tirto.id - Sejarah antropologi di dunia memperlihatkan bagaimana ilmu pengetahuan tentang manusia tersebut berkembang. Simak artikel ini untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu antropologi.
Antropologi adalah ilmu tentang manusia. Studi ini membahas tentang asal-usul, aneka warna dan bentuk fisik, adat istiadat, tradisi, serta kepercayaannya pada masa lampau.
Adapun ahli sejarah, ahli antropologi, dan ahli arkeologi adalah sumber sejarah tersiernya. Sumber sejarah ini meliputi berbagai pendapat pihak ketiga, baik catatan maupun ahli terkait.
Sejarah Perkembangan Antropologi di Dunia
Sejarah perkembangan ilmu antropologi mulai bisa murid pantau perkembangannya pada abad ke-19. Masa itu bersamaan dengan momen lahirnya teori Charles Darwin tentang evolusi manusia dalam buku The Origin of Species (1859).
Darwin menegaskan bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nenek moyang yang sama. Hal ini memiliki kaitan dengan fosil-fosil strata geologi tertentu, salah satu yang paling terkenal adalah Neanderthal.
Pada 1871, Darwin menerbitkan The Descent of Man yang menyatakan bahwa manusia memiliki nenek moyang yang sama dengan kera besar Afrika. Darwin menyimpulkan bahwa evolusi spesies manusia bermuara pada kecerdasan yang menghasilkan bahasa dan teknologi.
Edward Burnett Tylor, salah satu antropolog perintis, menuturkan bahwa kecerdasan yang meningkat kerap diimbangi peradaban yang maju. Perkembangan masyarakat memiliki susunan secara periodik sejak zaman batu, zaman besi, zaman perunggu, masa berburu, meramu, pertanian hingga era industri.
Dikutip dari Education National Geographic, penelitian terkait kehidupan manusia sejatinya telah dilakukan sejak Zaman Pencerahan, suatu gerakan intelektual filosofis di Eropa pada abad ke-18.
Sejarawan alam kerap memengaruhi penelitian yang dilakukan pada Zaman Pencerahan. Misalnya Georges Buffon, ia mempelajari manusia sebagai spesies zoologi—komunitas homo sapiens hanyalah salah satu bagian dari flora dan fauna suatu daerah.
Fase-Fase Perkembangan Antropologi
Sejarah perkembangan antropologi menurut Koentjaraningrat terdiri dari empat fase. Dimulai dari fase sebelum abad ke-18, fase pertengahan abad ke-19, fase awal abad ke-20, dan fase setelah 1930.
Fase pertama atau sebelum abad ke-18 kebanyakan dilakukan oleh bangsa Eropa terhadap negara-negara yang dikunjungi. Sementara sejarah antropologi fase kedua mulai berlangsung pada pertengahan abad ke-19, ditandai dengan kemunculan konsep evolusi masyarakat.
Fase ketiga, sejarah perkembangan antropologi mulai berjalan saat kolonialisme dan imperialisme Eropa pada awal abad ke-20. Setelah itu, fase keempat pasca 1930-an menjadi ciri-ciri era pembaharuan antropologi.
Selain berbagai fase di atas, sejarah antropologi juga memiliki periode sejarah yang kelima (setelah tahun 1970). Ketika masa ini, ada salah satu penelitian Antropolog Uni Soviet tentang dasar dalam pengambilan kebijakan terkait upaya membangun pengertian di antara penduduk pribumi.
Perkembangan Antropologi di Indonesia
Sejarah antropologi hukum maupun substudi lainnya berkembang di Indonesia saat masa kolonialisme Eropa. Pada masa tersebut, pejabat kolonial kerap menulis berbagai sifat khas milik bangsa Indonesia.
Sifat-sifat ini ada di dalam studi etnologi, yaitu ilmu yang mempelajari budaya masyarakat. Selain itu, kemunculan sejumlah metode ilmiah dalam penelitian juga menjadi tanda dimulainya sejarah perkembangan ilmu antropologi di Indonesia.
Pada September 1957, Koentjaraningrat memotori pendirian jurusan antropologi di Universitas Indonesia. Sebagai orang pertama, ia pun mendapatkan julukan Bapak Antropologi Indonesia.
Sejarah perkembangan antropologi terus mengalami perkembangan hingga muncul di berbagai kampus lain. Khususnya pasca Indonesia merdeka, para akademisi marak melakukan studi antropologi.
Tokoh Penting dalam Sejarah Antropologi
Ada berbagai nama tokoh penting dalam sejarah perkembangan ilmu antropologi. Untuk mengetahui siapa saja nama mereka, peserta didik dapat membaca sejumlah daftar berikut.
- Franz Boas
- Margaret Mead
- Bronislaw Malinowski
- Claude Levi-Strauss
- Marcell Mauss
- Clifford Geertz
- Ruth Benedict
- E. E. Evans
- Michael Foucault
- Zora Neale Hurston
- Koentjaraningrat
Tantangan dan Peran Antropologi di Era Modern
Para peneliti antropologi dapat mengalami tantangan-tantangan tertentu dalam pengkajian di era modern. Tantangan itu muncul karena adanya berbagai perubahan di masyarakat sekarang.
Salah satunya kendala kultural atau kendala yang terkait dengan masalah kebudayaan. Teknologi yang sekarang ada di berbagai tempat dan sudah modern menyebabkan budaya lain dapat diakses secara mudah.
Oleh karena itu, peneliti dapat mengkaji sejumlah kebudayaan masyarakat secara lebih kompleks. Sebut misalnya suatu budaya yang sudah menjadi hasil akulturasi dengan budaya dari tempat lain.
Dari tantangan tersebut, peserta didik dapat melihat pula peran antropologi sebagai sebuah studi. Antropologi memiliki peran sebagai konsep dan teori yang dapat mengkaji dan menganalisis gejala dan ciri masyarakat majemuk.
Tirto telah merangkum berbagai materi antropologi untuk kebutuhan pembelajaran peserta didik. Simak terus informasi terbaru seputar materi ajar di sini.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin
Penyelaras: Yuda Prinada
Masuk tirto.id






































