tirto.id - Tingginya jumlah pengguna kendaraan bermotor di Indonesia membuat keberadaan bengkel motor dan mobil menjamur. Saat ini, bengkel resmi maupun tidak, semakin mudah ditemukan.
Bengkel sepeda motor tidak resmi bahkan mudah ditemui di pinggir jalan. Sebagian bengkel memiliki pelanggan setia karena montir-montirnya tidak kalah andal dibanding mekanik bengkel resmi.
Meskipun demikian, masih kerap muncul keluhan dari konsumen tentang kualitas pelayanan sejumlah bengkel motor tidak resmi. Keluhan soal pelayanan bengkel motor resmi pun ada.
Sebagian keluhan konsumen dipicu oleh ulah montir nakal. Jika pemilik kendaraan bermotor memiliki pengetahuan memadai soal mesin, nasib sial “dikerjai” montir bengkel mungkin bisa dihindari. Namun, lain soal jika pemilik kendaraan “awam” soal mesin.
Oleh karena itu, ada baiknya mengetahui sejumlah tanda yang mengindikasikan bahwa montir “nakal” sedang berulah. Berikut tanda-tandanya sebagaimana dikuti dari berbagai sumber:
1. Tidak ada penjelasan meyakinkan soal kondisi kendaraan
Saat mendatangi bengkel, pemilik kendaraan biasa menyampaikan keluhan soal kondisi mesin. Montir yang baik akan menjelaskan kondisi sebenarnya dari kendaraan milik pelanggan secara terbuka. Selain itu, montir juga akan memberi tahu sejumlah alternatif solusi.
Pemilik kendaraan sebaiknya aktif bertanya kepada montir. Namun, apabila si montir terkesan enggan memberikan penjelasan secara terbuka, pemilik kendaraan perlu waspada.
2. Montir menyarankan penggantian banyak sparepart setiap servis berkala
Servis berkala memang penting dilakukan agar mesin motor atau mobil selalu prima. Tetapi, saat servis berkala dilakukan, ada sebagian montir yang rajin menyarankan penggantian onderdil dengan sparepart baru. Alasannya beragam, bahkan ada montir yang terkesan menakut-nakuti pemilik kendaraan.
Pemilik kendaraan perlu waspada apabila setiap melakukan servis berkala, montir menyarankan banyak onderdil diganti dengan sparepart baru. Sebab, bisa jadi belum saatnya diganti. Oleh sebab itu, apabila pemilik kendaraan ragu, lebih baik mengabaikan saran mengganti sparepart.
3. Sparepart akan diganti meski tidak dikeluhkan pemilik kendaraan
Pemilik kendaraan juga perlu berhati-hati apabila montir menyarankan penggantian onderdil meskipun tidak dikeluhkan. Misalnya, awalnya mungkin pemilik kendaraan hanya mengeluhkan kondisi kampas rem. Namun, montir lalu mengaku menemukan ada sejumlah sparepart lain yang perlu diganti, padahal sebelumnya pemilik kendaraan tidak merasakan tanda-tanda kerusakan. Di kasus semacam ini, apabila pemilik kendaraan mudah pasrah, bisa jadi harus membayar lebih mahal meski sebenarnya tidak perlu.
4. Montir mengganti sparepart tanpa meminta izin pemilik kendaraan
Sebenarnya, setiap montir wajib meminta izin pemilik kendaraan sebelum mengganti sparepart. Namun ada juga montir yang nekat mengganti sparepart tanpa meminta izin terlebih dulu. Jika menemui kasus seperti ini, pemilik kendaraan sebaiknya tidak ragu untuk menegur si montir.
5. Montir enggan menunjukkan kerusakan pada sparepart lama yang diganti
Saat ada sparepart kendaraan yang diganti, pemilik sebaiknya meminta montir menunjukkan onderdil lama dan menjelaskan kondisi kerusakannya. Jika montir enggan menunjukkannya, pemilik kendaraan perlu curiga. Sebab, ada kemungkinan sparepart lama sebenarnya masih layak pakai.
6. Montir menawarkan sparepart dari merek yang jarang terdengar
Pemilik kendaraan sebaiknya juga waspada apabila montir menawarkan sparepart baru dengan merek yang jarang terdengar. Apalagi, jika pemilik kendaraan meragukan kualitas sparepart itu. Ada baiknya, pemilik mobil atau motor memastikan terlebih dahulu kualitas sparepart yang ditawarkan si montir.
7. Montir menjelaskan risiko kerusakan kendaraan secara berlebihan
Pemilik kendaraan perlu bersikap skeptis apabila ada montir yang menjelaskan risiko akibat kerusakan mesin kendaraan dengan cara berlebihan. Misalnya, kendaraan dibilang mudah mengalami kecelakaan jika kerusakannya tidak lekas ditangani. Dalam kasus seperti ini, pemilik kendaraan sebaiknya mencari bengkel lain untuk mendapatkan saran alternatif.
8. Kendaraan diminta ditinggal di bengkel
Saat kendaraan diservis, pemiliknya lebih baik menunggu di bengkel, kecuali jika ada kerusakan berat yang membuat perbaikan mesin butuh waktu seharian atau lebih. Dengan 'memelototi' proses kerja si montir, pemilik kendaraan bisa meminimalisir risiko 'dikerjai', seperti membeli suku cadang baru yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Kalau montir menyarankan pemilik meninggalkan kendaraan di bengkel tanpa alasan yang jelas, saran itu perlu diabaikan.
9. Montir menawarkan sparepart dengan harga kelewat murah
Pemilik kendaraan sebaiknya tidak gampang terbujuk saat montir menawarkan penggantian sparepart lama dengan harga kelewat murah. Tawaran seperti itu mencurigakan. Sebab, ada kasus ketika montir melepas onderdil lama, ia kemudian mengaku menemukan masalah baru. Hal ini bisa menjadi alasan montir menawarkan penggantian sparepart lain dengan biaya yang jauh lebih mahal.
Editor: Ibnu Azis