tirto.id - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Funds/IMF) Christine Lagarde mengklaim kondisi perekonomian global saat ini jauh lebih aman ketimbang 10 tahun lalu. Kendati demikian, Lagarde tetap menyoroti ihwal perang dagang dan nilai tukar mata uang di sejumlah negara yang tidak stabil.
“Kami tentu berharap kita tidak menuju ke arah perang dagang ataupun perang kurs. Itu akan merugikan berbagai pihak [yang terlibat]. Sementara itu akan ada banyak negara tak bersalah yang hanya akan menyaksikannya,” kata Lagarde dalam konferensi pers di Bali International Convention Center, Nusa Dua pada Kamis (11/10/2018).
Pernyataan Lagarde itu mengacu kepada perang dagang sengit antara Amerika Serikat dengan Cina. Meski yang terlibat dalam perang dagang hanya dua negara, akan tetapi Lagarde menilai dampaknya akan terasa ke negara-negara yang selama ini juga memiliki hubungan dagang dengan Cina.
Oleh karena itu, Lagarde menyampaikan imbauannya kepada dua negara tersebut agar menurunkan tensi perang dagang antar kedua negara, memperbaiki sistem perdagangan global, serta tidak melanggar sendiri komitmen yang dibuat.
Dalam beberapa bulan terakhir, intensitas perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina memang meningkat. Keduanya saling menetapkan tarif impor untuk sejumlah komoditas. Beberapa negara pun terkena imbasnya, tak terkecuali Indonesia.
Akan tetapi, Lagarde menilai pengaruh perang dagang maupun pengetatan kebijakan moneter di Amerika Serikat dan daratan Eropa tidak begitu parah. Ia berpendapat Indonesia tidak sampai tertular krisis seperti Turki, Venezuela, maupun Argentina karena memiliki fundamental perekonomian yang kuat.
“Ada perubahan pada tataran kebijakan ekonomi Indonesia secara signifikan. Penilaian kami untuk itu sangatlah baik. Pendapatan per kapita naik dua kali, angka kemiskinan turun, inflasi rendah, dan rekam jejak utangnya terkendali,” ungkap Lagarde.
Oleh karena itu, Lagarde pun menilai pemerintah memiliki kedisiplinan yang baik dalam mengarahkan perekonomian. Terkait dengan mata uang rupiah yang melemah terhadap dolar AS, ia mengingatkan bahwa pelemahan nilai tukar juga dialami sejumlah negara lain.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto