Menuju konten utama
Konsep Esensial Geografi

Contoh Penerapan Konsep Geografi dalam Kehidupan Sehari-hari

Konsep lokasi adalah 1 dari 10 konsep geografi yang contohnya dalam kehidupan sehari-hari mudah dijumpai. Berikut penjelasannya.

Contoh Penerapan Konsep Geografi dalam Kehidupan Sehari-hari
Ilustrasi Geografi. foto/Istockphoto

tirto.id - Ada 10 konsep geografi yang contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mudah ditemukan.

Geografi merupakan studi tentang tempat dan hubungan antara manusia dan lingkungannya. Ahli geografi mengkaji sifat fisik permukaan bumi dan kehidupan manusia yang menempatinya. Proses interaksi manusia dan lingkungan alam di sekitarnya, sekaligus pengaruh kondisi di suatu wilayah terhadap kehidupan masyarakat, juga menjadi perhatian para ahli geografi.

Karena itu, berbagai definisi ilmu geografi yang diungkapkan oleh para ahli mengaitkan bidang ini dengan kajian yang mencakup aspek wilayah, lingkungan, ruang dan juga kehidupan manusia di permukaan bumi.

Seminar dan Lokakarya Ikatan Ahli Geografi Indonesia pada tahun 1988 di Semarang menyepakati pengertian ilmu geografi ialah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.

Sementara ahli geografi Indonesia, R. Bintarto mendefinisikan geografi sebagai ilmu pengetahuan yang menceritakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas kehidupan, dan mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang-waktu.

Para pembelajar ilmu geografi penting untuk memahami sejumlah aspek utama di bidang studi ini. Salah satu yang perlu dimengerti sejak tahap awal adalah konsep esensial geografi.

Konsep esensial suatu bidang ilmu memuat pemahaman yang mengungkapkan corak abstrak dari fenomena mendasar yang menjadi obyek material kajiannya.

Mengutip Geographical Association, konsep geografi dirumuskan karena bidang studi ini memiliki objek kajian sangat luas. Konsep mendasari struktur objek kajian yang luas itu.

Banyak topik dalam geografi mencontohkan pemahaman konseptual yang sama, sehingga penting bagi pembelajar bidang studi ini untuk melihatnya sebagai konsep, dan bukan sekadar akumulasi 'informasi' maupun 'fakta'.

Dengan memahami konsep-konsep geografi, para pemula yang mempelajari bidang studi ini bisa menelisik keterkaitan di antara beragam informasi dan gagasan yang dikaji. Pemahaman terhadap konsep-konsep itu juga bisa membantu pembelajar geografi merumuskan penjelasan, interpretasi, dan gambaran tentang fenomena-fenomena yang diteliti dengan lebih mudah.

Dengan demikian, pemahaman terhadap konsep-konsep geografi itu bisa membentuk cara berpikir geografis. Berpikir geografis akan mendorong para pembelajar geografi membangun persepsi yang tepat terhadap berbagai fenomena yang dikaji dalam bidang ini.

Mengingat perumusan konsep-konsep geografi berkaitan dengan tujuan pembelajaran, hingga kini tidak ada konsensus di antara para ahli mengenai daftar tetapnya. Daftar konsep esensial geografi bisa berubah dan berbeda di berbagai negara, tergantung pada keputusan pembuat kurikulum.

Meski begitu, David Lambert, seorang profesor pendidikan geografi asal Inggris, dalam tulisannya di buku The Handbook of Secondary Geography (Jones, M. (ed), 2017), menyebut setidaknya ada 3 konsep geografi yang bisa menjangkau seluruh topik dalam bidang ini. Ketiganya adalah lokasi, ruang, dan lingkungan.

Menukil penjelasan Marhadi S.K dalam modulHakikat Geografi terbitan UT, memang ada beragam rumusan dari para ahli terkait daftar konsep dasar geografi. Sementara dalam kurikulum pelajaran geografi di Indonesia, dikenal ada 10 konsep esensial geografi.

Daftar 10 konsep esensial itu merupakan hasil pembahasan dalam Seminar dan Lokakarya Ikatan Ahli Geografi Indonesia di Semarang pada 1989 dan 1990. Daftar 10 konsep esensial geografi yang hingga kini termuat dalam buku-buku pelajaran sekolah di Indonesia itu adalah:

  • Konsep Lokasi
  • Konsep Jarak
  • Konsep Keterjangkauan
  • Konsep Pola
  • Konsep Morfologi
  • Konsep Aglomerasi
  • Konsep Keterkaitan Ruang
  • Konsep Diferensiasi Area
  • Konsep Interaksi/Interdependensi
  • Konsep Nilai Kegunaan.

10 Konsep Esensial Geografi Beserta Contoh Terapannya

Sepuluh konsep esensial geografi, sebagaimana yang disebutkan di atas, bisa dilihat penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengetahui contoh penerapan 10 konsep esensial geografi itu dapat membantu para pembelajar ilmu ini untuk membangun kemampuan berpikir geografis.

Merujuk pemaparan dalam bukuModul Geografi (2020) terbitan Kemdikbud dan sejumlah sumber lain, berikut ini penjelasan tentang masing-masing dari 10 konsep esensial geografi beserta contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

1. Konsep Lokasi

Lokasi adalah letak atau tempat fenomena geografi terjadi. Konsep lokasi dibagi menjadi dua jenis, yakni Lokasi Absolut dan Lokasi Relatif.

Pertama, Lokasi Absolut merupakan letak suatu wilayah di permukaan bumi yang terlihat dari garis lintang dan garis bujur. Keduanya disebut garis astronomis. Disebut sebagai Lokasi Absolut karena ia bersifat tetap dan tidak dapat berubah. Hal ini mengingat garis astronomis bumi tidak akan bisa berpindah.

Contoh penerapan konsep Lokasi Absolut adalah penentuan letak lokasi wilayah Indonesia, yakni di antara garis 6 derajat Lintang Utara (LU) hingga 11 derajat Lintang Selatan (LS) serta 95 derajat Bujur Timur (BT) sampai dengan 141 derajat Bujur Timur (BT).

Contoh penerapan konsep Lokasi Absolut lainnya bisa dilihat dalam penyampaian informasi tentang lokasi pusat gempa bumi di situs BMKG, yang biasanya disertai data koordinat lintang dan bujur.

Kedua, Lokasi Relatif ialah letak suatu wilayah di permukaan bumi yang dilihat dari daerah lain di sekitarnya. Disebut dengan Lokasi Relatif karena informasi tentang letak suatu tempat tidak tetap dan bisa berubah-ubah sesuai dengan objek yang ada di sekitarnya.

Contoh penerapan Lokasi Relatif: Kota Magelang terletak di sebelah utara Kota Yogyakarta. Info ini bisa berubah jika melihat lokasi Kota Magelang dari wilayah lain. Misalnya, Kota Magelang terletak di sebelah selatan Kota Semarang.

2. Konsep Jarak

Jarak dimaknai sebagai ruang yang menghubungkan 2 lokasi atau 2 objek. Jarak antara 2 tempat bisa dihitung dengan satuan panjang dan waktu. Konsep jarak sering kali diterapkan di kehidupan sehari-hari, baik untuk keperluan sosial, ekonomi dan lain sebagainya.

Dalam kajian geografi, Konsep Jarak juga terbagi menjadi 2 kategori, yaitu Jarak Mutlak dan Jarak Relatif. Bagaimana penjelasan dan contoh penerapan konsep jarak mutlak dan relatif?

Pertama, Jarak Mutlak adalah ruang atau sela di antara 2 lokasi yang digambarkan atau dijelaskan melalui ukuran panjang dalam satuan meter, kilometer, dan seterusnya. Penggunaan istilah Jarak Mutlak didasari alasan bahwa jarak yang dirumuskan bersifat tetap atau tidak dapat berubah.

Contoh penerapan konsep Jarak Mutlak adalah penyampaian informasi bahwa jarak di antara Kota Palembang dan Bandar Lampung sejauh 400 kilometer.

Dalam kehidupan sehari-hari, pemakaian konsep Jarak Mutlak mudah ditemui, terutama berkaitan dengan perjalanan. Misalnya, dalam informasi penjualan tiket pesawat, akan ada data jarak antara dua bandara. Contoh: jarak penerbangan dari Bandara Internasional Juanda Surabaya ke Bandara Internasional Adi Sutjipto Yogyakarta adalah 163 mil atau 263 km.

Kedua, Jarak Relatif adalah ruang atau sela di antara dua lokasi yang dinyatakan dalam lamanya perjalanan atau waktu. Mengingat lamanya waktu perjalanan bergantung kepada banyak faktor, seperti jenis kendaraan dan kondisi rute, jarak bisa berubah. Karena itu disebut Jarak Relatif

Contoh penerapan konsep Jarak Relatif adalah penyampaian informasi: jarak tempuh Jakarta ke Surabaya selama 12 jam melalui perjalanan darat. Jarak yang dimaksud adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan darat dari Jakarta ke Surabaya. Jarak tempuh itu tidak selalu pas 12 jam mengingat kecepatan laju kendaraan bisa berubah, atau terganggu cuaca, kemacetan dan lain sebagainya.

Contoh lainnya, dalam informasi mengenai penjualan tiket penerbangan, biasanya akan ada info seperti ini: Lama waktu yang diperlukan untuk menempuh penerbangan langsung rute Yogyakarta – Surabaya adalah selama 1 jam 10 menit. Jarak tempuh penerbangan Yogya-Surabaya tersebut juga tidak pasti mengingat penerbangan sangat bergantung pada kondisi cuaca.

3. Konsep Morfologi

Konsep Morfologi berkaitan dengan bentuk permukaan bumi secara keseluruhan. Misalnya dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, lembah, dan sebagainya.

Morfologi berkaitan pula dengan bentuk lahan yang dipengaruhi oleh faktor erosi, pengendapan, penggunaan lahan, ketebalan tanah, dan ketersediaan air.

Contohnya adalah informasi bahwa Dieng merupakan daerah dataran tinggi di Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk permukaan bumi di kawasan Dieng berupa pegunungan.

Contoh lain penerapan konsep morfologi dalam kehidupan sehari-hari adalah tanda di pemasangan simbol "jalan menanjak" atau "jalan menurun" yang dipasang agar pengendara lebih berhati-hati.

4. Konsep Keterjangkauan

Keterjangkauan adalah jarak yang mampu dicapai dengan maksimum dari satu wilayah ke wilayah lain. Konsep Keterjangkauan tidak hanya bergantung pada jarak, tetapi juga sarana dan prasarana penunjang.

Keterjangkauan suatu tempat bisa berhubungan dengan aspek jarak fisik, biaya perjalanan, waktu dan hambatan medan. Artinya, konsep keterjangkauan menyangkut dapat tidaknya atau mudah tidaknya suatu lokasi dijangkau dari wilayah lain.

Contoh penerapan konsep keterjangkauan adalah: harga tanah di daerah yang dekat jalan raya lebih tinggi dibandingkan harga tanah di daerah yang jauh dari jalan raya. Perbedaan harga bisa terjadi karena tingkat kemudahan akses ke lokasi yang tidak sama.

Contoh lainnya, yang mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari, ialah harga beras di Papua dan pulau-pulau terpencil biasanya jauh lebih mahal dari harga beras di Jawa. Perbedaan harga beras itu terjadi karena kawasan Papua dan pulau-pulau terpencil jauh lebih sulit terjangkau dari lokasi produsen beras daripada wilayah kota-kota di Jawa.

5. Konsep Pola

Pola merupakan bentuk, struktur, dan persebaran fenomena atau kejadian di permukaan bumi baik gejala alam maupun gejala sosial.

Gejala atau feonema alam itu dapat berupa aliran sungai, persebaran vegetasi pohon, jenis tanah, curah hujan dan lain-lain. Sedangkan gejala sosial yang dimaksud ialah seperti permukiman, mata pencaharian dan jenis perumahan warga, persebaran penduduk, dan lain sebagainya.

Contoh penerapan konsep pola adalah: pemukiman penduduk yang berada di sekitar aliran sungai akan mengikuti pola aliran sungai. Contoh lainnya di kehidupan sehari-hari adalah informasi bahwa masyarakat di sekitar pesisir umumnya bekerja sebagai nelayan dan petani tambak.

6. Konsep Aglomerasi

Konsep Aglomerasi adalah adanya suatu fenomena yang mengelompok menjadi satu bentuk atau struktur. Biasanya, aglomerasi merujuk pada suatu pengelompokan aktivitas manusia dalam upaya beradaptasi dengan lingkungannya. Jadi, dalam geografi, sering kali konsep aglomerasi digunakan untuk mengkaji aspek sosial.

Contoh: Tangerang merupakan daerah kawasan Indiustri yang dikenal dengan sebutan kota 1000 pabrik. Contoh lainnya, pengelompokan permukiman di perkotaan yang didorong kesamaan asal daerah penduduknya atau budayanya, seperti kemunculan kawasan pecinan.

7. Konsep Nilai Kegunaan

Nilai kegunaan merupakan konsep yang berhubungan dengan nilai guna suatu wilayah yang dapat dikembangkan menjadi potensi untuk menunjang perkembangannya. Jadi, konsep Nilai Kegunaan digunakan untuk menganalisis kondisi fisik suatu wilayah dan manfaatnya bagi kehidupan.

Contoh: Dataran aluvial dimanfaatkan untuk daerah pertanian karena tanahnya subur. Contoh lain adalah keberadaan hutan tropis di Kalimantan yang perlu dilestarikan demi keberlangsungan hidup fauna langka di dalamnya dan mencegah pemanasan bumi yang bisa berdampak buruk terhadap kehidupan manusia.

8. Konsep Interaksi/Interpendensi

Konsep Interaksi/Interpendensi menunjukkan keterkaitan dan ketergantungan satu daerah dengan daerah lain dalam konteks saling memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Interaksi/Interdependensi ini digunakan untuk memahami hubungan timbal balik antara 2 kawasan atau lebih yang mempunyai potensi berbeda sehingga bisa saling melengkapi. Ilustrasinya terlihat pada keterkaitan wilayah kota sebagai penghasil barang produk industri dan desa yang merupakan sumber pangan dan bahan baku.

Contohnya: Pasar di kota membutuhkan pasokan bahan mentah seperti sayuran dan buah-buahan dari desa. Contoh lainnya dari penerapan konsep Interaksi/Interpendensi di kehidupan sehari-hari, adalah pemahaman bahwa ada saling ketergantungan antara Pulau Jawa sebagai penghasil beras dan pusat industri dengan Pulau Kalimantan yang menjadi sumber kayu serta barang tambang.

9. Konsep Diferensiasi Area

Konsep Diferensiasi Area memuat perbandingan 2 wilayah untuk menunjukkan adanya perbedaan antara satu dengan yang lain. Perbandingan itu perlu dirumuskan karena setiap wilayah memiliki karakteristik khas masing-masing, baik dari segi alam maupun penduduk.

Konsep Diferensiasi Area dirumuskan karena wilayah di permukaan bumi mempunyai kondisi fisik, sumber daya, dan penduduk tidak sama. Karena itu, karakteristik masalah dan potensi geografis di setiap wilayah juga berlainan. Potensi dan persoalan di wilayah dataran rendah yang subur tentu berbeda dengan kawasan pegunungan, demikian ilustrasinya.

Contoh: masyarakat di daerah pegunungan cenderung menggunakan pakaian yang tebal, berbeda dengan masyarakat di pesisir pantai yang lebih sering menggunakan pakaian tipis.

Contoh lain dari penerapan Konsep Diferensiasi Area dalam kehidupan sehari-hari ialah memahami bahwa warga di kawasan desa-desa pertanian akan sangat terpukul dengan kenaikan harga pupuk, sedangkan masyarakat di perkotaan lebih akan mengeluh jika yang naik adalah harga beras.

10. Konsep Keterkaitan Ruang

Konsep Keterkaitan Ruang dapat menunjukkan tingkat keterkaitan antarwilayah yang mendorong terjadinya interaksi sebab-akibat antardaerah. Konsep ini memberi pemahaman bahwa sejumlah wilayah berbeda bisa saling berhubungan dan mempengaruhi dalam berbagai aspek.

Contohnya: banjir di Jakarta sering kali terjadi karena hujan deras di daerah Bogor tidak terserap oleh tanah. Sebagaimana terjadi di daerah lain, hujan deras dan penggundulan pohon di kawasan hulu sungai biasanya mudah memicu banjir di wilayah hilir. Apalagi jika sistem saluran air di area hilir juga buruk.

Contoh lain dari penerapan konsep Keterkaitan Ruang dalam kehidupan sehari-hari adalah persepsi bahwa kemiskinan di wilayah perdesaan mendorong urbanisasi ke perkotaan.

Fenomena lain yang juga bisa menjadi contoh penerapan konsep ini ialah pemahaman bahwa alih fungsi lahan di area dataran rendah yang subur untuk keperluan non-pertanian bisa berpengaruh ke wilayah lain. Pengaruh itu berupa mahalnya harga pangan sebab produksi pertanian menurun.

Baca juga artikel terkait ILMU GEOGRAFI atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Iswara N Raditya