tirto.id - Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia, terutama seputar asal-usul, fisik, adat istiadat, dan kepercayaannya.
Pengertian antropologi juga dikemukakan oleh William A. Haviland dalam buku Anthropologi 4th Edition (1985). William mendefinisikan antropologi sebagai ilmu yang berfokus pada kajian tentang manusia dan perilakunya. Dengan kajian itu, pemahaman utuh terkait keanekaragaman manusia akan diperoleh.
Kajian Antropologi bisa dilakukan menggunakan pendekatan yang berbeda. Gregor Neonbasu dalam Sketsa Dasar Mengenal Manusia dan Masyarakat (2020) membedakan metode pendekatan antropologi ke dalam dua jenis, yakni aliran tradisional dan kontemporer.
Dalam aliran tradisional terdapat dua jenis pendekatan antropologi yakni pendekatan holistik dan komparatif.
Sementara itu, aliran kontemporer membagi pendekatan antropologi ke dalam tiga jenis meliputi pendekatan partikularistik, interpretatif, dan struktural.
Apa Itu Pendekatan Holistik dalam Antropologi?
Pendekatan holistik dalam antropologi adalah metode yang mengkaji secara menyeluruh pengalaman manusia dan budaya. Sebab, antropologi merupakan bidang keilmuan yang bersifat holistik.
Kajian antropologi menggunakan pendekatan holistik membuat seseorang bisa melihat dan mempelajari keterkaitan faktor-faktor dalam kehidupan manusia.
Penjelasan lebih utuh terkait pendekatan holistik diungkapkan oleh Okta Hadi Nurcahyono dalam buku Antropologi (2021). Ia menjelaskan, pendekatan holistik adalah cara berpikir bahwa suatu fenomena terhubung dengan fenomena lain, sehingga menciptakan semacam entitas berdasarkan keterkaitan serta pengaruh timbal balik dari berbagai elemen.
Pendekatan holistik dalam antropologi berguna memperoleh gambaran dan pemahaman utuh tentang fenomena sosial atau budaya. Caranya dengan menggali keterkaitan dari berbagai aspek kehidupan manusia yang memengaruhinya. Sebab, seseorang antropolog tidak dapat memahami suatu kebudayaan sepenuhnya, hanya dengan satu aspek saja.
Seorang antropolog dapat memahami dan menggeneralisasi fenomena sosial-budaya setelah melihat dari berbagai aspek, mulai sejarah, ekonomi, geografi, teknologi, hingga bahasa. Maka dari itu, pendekatan holistik dinyatakan sebagai karakteristik khas antropologi yang membedakannya dengan ilmu lain.
Contoh Pendekatan Holistik dalam Antropologi
Contoh pendekatan holistik dalam antropologi bisa ditemukan dalam berbagai kajian masyarakat adat di Indonesia. Sebagai misal, antropolog hendak mengkaji kepemimpinan pada masyarakat adat Ammatoa Kajang di Sulawesi. Mereka adalah penduduk yang dikenal memegang teguh kehidupan harmonis, selaras dengan lingkungan alam, serta selalu menjaga hubungan dengan leluhurnya.
Dalam masyarakat Ammatoa Kajang, seorang pemimpin adat diangkat seumur hidup dengan gelar Ammatoa. Namun, pemilihan ketua adat tidak dilakukan oleh masyarakat, warisan turun temurun seperti kerajaan, apalagi negara. Pemimpin adat ditunjuk secara langsung oleh Turiek Akrakna (Tuhan Yang Maha Kuasa), melalui proses ritual di dalam hutan keramat bernama Hutan Tombolo.
Dalam mengkaji kasus di atas, antropolog akan menjalankan praktik kerja lapangan etnografi, yakni tinggal bersama dan ambil bagian dalam kehidupan informan atau masyarakat. Pendekatan holistik itu akan membuat antropolog bisa mengamati dengan baik. Pengamatan itu akan lebih kompleks, mulai dari kaitan kekerabatan, agama, politik, hingga ekonomi.
Contoh lain pendekatan holistik dalam antropologi ialah ketika seorang antropolog mengkaji kebudayaan Tari Angguk, yang berasal dari Pati. Tari Angguk merupakan budaya sakral dalam peradaban Jawa yang berperan sebagai media dakwah dan syiar agama Islam.
Untuk memahami kebudayaan tersebut, seorang antropolog memerlukan semua perangkat pengetahuan, baik yang bersumber dari data-data fisik berupa paleo-antropologi, antropologi budaya yang mencakup arkeologi, antro-linguistik, maupun etnologi. Seluruh aspek yang dilihat akan menjadi satu kesatuan nilai sehingga manfaat antropologi bisa diperoleh.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin