Menuju konten utama

Coba-coba di Pasar "Gemuk" Indonesia

Pasar Indonesia yang gemuk juga jadi ajang bergumul para pemain otomotif, dari hanya sebagai distributor saja, membangun industri perakitan hingga produksi.

Coba-coba di Pasar
Pengunjung memadati pameran mobil GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016,di Indonesia Convention Exibition (ICE) BSD City Tangerang. TIRTO/Andrey Gromico

tirto.id - Pasar otomotif Indonesia memang sedang lesu beberapa tahun terakhir, setelah mencapai puncak penjualan tertinggi pada 2013. Meski demikian, pasar mobil di Tanah Air masih yang terbesar di kawasan. Kelesuan yang dipengaruhi daya beli akibat imbas ekonomi global ini bisa jadi bumerang bagi mereka yang coba-coba masuk pasar Indonesia.

Bagi para agen pemegang merek yang mengandalkan impor semata, tak ada komitmen membangun pabrik di Indonesia maka konsekuensi datang dan pergi jadi hal biasa. Para pemain baru yang tidak punya basis lini produksi di Indonesia harus punya stamina prima untuk bisa mengalahkan pemain-pemain lama yang sudah bercokol seperti Toyota dan Daihatsu.

“Indonesia pasar mobil terbesar di ASEAN di domestiknya, ini tentunya banyak yang ikut masuk, termasuk mereka yang hanya berdagang saja,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan kepada tirto.id, Selasa (18/10/2016)

Ucapan Putu bukan sesumbar semata, berdasarkan data asiamotorbusiness.com, pada 2015 posisi penjualan mobil domestik di Indonesia masih memimpin di ASEAN, dengan torehan penjualan 1,013 juta unit, disusul oleh Thailand diperingkat kedua yang hanya 882.000 unit, setelahnya ada Malaysia yang mencatatkan penjualan 668.000 unit. Posisi Indonesia menempati urutan kelima pasar mobil terbesar di Asia, setelah Korea Selatan, India, Jepang, dan Cina. Cina masih yang terbesar dengan penjualan 24,590 juta unit di tahun yang sama.

Prospek di Pasar Gemuk

Secara alami, Indonesia memiliki pasar yang memang besar karena dianugerahi penduduk 254 juta jiwa. Sehingga sisi peluang penetrasi pasar masih sangat menjanjikan, rasio kepemilikan mobil di Indonesia baru mencapai 77 unit per 1.000 penduduk. Angka ini masih kecil dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia yang 397 unit, Thailand sebanyak 206 unit, dan Singapura 209 unit.

Peluang pasar yang masih besar ini juga ditopang oleh hasrat konsumsi yang tinggi terhadap kendaraan roda empat khususnya kelas menengah Indonesia. Mobil sudah dianggap sebagai kebutuhan bagi masyarakat Indonesia, tidak sekadar untuk kemudahan transportasi tetapi juga menaikkan status sosial.

Riset Nielsen pada 2014 yang berjudul The Nielsen Global Survey of Automotive Demand barang kali bisa menggambarkan betapa pentingnya mobil bagi status sosial orang Indonesia. Laporan itu mencatat, 93 persen konsumen online orang Indonesia malu bila tak punya mobil. Rasa malu orang Indonesia lebih tinggi dari negara-negara tetangga. Di Malaysia misalnya, dalam riset itu terungkap hanya ada 33 persen yang malu bila tak punya mobil, lalu Singapura lebih rendah hanya 22 persen, lalu Filipina dan Thailand masing-masing 21 persen.

Pemilik mobil di Asia Tenggara meyakini bahwa mobil merupakan simbol yang penting atas kesuksesan yang telah mereka capai dalam hidup mereka. Konsumen online di tiga negara di Asia Tenggara tercatat masuk 10 teratas secara global yang memandang mobil sebagai simbol status. Pemilik mobil di Thailand berada di urutan kedua tertinggi secara global sebagai yang berpandangan mobil sebagai simbol status dengan nilai 79 persen. Lalu diikuti 72 persen oleh pemilik mobil di Filipina, dan 67 persen Indonesia yang tertinggi ke-10 global, 62 persen di Malaysia dan 54 persen di Singapura. Sedangkan rata-rata global hanya sebesar 52 persen saja.

“Mereka juga ingin membeli sesuatu untuk memperlihatkan peningkatan status sosial. Bagi banyak dari konsumen ini, kepemilikan mobil merupakan simbol yang ampuh untuk menunjukkan sejauh mana kesuksesan yang telah mereka capai,” kata Executive Director of Consumer Insights, Nielsen Indonesia Anil Antony.

Artinya gengsi orang Indonesia salah satu yang tertinggi untuk memiliki mobil. Karakter alami ini lah yang menopang pasar yang besar. Dengan penduduk 254 juta jiwa, Indonesia tak terbantahkan sebagai pasar yang gemuk untuk para pemain industri mobil.

Peluang yang besar ini, tak melulu memberikan keuntungan dengan membesarnya penjualan, tapi kondisi akhir-akhir ini membuat industri mobil harus bertahan di tengah himpitan anjloknya penjualan karena turunnya daya beli konsumen di Indonesia.

Infografik Mazda Remake

Pasar yang Sedang Lesu

Penjualan mobil Indonesia sempat mengalami fase menanjak pada 2010 lalu, pasar tumbuh 57,3 persen dari hanya terjual 486.088 unit pada 2009, menjadi 764.710 unit. Penjualan mobil di Indonesia sempat mencapai rekor pada 2013, saat mobil yang penjualan mencapai 1.229.811 unit.

Setelah itu, penjualan mobil di Indonesia melemah 1,8 persen pada 2014 menjadi 1.208.028 unit dan puncaknya pada 2015 yang hanya terjual 1.013.291 unit atau turun 16,1 persen dibanding tahun sebelumnya.

Tahun ini pelaku industri otomotif mencoba menghibur diri, untuk tetap optimistis. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memprediksi pasar otomotif domestik 2016 bisa mencapai 1.050.000 unit atau naik sekitar lima persen. "Untuk 2016 diperkirakan akan ada kenaikan sekitar lima persen, jadi angkanya kami masih sangat berhati-hati di 1.050.000 unit, kalaupun bagus-bagus bisa sampai 1.100.000 unit," kata Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto.

Proyeksi Gaikindo ini sedikit lebih rendah dari proyeksi yang dilakukan oleh asiamotorbusiness.com, mereka memperkirakan pasar otomotif di Indonesia bisa tembus 1,075 juta unit tahun ini, dan meningkat lagi menjadi 1,125 juta unit di tahun depan. Proyeksi ini bisa jadi bakal terbukti, karena hingga Januari-Agustus 2016 saja penjualan sudah mencapai 691.042 unit, telah melampaui periode yang sama tahun lalu, yang hanya terjual 671.643 unit.

Pasar Indonesia memang menjanjikan bagi pemain otomotif global. Pasar yang besar ini selalu dilirik oleh mereka yang mencoba mencari peruntungan. Namun, pasar otomotif Indonesia tak hanya gemuk tapi juga ketat dan keras dalam persaingan. Gaikindo saja setidaknya punya anggota 25 entitas bisnis. Jadi jangan coba-coba bagi mereka yang tak serius atau hanya berdagang saja.

“Orang Indonesia itu sangat hati-hati dalam memilih produk (mobil). Jadi tidak ada tempat bagi pihak yang sekadar mau mencoba-coba,” kata pengamat otomotif Munawar Chalil saat dihubungi tirto.id, Senin (17/10/2016).

Baca juga artikel terkait MAZDA atau tulisan lainnya dari Suhendra

tirto.id - Otomotif
Reporter: Suhendra
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti