tirto.id - “Permainan sudah selesai,” ujar Maksude Kadena melalu balkon apartemennya kepada ratusan orang yang berkumpul menuntut pembayaran yang dijanjikan.
Kadena adalah pemilik firma Sude yang dilegalkan Pemerintah Albania untuk membuka bisnis investasi dan menawarkan keuntungan 5-10 persen per bulan. Sude hanyalah satu dari sekian banyak “pemain” Skema Ponzi yang merajalela di Albania pada 1990-an.
Bencana kemudian datang. Keuntungan tiba-tiba berhenti dan investor tidak bisa menarik uang mereka. Kadena akhirnya mengakui bahwa perusahaannya melakukan Skema Ponzi dan kolaps.
Kejadian ini menjadi pemicu kerusuhan di seluruh Albania dan menempatkan negara tersebut di ambang perang saudara.
Pada mulanya, Skema Ponzi memikat banyak orang Albania dengan janji keuntungan investasi yang tinggi. Iming-iming itu membuat banyak orang menginvestasikan tabungan mereka dan bahkan banyak juga yang meminjam dari bank. Skema ini bahkan mendapat dukungan dari pemerintahan Sali Berisha yang terpilih secara demokratis pada 1992.
Kemudian dalam periode 1993-1995, Albania dipuji karena perekonomiannya berhasil tumbuh lebih dari 8 persen per tahun. Namun, banyak “pemain” skema ini ternyata curang dan membuat para investor rugi besar. Lebih parah lagi, mereka tidak dapat memulihkan modalnya.
Skandal ini memicu pemberontakan rakyat Albania dan akhirnya menggulingkan pemerintahan Sali Berisha. Pemberontakan ini mencapai puncaknya pada 1997, saat seluruh negeri dilanda kekacauan yang sangat besar. Akibatnya, lebih dari 2.000 orang tewas dalam bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan.
Dipopulerkan Charles Ponzi
Skema Ponzi adalah jenis penipuan investasi yang menjanjikan keuntungan tinggi kepada investor dengan mengorbankan modal investor baru. Nama Ponzi sendiri diambil dari Charles Ponzi yang memopulerkannya.
Sebelum Ponzi, telah muncul beberapa skema serupa dan dikenal dengan berbagai nama.
Pada 1879, Sarah Howe membuka bank swasta dan menawarkan bunga 8 persen sebulan kepada lebih dari seribu wanita. Namun, janji tersebut ternyata hanya tipuan. Sarah Howe berhasil mengumpulkan setengah juta dolar dari para wanita yang dikelabui.
Beberapa tahun kemudian, seorang promotor dari Chicago menawarkan investasi dengan keuntungan besar melalui apa yang disebut Fund W. Sama seperti Sarah Howe, itu hanyalah tipuan dan si promotor lantas melarikan diri setelah membayar sebagian uang sebagai bunga.
Pada 1899, William Franklin Miller meluncurkan Sindikat Franklin di Brooklyn dan mengklaim telah menemukan rahasia orang dalam untuk bermain di pasar saham. Miller menjanjikan keuntungan sebesar 10 persen setiap minggu.
Miller berhasil mengumpulkan rata-rata $80 ribu seminggu dan menjadi terkenal dengan julukan "520 Persen". Namun, Miller lalu melarikan diri ke Kanada dengan membawa $2 juta hasil penipuan. Dia kemudian berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara.
Kemudian, masih ada pengacara asal Chicago, Leo Koretz, yang menjalankan serangkaian Skema Ponzi yang sangat spektakuler. Selama hampir dua dekade, Koretz menjual hipotek palsu dan mengaku melakukan pembunuhan di pertanian beras Arkansas.
Melalui Sindikat Bayano, Koretz memimpikan kelompok jutawan bayangan pada 1911. Dia juga mengklaim bahwa mereka menguasai hutan berharga di sudut terpencil Panama.
Dilansir Chicago Tribune, Koretz mulai menjual saham di bonanza tropis ini dan pada awal 1920-an, para investor memperoleh laba tahunan sebesar 60 persen. Koretz berhasil mengumpulkan sebanyak $400 juta dari berbagai skema sebelum meninggalkan kota pada 1923.
Lalu, mengapa nama Ponzi yang justru dipilih untuk menamai skema penipuan berkedok investasi ini?
Charles Ponzi menjadi sangat terkenal karena aksi yang dilakukannya pada 1920 memiliki skala dan dampak yang dramatis. Hal itu amat menyita perhatian publik saat itu dan karenanya menjadi referensi utama untuk skema serupa yang dilakukan kemudian.
Keberhasilan Charles Ponzi rupanya menginspirasi generasi peniru di masa depan. Terdapat lusinan Skema Ponzi besar yang telah diekspos sejak 1980. Puncaknya adalah kasus spektakuler manajer investasi Wall Street Bernie Madoff senilai $65 miliar pada 2008.
Regulator sekuritas Amerika Serikat bahkan menemukan 60 skema investasi bodong pada 2019 saja yang meraup dana investor hingga $3,25 miliar.
Lahir dari Ide Pertukaran Bilyet Pos
Carlo Pietro Giovanni Guglielmo Tebaldo Ponzi atau Charles Ponzi lahir pada pada 3 Maret 1882 di Parma, Italia. Dia adalah anak tertua dari pasangan Settimo Ponzi dan Imelde Bianchi. Keluarganya memiliki latar belakang yang sederhana dan Ponzi tumbuh di lingkungan yang relatif miskin.
Pada usia muda, Ponzi menunjukkan minat yang tinggi untuk menjelajahi dunia. Pada 15 November 1903, dia turun dari kapal SS Vancouver di Pelabuhan Boston, Amerika Serikat. Usianya kala itu genap 21 tahun dengan tujuan mencari kehidupan yang lebih baik dari sisi ekonomi.
Ponzi kemudian tinggal di Boston, Massachusetts, dan menyambung hidup dengan bekerja apa saja, mulai dari pelayan, penjaga toko, hingga petugas imigrasi. Dia juga sempat pindah ke New York saat bekerja sebagai pengangkut meja dan lantas ke Florida sebagai pekerja serabutan di Pantai Timur.
Saat itu, dia juga kerap keluar-masuk penjara lantaran melakukan tindak kriminal, mulai dari mencuri, menipu, dan melakukan penggelapan uang.
Warsa 1917, Ponzi kembali ke Boston untuk mendapatkan pekerjaan sebagai juru tulis usai melihat iklan di surat kabar lokal. Di sana, dia bertemu Rose Gnecco yang lalu dinikahinya setahun kemudian. Mereka memiliki tiga anak, tapi pernikahan mereka tidak berlangsung lama dan akhirnya berakhir dengan perceraian.
Donald H. Dunn dalam Ponzi!: The Boston Swindler (1975) menyebut bahwa Ponzi tiba-tiba mendapatkan ide menciptakan skema investasi yang diklaimnya bisa memberikan keuntungan sangat besar. Ide tersebut muncul ketika Ponzi menerima sebuah surat dari Spanyol pada Agustus 1919 yang berisi bilyet pos internasional.
“Kejeniusan Ponzi terletak pada psikologi, bukan keuangan,” tutur Dunn.
Dia menyadari bahwa bisa mendapat keuntungan signifikan dengan membeli bilyet pos dengan harga diskon dan menukarkannya di Amerika Serikat dengan harga penuh.
Ponzi lantas memulai skema tersebut dengan mengumpulkan dana dari investor yang diiming-iminginya janji keuntungan yang tinggi dan cepat. Pada awalnya, dia menggunakan uang dari investor baru untuk membayar keuntungan kepada investor yang lebih lama.
Keuntungan yang diterima oleh para investor awal membuat Skema Ponzi terlihat berhasil dan menarik minat lebih banyak orang untuk berinvestasi. Dia pun kemudian mendirikan perusahaan The Securities Exchange Company pada awal Januari 1920.
Selain itu, Ponzi juga menjalankan kampanye pemasaran agresif dan membangun citra diri sebagai seorang pengusaha sukses. Dia sering muncul dalam berita, diwawancarai, dan memberikan pidato-pidato yang meyakinkan.
Ponzi menggunakan kemampuannya dalam memengaruhi orang lain untuk mendapatkan kepercayaan investor dan menarik lebih banyak dana ke dalam skemanya. Para investor bahkan dijanjikan keuntungan 100 persen dalam 90 hari, lalu diyakinkan kembali lewat kebijakan mendapatkan bunga 50 persen dalam 45 hari.
Skema Ponzi memberikan keuntungan yang tinggi kepada beberapa investor awal sehingga menaikan reputasi Ponzi dan skemanya. Hal itu tentu saja membuat orang-orang yang ingin keuntungan cepat makin tergiur.
Seturut laporan New York Times edisi 7 Desember 1986, pada bulan pertama operasi, Ponzi memiliki 15 pelanggan yang menginvestasikan total $870 dan berhasil membujuk 20 ribu investor dalam enam bulan selanjutnya dengan keuntungan pribadi senilai $10 juta.
Dalam setengah tahun, dia juga telah merekrut 40 ribu investor dan menjadikan dirinya sebagai jutawan.
Untuk memainkan penawaran ke investor baru, dia merekrut beberapa agen penjualan dan memberi komisi 10 persen setiap ada investor baru yang menyetorkan uangnya. Para agen tersebut kemudian mempekerjakan kembali sub-agen dengan komisi sebesar 5 persen bagi investor baru.
Investigasi Surat Kabar Boston Post
Pada puncak kesuksesannya, Charles Ponzi memiliki berbagai jaringan dan kantor dari Maine hingga New Jersey. Banyak pelanggan Ponzi adalah imigran Italia, termasuk tiga perempat petugas kepolisian Boston yang terlibat dalam investasi tersebut.
Lainnya ialah orang-orang dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi yang tertarik pada keuntungan harian yang ditawarkan oleh Ponzi dengan menginvestasikan seluruh tabungan hidup mereka.
Ponzi mampu meraup keuntungan sebesar $1 juta dalam satu hari pada akhir Juli 1920. Dia hidup dalam kemewahan seorang jutawan, kerap mengemudi ke kota dari rumahnya di pinggiran kota dengan limosin dan sopir.
Namun, keberhasilan tersebut tidak berlangsung lama karena skema Ponzi pada akhirnya runtuh ketika ia tidak dapat memenuhi permintaan pembayaran yang semakin meningkat dari investor.
Pada tahun yang sama, kecurigaan muncul dan otoritas keuangan mulai melakukan investigasi terhadap aktivitas Ponzi.
Pada 24 Juli 1920, Boston Post menerbitkan sebuah artikel di halaman depan yang membahas Charles Ponzi dan skema buatannya dengan judul "DOUBLES THE MONEY WITHIN THREE MONTHS; 50 Per Cent Interest Paid in 45 Days by Ponzi—Has Thousands of Investors."
Artikel tersebut menjelaskan bagaimana Ponzi berhasil meraih kekayaan melalui skema kupon balasan pos, yang menghasilkan keuntungan besar bagi investor dalam waktu singkat. Nilai kekayaan Ponzi dalam artikel tersebut disebutkan sebesar $8,5 juta, yang menunjukkan betapa suksesnya skema yang ia jalankan.
Investigasi pun akhirnya dilakukan. Ia ditangkap pada tahun 1920 dan diadili atas tuduhan penipuan.
Dalam pengakuannya kepada reporter Post, ia menasbihkan diri sebagai orang yang dermawan, "Saya tidak senang membelanjakan uang untuk diri saya sendiri, karenanya banyak melakukan hal baik dengannya."
Ia dihukum penjara selama beberapa tahun sebelum akhirnya dideportasi ke Italia setelah bebas. Setelah itu, Ponzi menghabiskan sisa hidupnya di Italia dan mencoba terlibat dalam berbagai bisnis, namun sering kali terjerat dalam masalah hukum dan finansial.
Charles Ponzi meninggal pada 18 Januari 1949 di Rio de Janeiro, Brasil, pada usia 66 tahun. Namanya diabadikan sebagai simbol skema penipuan finansial.
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Fadrik Aziz Firdausi