tirto.id - Gelaran aksi 22 Mei 2019 yang berlangsung di depan kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan sejumlah titik di Jakarta seperti Pasar Tanah Abang diyakini berdampak pada menurun hingga tidak mendapat omzet pedagang.
Promotion Manager Pasar Tanah Abang Blok A, Hery Supriyatna mengatakan saat ini pengelola menutup kompleks pasar itu menyikapi banyaknya pedagang yang tak berjualan.
Menurut Hery, pada kondisi ini sama saja para pedagang tak akan mendapat omzet. Sebab satu hari ini berlalu begitu saja tanpa mereka dapat menjajakan barang dagangannya.
"Secara otomatis mereka tidak buka hari ini sehingga mereka enggak punya omzet. Kalau buka pun enggak ada yang datang pengujungnya, sehingga mereka bisa buang-buang biaya listrik saja," ucap Hery saat dihubungi reporter Tirto pada Rabu (22/5/2019).
"Kalau kami (pengelola) sih enggak ada keterkaitan ke omzet. Kami beda dengan mall mungkin mereka bagi hasil," tambah Hery.
Mengenai waktu buka kembali, Hery mengatakan itu tergantung kondisi lapangan.
Menurutnya, bila Rabu (22/5/2019) malam sudah kondusif, berarti bukan tak mungkin pasar Tanah Abang dapat kembali buka.
Namun, katanya hal itu tergantung keinginan para pedagang. Bila mereka belum mau berdagang maka pengelola tak bisa memaksa.
"Kalau malam ini sudah kondusif kami sudah standby untuk buka. Petugas kami standby untuk buka rolling door-nya," ucap Hery.
Hery mengatakan meski ditutup barang-barang yang disimpan para pedagang dalam kondisi yang aman. Menurutnya kondisi ini sudah relatif berbeda dengan masa 1998 ketika kerusuhan yang terjadi malah berujung pada penjarahan dan perusakan toko.
Bersamaan dengan itu, ia juga memastikan bahwa meskipun di depan pasar Tanah Abang terjadi bentrokan, kompleks pasar itu tak mengalami kerusakan. Sepengetahuannya massa hanya melakukan pembakaran sampah hingga ban.
"Kondisi ini beda sama Mei 1998. Tidak ada merusak atau merampas. Gedung aman terkendali," ucap Hery.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Yulaika Ramadhani