Menuju konten utama

Mereka yang Datang dan Pergi

Awal tahun ini, Ford Motor Indonesia mengumumkan angkat kaki begitu saja dari Indonesia. Namun, tahun depan Indonesia akan kedatangan pemain baru di khazanah pasar otomotif nasional, Wuling dari Cina. Wuling mampu membuktikan untuk masuk pasar Indonesia yang seksi tak boleh setengah-setengah, harus berani komitmen membangun pabrik sejak dini.

Mereka yang Datang dan Pergi
Pengunjung melihat mobil Wuling pada pembukaan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (11/8). Pameran yang diikuti sebanyak 31 merek kendaraan tersebut berlangsung hingga 21 Agustus mendatang. ANTARA FOTO/Saptono/Spt/16

tirto.id - Pasar otomotif di Indonesia menjadi surga bagi mereka yang mampu menangkap peluang. Namun pasar yang besar ini tak memberikan peluang besar bagi pemain yang setengah hati masuk ke belantara persaingan pasar otomotif nasional yang cukup keras.

Dalam dua tahun terakhir ada tiga peristiwa yang menyedot perhatian pelaku bisnis dan industri otomotif di Tanah Air.

Masih ingat dengan tutupnya pabrik MPV Chevrolet Spin di Bekasi? Berlanjut pada Januari 2016 Ford benar-benar angkat kaki, dan sempat membuat “dag-dig-dug” para konsumennya, hingga gugatan hukum karena lepas tanggungjawab begitu saja meninggalkan konsumen di Indonesia. Belakangan ini Mazda membuat heboh karena mengalihkan bisnisnya ke mitra lokal. Keputusan itu menimbulkan pertanyaan besar, apakah Mazda masih serius di Indonesia? Atau ingin mundur secara teratur?

Mereka yang Mundur

Kabar tak menyenangkan datang dari General Motors (GM) Indonesia pada Februari tahun lalu. Produsen mobil asal AS itu mengumumkan penutupan pabrik perakitan Chevrolet Spin di Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat mulai 30 Juni 2015 lalu. Dampaknya ada ratusan pekerja yang kena PHK. Sejumlah mesin pabrik tersebut juga diangkut ke pabrik GM di India.

Sebelum dihentikan produksinya, Chevrolet Spin hanya terjual 8.500 unit pada 2014. Penjualan ini belum ada apa-apanya dibandingkan dengan kapasitas produksi pabrik Bekasi yang mampu menelurkan 40.000 unit Spin per tahun. Sehingga tak mengherankan sejak diproduksi Mei 2013, kerugian GM ditaksir sekitar $200 juta. Chevrolet Spin memang kurang laku di pasar Indonesia yang bisa dibilang masih sulit berpindah ke lain hati dari mobil Jepang.

Pabrik GM itu merupakan pembukaan dari fasilitas GM yang sempat dibuka pada 1995 dan ditutup pada 2005. Fasilitas produksi pabrik GM di Pondok Ungu dibangun kembali Mei 2013, tapi akhirnya tutup hanya berselang kurang dari dua tahun.

“Orang Indonesia yang baru pertama beli mobil, jadi uangnya pas-pasan. Kalau uangnya pas-pasan, orangnya pasti cari yang aman dong yang sudah terbukti puluhan tahun (Jepang),” kata Pengamat otomotif Munawar Chalil saat dihubungi tirto.id, Jakarta, Senin (17/10/2016)

Keputusan GM jadi pukulan telak bagi industri otomotif, yang pada waktu itu justru menghadapi perlambatan pertumbuhan pasar di tahun berikutnya. Kejadian yang menimpa GM sangat berbeda jauh dengan yang menimpa Ford, maupun Mazda.

Pekan lalu, Mazda Motor Indonesia (MMI) mengumumkan penandatanganan perjanjian pengalihan atas bisnis distribusi mobil dan suku cadang Mazda kepada PT Eurokars Motor Indonesia. Alasan Mazda memang normatif, yaitu bertujuan memperkuat bisnis di Indonesia. Keputusan ini juga bagian dari upaya melokalkan manajemennya untuk kegiatan usaha Mazda Indonesia yang lebih efisien. Eurokars Motor Indonesia akan mulai beroperasi sebagai distributor Mazda mulai Februari tahun depan.

“Mazda dan General Motors (GM) atau Chevrolet tidak hengkang kok. Mazda APM-nya diambil over oleh Eurokars, GM atau Chevrolet masih beroperasi, hanya menghentikan perakitannya (untuk Spin),” kata Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto kepada tirto.id.

Sebelum keputusan yang diambil Mazda, pada 25 Januari 2016 Ford Motor Company mengumumkan menutup total operasional mereka di Indonesia. Penutupan di Indonesia diduga karena kecilnya angka penjualan yang hanya 6.000 unit pada 2015 atau 0,6 persen dari total pasar. Segmen pasar Ford yang lebih banyak menyasar mobil double cabin di bisnis pertambangan jadi masalah besar ketika sektor tambang di Indonesia sedang terjun bebas, beberapa tahun terakhir.

Sehingga Ford benar-benar angkat kaki, dan menghentikan operasi mereka dari Indonesia. Namun kepergian produsen mobil asal Amerika Serikat (AS) bukan akhir segalanya. Selain Ford yang memang tak punya basis industri di Indonesia, hengkangnya Ford terobati dengan komitmen besar dari pendatang baru, yang berani menanamkan uang untuk membangun pabrik. Ini jadi bukti bahwa pelaku otomotif yang ingin masuk pasar Indonesia, tak harus selalu beralasan lebih dahulu tes pasar dengan hanya menjadi importir mobil semata.

Yang Datang

Ada yang datang, ada yang pergi. Setelah Ford pergi, maka giliran yang lain yang datang. Adalah perusahaan patungan SAIC Motor Corporation, GM, dan Guangxi Motor Corporation yang mendirikan pabrik mobil di Indonesia. Mereka membentuk PT Saic General Motors Wuling (SGMW) atau Wuling. Kehadiran Wuling di Indonesia tak terlepas dari peran GM yang merupakan induk dari Chevrolet. Chevrolet belum lelah menggarap maksimal pasar Indonesia.

“Kita mengapresiasi kepada industri yang komitmen mendirikan pabrik di Indonesia, termasuk Wuling,” kata I Gusti Putu Suryawirawan, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian kepada tirto.id, Selasa (18/10/2016)

Wuling membenamkan investasi sebesar 700 juta dolar AS untuk pabrik mereka di atas lahan seluas 60 hektar di Kawasan Industri Deltamas, Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat. Pabrik mereka akan mulai beroperasi pada awal 2017 dan akan meluncurkan produk pertamanya setelah beroperasi. Meski pabrik mereka belum selesai, mereka sudah jadi peserta di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016. Wuling memang telah resmi menjadi anggota Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), dan siap menyongsong pasar Indonesia

Dalam sebuah pasar yang dinamis, datang atau pergi sebuah hal yang biasa. Bagi mereka yang pergi, pasar Indonesia mungkin sudah tak menarik lagi karena kesalahan mereka sendiri. Bagi pendatang baru, ini jadi pembuktian bahwa mereka tak boleh sia-siakan komitmen investasi.

“Kini kami harus bekerja keras untuk membuktikan kualifikasi kami sebagai anggota Gaikindo serta untuk mencapai visi kami menjadi pesaing yang kuat di industri otomotif Indonesia," kata Presiden Wuling Xu Feiyun.

Baca juga artikel terkait MAZDA atau tulisan lainnya dari Suhendra

tirto.id - Otomotif
Reporter: Suhendra
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti