Selandia Baru. Ketika sampai di perairan internasional, kapal itu kemudian ditangkap oleh otorisasi Australia, kemudian kapal mereka diganti dengan dua kapal kecil. Waktu ekspose kasus itu, kapal para imigran terdampar di Pulau Landu Rote Ndau, Nusa Tenggara Timur.
Terdamparnya kapal itu diketahui oleh masyarakat dan kemudian dilaporkan kepada Kepolisian. Petugas langsung datang saat itu dan para Anak Buah Kapal pembawa imigran itu kita tangkap. ABK yang ditangkap merupakan anak buah Kapten Bram. Dia mengatur penyediaan bahan bakar hingga logistik untuk menyelundupkan manusia ke Selandia Baru.
Kapten Bram memang menjadi gembong penyelundupan manusia?
Dia gembongnya dan ini bukan baru terjadi tetapi sudah tiga kali. Kapten Bram susah ditangkap, dia mainnya ke luar negeri, begitu kemarin pulang dia kita tangkap bekerja sama dengan Baintelkam Mabes Polri.
Australia mengapresiasi penangkapan dilakukan Kepolisian, apakah ada koordinasi?
Koordinasi. Mereka minta tolong dan datang ke sini. Koordinasi lintas negara dan Interpol.
Selain berhubungan dengan sindikat di Myanmar, dia bekerja sama dengan negara mana lagi?
Banyak. Termasuk Thailand. Dari alat bukti tiket yang kita dapatkan, Kapten Bram baru saja bepergian ke Kenya.
Apakah kantong-kantong pengungsian para pencari suaka di Indonesia juga berhubungan dengan penyelundupan dilakukan Kapten Bram?
Sebenarnya ini bukan pencari suaka. Ini adalah orang-orang yang ingin mencari hidup lebih. Kalau pencari suaka, tidak mungkin dia mau dimintai uang sebanyak itu ($4000). Mereka rata-rata (pencari suaka) orang-orang dari negara-negara konflik. Tapi kalau yang diselundupkan ini adalah mereka para imigran yang ingin mencari penghasilan lebih di negara orang.
Siapa lagi yang dibidik setelah Kapten Bram tertangkap?
Satu lagi bos penyelundupan di Myanmar. Namanya Suresh.
Bagaimana sindikat Kapten Bram menyelundupkan para imigran gelap masuk ke Indonesia?
Jalur khusus, ada yang menggunakan jalur resmi dan juga jalur tikus. Di Indonesia sendiri jalur-jalur tikus penyelundupan manusia banyak. Mereka masuk melalui pantai-pantai kecil, namun dari para imigran gelap itu juga ada yang masuk ke Indonesia dengan menggunakan jalur resmi. Tetapi ketika mereka hendak menuju Australia atau Selandia Baru, mereka tidak menggunakan jalur resmi, melainkan menggunakan jasa Kapten Bram.
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti