tirto.id - Pemerintah Cina menemukan COVID-19 di sayap ayam beku yang diimpor dari Brasil di kota Shenzhen. Dilaporkan Bloomberg, Kamis (13/8/2020), mereka juga mengklaim sebagian orang yang berkontak dengan produk tersebut positif COVID-19.
Sebelumnya mereka mengklaim mendapatkan COVID-19 di kemasan udang beku dari Ekuador yang beredar di kota Xi'an.
Pemerintah Brasil dan Ekuador segera bereaksi atas temuan tersebut. Melansir ABC, Kementerian Pertanian Brasil meminta klarifikasi dari otoritas Cina terkait temuan itu. Mereka ingin penjelasan lebih detail. Sementara Menteri Produksi, Perdagangan Internasional, Investasi dan Perikanan Ekuador Iván Ontaneda Berrú memastikan negaranya mengikuti protokol yang ketat dan tidak terkait dengan apa yang terjadi saat barang yang mereka ekspor meninggalkan negara.
Setelah temuan ini, sebagaimana dilapokan Japantimes, pemerintah setempat mengetatkan impor daging dan kemasan produk laut di pelabuhan utama selama beberapa bulan, selain meminta warga lebih berhati-hati memilih. Cina juga menunda impor daging dari sejumlah tempat termasuk Brasil per pertengahan Juni.
Di sisi lain, tujuh perusahaan daging asal Argentina menghentikan sementara ekspor ke Cina setelah mereka mendapati sejumlah karyawannya positif COVID-19.
Lalu apakah perkembangan ini patut diwaspadai Indonesia, yang banyak produk makanannya dari impor?
Kementerian Perdagangan Indonesia mengatakan mereka belum akan mengambil tindakan apa pun atas informasi yang disampaikan pemerintah Cina, termasuk melakukan pembatasan. Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Marthin menyatakan perlu kajian dan pendalaman kasus lebih dulu sebelum mengambil langkah atau pengawasan lebih lanjut.
Ia menjelaskan mekanisme impor daging beku saat ini memerlukan rekomendasi Kementerian Pertanian dan rekomendasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk produk hewan olahan. Persetujuan keduanya diperlukan sebelum Kemendag menerbitkan persetujuan impor (PI).
“Perlu dilakukan koordinasi lebih lanjut baik dengan Kementan maupun BPOM terhadap usulan pengetatan terhadap frozen food dari negara-negara yang kasus COVID-19-nya masih tinggi,” ucap Marthin dalam surat elektronik kepada reporter Tirto, Sabtu (15/8/2020).
Marthin bilang bila seandainya diperlukan langkah membatasi impor frozen food, maka ada sejumlah skema yang bisa ditempuh, antara lain Permendag Produk Tertentu, Permendag Hasil Perikanan, atau Permendag Hewan Produk Hewan.
Di awal masa pandemi, Kemendag juga pernah melakukan pembatasan impor hewan hidup dari Cina melalui Permendag 10 Tahun 2020. Permendag ini diterbitkan sebagai antisipasi transmisi COVID-19 melalui makhluk hidup termasuk hewan.
“Dalam masa pandemi COVID-19 ini, tidak ada perubahan peraturan tata niaga impor terhadap komoditi yang diatur dalam permendag-permendag dimaksud,” ucap Marthin.
Belum diberlakukannya pembatasan ini tak keliru. Direktur Eksekutif WHO untuk Program Darurat Mike Ryan mengatakan “tidak ada cukup bukti makanan atau rantai makanan menjadi transmisi virus ini,” meski memang tetap penting meneliti lebih jauh klaim pemerintah Cina.
Oleh karena itu ia meminta agar masyarakat tak perlu khawatir. “Orang-orang seharusnya dapat merasa nyaman dan aman,” ucap Ryan.
Epidemiolog WHO Maria Van Kerkhove mengatakan hasil tes pemerintah Cina pada makanan beku yang berujung positif COVID-19 relatif sedikit, di bawah 10 kasus. Karenanya belum saatnya khawatir. Ia juga mengatakan makanan beku yang dimasak dengan baik dapat mematikan virus sehingga aman dikonsumsi.
Epidemiolog Unair Laura Navika Yamany menegaskan data yang dipaparkan pemerintah Cina belum cukup kuat lantaran belum menunjukkan kejadian serupa di kota lain, meski memang perlu investigasi lebih lanjut terutama oleh WHO untuk dijadikan informasi berskala global.
Sebelum itu dilakukan dan kesimpulan didapat, pemerintah Indonesia dapat melakukan sejumlah antisipasi. Salah satunya melakukan pengecekan secara random sampling terhadap frozen food impor. Secara teoretis, virus memang dapat bertahan di lingkungan yang dingin dan akan rusak seiring peningkatan suhu menjadi panas.
Selain itu, ia menyarankan pemerintah mengevaluasi ulang mana saja produk frozen food yang perlu diimpor.
“Kalau tidak perlu impor, sebaiknya tidak usah,” ucap Laura saat dihubungi, Selasa (18/8/2020).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Rio Apinino