Menuju konten utama

Cilandak dan Kebayoran, Benteng Ahok-Djarot di Selatan

Meski kalah telak di Jakarta Selatan, Ahok-Djarot masih bisa menang di Cilandak dan Kebayoran Baru.

Cilandak dan Kebayoran, Benteng Ahok-Djarot di Selatan
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat (tengah) bersama istrinya Happy Farida (kedua kanan) tiba di Stasiun Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (17/11). Djarot melakukan "blusukan" ke kawasan tersebut guna berdialog dengan sejumlah pedagang dan tukang ojek yang ada di dekat stasiun Kebayoran Lama. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/aww/16.

tirto.id - Pada putaran pertama Pilkada DKI Jakarta, pasangan nomor dua, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat gagal menang di Jakarta Selatan. Suara pemilih Jaksel, mayoritas lari ke pasangan nomor tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Selain Jaksel, Ahok-Djarot pun sebetulnya juga kalah di Jakarta Timur. Namun, kekalahan di Jaksel lebih menyakitkan dibanding Jaktim karena margin selisih suara dengan Anies-Sandi cukup besar.

Data rekapitulasi KPUD DKI Jakarta mencatat di Jaktim selisih Ahok-Djarot dan Anies-Sandi hanya 2,96 persen, 38,83 persen berbanding 41,76 persen. Sedangkan di Jaksel, selisih itu bisa mencapai 7,7 persen. Ahok-Djarot kalah 46,47 persen berbanding 38,77 persen.

Soal kesulitan mendulang suara di Jakarta Selatan diakui oleh Ketua DPP Bidang Hukum PDI Perjuangan, Trimedya dalam diskusi Polemik Sindotrijaya Network pada 18 Februari lalu.

"Kami melihat dari 6 kotamadya Ahok-Djarot hanya menang di 4 kotamadya. Kita harus kerja keras di Jakarta Selatan. Memang dalam tradisinya, itu wilayah yang sulit. Tapi kita harus kerja keras," kata Trimedya.

Ada satu sebab kenapa Ahok-Djarot bisa kalah telak di Jakarta Selatan. Jika menilik hasil Pemilihan Legislatif 2014, PKS dan Gerindra - dua parpol pengusung Anies-Sandi - punya suara signifikan di dua dapil yakni Dapil VII dan Dapil VIII.

Pada dua Dapil itu, PDIP lah yang memang jadi juaranya, di Dapil VII mendapat 25,17 persen dan Dapil VIII, 22,11 persen. Namun di bawah PDIP, ada PKS dan Gerinda yang sama-sama menempel ketat pada posisi dua dan tiga. Di Dapil VII, Gerindra dapat 19 persen dan PKS 10 persen. Sedang di Dapil VIII, PKS dapat 12,55 persen dan Gerindra 12,02 persen.

Jika dirinci lebih detail hasil putaran pertama per kecamatan, selisih kemenangan Anies-Sandi di Jaksel berkisar 1-20 persen. Di Tebet, Pancoran dan Mampang Prapatan, Anies-Sandi selisih keunggulan atas Ahok-Djarot bahkan sampai 20 persen. Anies-Sandi unggul 53 persen berbanding 33 persen.

Lalu di Pasar Minggu dan Jagakarsa margin itu cukup lebar 8 persen. Sedang di Pesanggrahan dan Setiabudi, selisih Anies-Sandi dan Ahok-Djarot relatif tipis 3 persen.

Meski kalah telak di tujuh kecamatan, Ahok sebetulnya tidak kalah total. Dari 10 kecamatan, setidaknya dia berhasil merebut dua kecamatan di Jaksel yakni Kebayoran Baru dan Cilandak. Di Cilandak, Ahok-Djarot menang 46 persen berbanding 42 persen. Di Kebayoran Baru, Ahok-Djarot unggul jauh 46 persen berbanding 40 persen.

Selain Kebayoran Baru dan Cilandak, Ahok-Djarot pun memberikan perlawanan ketat di Kebayoran Lama. Anies-Sandi memang menang di kecamatan itu. Namun, margin kemenangan itu amatlah cukup tipis, hanya 0,5 persen saja. Anies-Sandi dapat 42,5 persen, sedangkan Ahok-Djarot 42 persen.

Pada putaran dua nanti, Ahok-Djarot dan Anies-Sandi akan berlomba memperebutkan pemilih Agus Harimurti dan Sylviana Murni di Jaksel yang berkisar 14 persen. Dibandingkan dengan 9 kecamatan lain, pendukung Agus Sylvi ternyata mayoritas berada di Kecamatan Kebayoran Baru. Tipisnya selisih antara antara dua paslon dan tingginya pemilih Agus-Sylvi, membikin hasil di Kebayoran Baru nanti layak untuk disimak.

Baca juga artikel terkait PILGUB DKI JAKARTA 2017 atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Politik
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti