tirto.id - Co Chair The Pandemic Fund, Chatib Basri menuturkan, berbagai urgensi yang mendorong Indonesia mengambil langkah inisiatif dalam pembentukan Pandemic Fund. Salah satunya karena kondisi pembiayaan global belum sepenuhnya mampu memberikan keamanan dari pandemi.
"Dalam situasi ini, partisipasi pembiayaan masih sangat lemah. Itulah mengapa kita harus membuat seperti institusi untuk menangani masalah ini," ujarnya di Nusa Dua, Bali, dikutip Senin (14/11/2022)
Mantan Menteri Keuangan itu menjelaskan WHO berperan sangat penting dalam kesehatan global. Namun, organisasi kesehatan dunia tersebut bukan lembaga pembiayaan, karena itu perlu kolaborasi dengan institusi seperti World Bank dan lainnya.
"Itu alasan kenapa pengembangan Pandemic Fund ini dapat menjembatani isu keberlanjutan pembiayaan juga memperhatikan masalah pandemi di sisi lainnya," katanya.
Chatib Basri optimistis Pandemic Fund memiliki peran penting untuk membuat dunia lebih aman, sebab berinvestasi di public goods. Dia menjelaskan seperti pernyataan Presiden Bank Dunia David Malpass, investasi dalam penguatan Pandemic Prevention Response (PPR) di negara berpendapatan rendah dan menengah akan menyelamatkan jutaan jiwa hingga mendapatkan uang yang banyak di masa depan.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan pertama kalinya komunitas internasional bersama-sama untuk berinvestasi dalam pendanaan untuk PPR di negara berkembang. Chatib menilai hal itu merupakan penting dalam sebuah perjanjian multilateralisme di tengah suasana banyaknya keraguan atas multilateralisme.
"Saya rasa ini merupakan tonggak pencapaian yang sangat penting," katanya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya meresmikan dana pandemi (pandemic fund) dunia. Dia kembali mengingatkan terkait dampak pandemi COVID-19 yang mengganggu ekonomi dunia. Kasus COVID-19 harus jadi pelajaran agar tidak ada gangguan pada ekonomi.
Dalam sambutannya secara secara daring, Minggu (13/11/2022), Jokowi menyatakan, dunia tengah menghadapi disrupsi berat dalam 3 tahun terakhir. Oleh karena itu, pandemi di masa depan tidak boleh mengganggu dunia seperti COVID.
"Pandemi COVID-19 telah terbukti bahwa dunia tidak siap menghadapi pandemi. Dunia tidak mempunyai arsitektur kesehatan yang ada untuk mengelola pandemi. Oleh karena itu kita harus memastikan ketahanan komunitas internasional dalam menghadapi pandemi," kata Jokowi.
Jokowi mengaku ada sejumlah langkah jangka pendek yang diambil. Pertama, Indonesia dunia harus mempunyai kapasitas pembiayaan untuk mencegah dan menghadapi pandemi.
Kedua, dunia perlu membangun ekosistem kesehatan yang bersinergi. Dunia perlu 31,1 miliar dolar AS untuk menjaga sistem ketahanan dunia berdasarkan hasil studi organisasi kesehatan dunia (WHO).
"Perihal pembiayaan dibutuhkan sebesar 31,1 miliar dolar Amerika Serikat setiap tahunnya untuk membiayai sistem pencegahan, persiapan dan respon terhadap pandemi di masa yang akan datang," kata Jokowi.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin