tirto.id - Sidang sengketa perselisihan hasil Pemilu Presiden 2019 di Mahkamah Konstitusi sudah memasuki tahap pembuktian dengan diawali pemeriksaan saksi dari pemohon, Rabu (19/6/2019). Dalam sidang yang dimulai sejak pukul 9 pagi, kubu Prabowo-Sandiaga, yang menjadi pemohon, menghadirkan 15 saksi dan 2 ahli untuk membuktikan posita (dalil) mereka.
Sidang itu berlangsung hingga Kamis (20/6/2019) sekitar pukul 4 pagi. Selama persidangan, kubu Prabowo-Sandi, KPU selaku termohon, kubu Jokowi-Ma’ruf dan Bawaslu selaku pihak terkait, sama-sama mencecar saksi untuk membuktikan atau membantah posita pemohon.
Namun, sidang tak hanya berlangsung serius. Hakim Mahkamah Konstitusi ataupun para pihak dalam persidangan, berusaha membikin dagelan supaya suasana tak kelewat tegang.
Ingin Buang Air Kecil
Humor dalam persidangan itu pertama kali muncul saat hakim konstitusi Saldi Isra tengah bertanya kepada Idham Amiruddin, saksi kedua yang dihadirkan pemohon. Idham menjadi saksi yang mencoba mengungkap NIK kecamatan siluman, NIK rekayasa, pemilih ganda, dan pemilih di bawah umur.
Selepas Idham memberi kesaksian kepada komisioner KPU Hasyim Asy’ari, giliran Saldi Isra yang akan bertanya tentang dugaan rekayasa NIK. Namun, Idham tak jua menghadapkan wajahnya ke arah Saldi saat Saldi sedang bertanya.
Kontan, Saldi berkata: “Pak Idham bisa lihat saya, ya?”
Idham yang ditegur Saldi lantas menjawab dengan wajah meringis: “Yang mulia, saya minta maaf, saya ingin buang air kecil."
Saldi langsung tertawa. Hakim konstitusi Arief Hidayat yang saat itu bertugas memeriksa Idham langsung memerintahkan petugas untuk mengantar Idham ke toilet. “Ini tugas yang tidak bisa diwakilkan soalnya,” kata Arief menimpali dan langsung disambut tawa para pihak.
Lebih Cakep dari Aslinya
Selain saat pemeriksaan kesaksian Idham, dagelan juga muncul saat pemeriksaan saksi ketiga, Hermansyah, seorang direktur perusahaan teknologi informasi yang memberikan kesaksian soal kelemahan dalam sistem Situng KPU. Kali ini, giliran hakim Arief yang mencoba melucu.
Peristiwa itu terjadi saat Hermansyah hendak ditanya Teuku Nasrullah, salah satu tim hukum Prabowo-Sandi. Hermansyah yang mencoba mengarahkan pandangannya ke arah Nasrullah dicegah Arief. Ia diminta tetap menghadap ke arah hakim dan layar. Hakim Arief lantas berseloroh mengomentari Nasrullah.
“Pak Nasrullah kelihatan lebih besar dan lebih cakep daripada aslinya. Silahkan,” kata hakim Arief sembari terkekeh.
Hakim Sudah Tua
Hakim konstitusi Suhartoyo juga tak ketinggalan mencoba membikin dagelan. Ini terjadi saat ia memeriksa saksi Listiani, seorang pengacara yang melaporkan video dugaan pelanggaran Gubernur Ganjar Pranowo ke Bawaslu Jawa Tengah.
Dari awal bersaksi, Listiani tampak duduk dengan tegap, dan tangan kanannya diletakkan di meja. Ia memberi keterangan dengan lancar dan cepat. Cara bicara Listiani ini membikin Suhartoyo sedikit keteteran mencatat keterangan Listiani.
Dagelan Suhartoyo muncul saat Listiani mengungkap soal laporan video dugaan pelanggaran Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu yang diduga berkampanye menggunakan fasilitas negara dengan mengundang ketua RW dan lurah yang dilaporkan temannya bernama Joko ke Bawaslu. Namun, Joko tak hadir dalam saat diminta klarifikasi oleh Bawaslu.
“Joko diundang, tapi tidak datang tapi dalam kesempatan sidang ini pun saksi yang melihat kejadian itu menjadi salah satu saksi,” kata Listiyani.
Keterangan Listiani bikin Suhartoyo bingung. Mengingat, perkara Wakil Wali Kota Semarang itu yang diterangkan Listiani bukan dirinya yang melaporkan, dan dia tak hadir dalam proses klarifikasi di Bawaslu. Namun, Listiani bersikukuh ada video soal dugaan pelanggaran Wakil Wali Kota Semarang tersebut.
Suhartoyo akhirnya berkata: “Jangan dicampur-campur. Hakimnya sudah tua, jadi cepat lupa.”
Muncul Kasus KPPS Baru
Selain hakim, pihak pemohon juga mencoba melucu. Teuku Nasrullah, anggota tim hukum Prabowo-Sandi, mencoba membikin guyonan satir saat sidang sudah berlangsung hampir 12 jam.
Ini dia lakukan saat hendak meminta skors kepada majelis hakim supaya bisa makan malam.
“Majelis, ini mengingat sudah jam 9, demi kesehatan untuk besok supaya kita bisa sidang kembali, mohon berkenan diizinkan skors untuk kita makan malam, takutnya nanti akan timbul petugas-petugas KPPS baru,” ucap Nasrullah.
Pernyataan ini pun sempat membuat pihak KPU keberatan. Namun, Ketua MK sekaligus ketua majelis hakim konstitusi Anwar Usman tak menggubris keberatan KPU, dan akhirnya menskors sidang untuk makan malam.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Mufti Sholih