Menuju konten utama

Cerita Atlet Asian Para Games: Olahraga Penting bagi Disabilitas

Olahraga juga bisa menjadi sarana untuk bersosialisasi dengan sesama disabilitas dan meningkatkan motivasi bagi mereka.

Cerita Atlet Asian Para Games: Olahraga Penting bagi Disabilitas
Ilustrasi. Petenis meja disabilitas Thailand Suriyon Thapaeng melakukan servis bola ke arah petenis pasangan meja ganda Thailand Rungroj Thainiyom - Chalermpong Punpoo pada pertandingan babak round robin ganda putra kategori TT7 ajang Indonesia Para Games Invitational Tournament di Jakarta, Selasa (3/7/2018). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Setelah menjadi tuan rumah Asian Games, pada 6 hingga 13 Oktober 2018 mendatang Indonesia akan menjadi penyelenggara Asian Para Games: pesta olahraga bagi para penyandang disabilitas yang akan mengkompetisikan 18 cabang olahraga. Jelang kompetisi Asian Para Games, para atlet juga mengikuti serangkaian pelatihan. Seperti yang dilakukan oleh M. Habib Shaleh (28), salah satu atlet para cycling atau balap sepeda.

Sejak Maret lalu, Habib melakukan latihan fisik setiap Senin sampai Jumat, untuk mempersiapkan pertandingan. Latihan tersebut dibagi menjadi dua sesi setiap harinya, sesi pertama di pagi hari pukul 06.30 hingga pukul 10.00 dan di sesi kedua pukul 15.30 sampai 17.00.

“Ya yang utama tetap bersepeda, tapi ada latihan-latihan penunjang seperti fitnes memakai bola medicine, sepeda ergo atau sepeda statis,” ujar Habib.

Habib menyampaikan bahwa mulanya ia adalah atlet PPLP Sepak Bola Jawa Tengah non-difabel. Namun, setelah mengalami kecelakaan pada 2006, ia menderita celebral palsy. Baginya, aktivitas olahraga membawa berbagai macam keuntungan. “Banyak sekali. Saya kekurangannya di keseimbangan dan motorik. Program latihan difokuskan untuk keseimbangan saya dan motor ability saya,” ungkap Habib.

Selain bermanfaat bagi fisik, olahraga juga membuat Habib menjadi lebih disiplin terhadap waktu, serta lebih bijaksana dalam menyikapi berbagai hal. Selain itu, olahraga juga membawa kebanggaan dan kebahagiaan untuk Habib.

“Secara langsung ataupun tidak, disadari atau tidak, sengaja atau tidak, itu memotivasi orang lain, dan itu adalah tujuan hidup saya. Saya berkeinginan dari awal kecelakaan saya harus bangkit. Orang lain semoga dapat mengambil pelajaran dari hal yang saya alami tanpa melewatinya. Itu adalah salah satu kebahagiaan saya,” tutur Habib.

Senada dengan Habib, Fajar Nur Hadianto (38), atlet renang Asian Para Games 2018, juga merasakan manfaat kesehatan dari berolahraga seperti mengurangi risiko obesitas.

Sebelum menjadi atlet, Fajar memiliki berat badan hingga 75 kilogram, tapi setelah memasuki pemusatan pelatihan nasional (pelatnas), berat badan Fajar turun hingga 63 kilogram.

“Untuk kesehatan sangat membantu, karena otomatis jantung, penyakit kolesterol itu sudah hilang semua, [karena] terjaga. Kan sehati kita berenang 12 kilometer, pagi 6000 [meter], sore 6000 [meter]. Benar-benar memeras keringat,” kata Fajar.

Di pelatnas, Fajar rutin melakukan latihan fisik setiap hari. Setiap sore pukul 17.00 hingga 19.00, ia berlatih renang, sedangkan di pagi hari, setiap Senin, Rabu, dan Jumat ia berlatih menarik menarik karet dan fitness, sedangkan di hari Selasa, Kamis, dan Sabtu ia rutin berenang.

Selain itu, Fajar mengatakan bahwa menjadi atlet dapat memperluas persaudaraan karena adanya pertemuan dengan berbagai macam teman dari berbagai daerah.

“Lebih percaya diri, karena mungkin kita juga sering tanding. Jadi mentalnya benar-benar diasah waktu latihan. Jadi tidak boleh kita itu walaupun kita kekurangan, jangan kalah dengan orang normal karena mereka bisa, kita harus bisa. Belum tentu mereka [orang normal] bisa seperti apa yang kamu kerjakan,” ujar Fajar.

Fajar merupakan atlet yang menderita polio. Saat ini, kaki kirinya sudah lumpuh total, sedangkan kekuatan kaki kanannya hanya tersisa 40 persen. Fajar mulai menjadi atlet di tahun 2008, ketika itu ia mendapatkan medali emas pada Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2009.

Manfaat Olahraga Bagi Fisik Penyandang Difabel

James H. Rimmer dan Edward Wang pernah melakukan studi tentang “Obesity Prevalence Among a Group of Chicago Residents With Disabilities” (PDF) terhadap 306 orang dewasa, 108 pria dan 198 perempuan. Hasilnya, jumlah penyandang disabilitas yang terkena obesitas 66 persen lebih tinggi dibandingkan orang normal. Bahkan, dari 306 orang yang diteliti itu, ada 62 persen yang mengalami obesitas dan 22 persen lainnya obesitas ekstrem.

“Secara keseluruhan, perempuan minoritas dengan disabilitas memiliki risiko kelebihan berat badan dan obesitas dan hampir 8 kali lebih besar [risikonya] pada kategori obesitas ekstrem dibandingkan dengan perempuan non-difabel,” ungkap Rimmer dan Wang.

Dalam artikel berjudul “The Multiple Benefits of Sports for the Disabled” (PDF) yang ditulis oleh Arie Klapwijk, disebutkan berbagai macam keuntungan berolahraga: meningkatkan rasa bahagia dan dapat membawa dampak kesehatan.

Bagi difabel, olahraga bisa meningkatkan kekuatan jaringan otot, khususnya bagi penderita celebral palsy spastic diplegia yang menggunakan kursi roda.

“Ekstremitas otot atas, bahu, dan hipertrofi punggung. Penguatan ini membawa keuntungan pada penderita yang mengalami kesulitan berjalan meskipun menggunakan alat bantu. Sehingga pergerakan, aktivitas sehari-hari menjadi lebih mudah sehingga tidak terlalu membutuhkan bantuan orang lain,” ujar Klapwijk.

Selain itu, olahraga juga dapat memperbaiki koordinasi dari otot penderita celebral palsy, baik spasticity (kram) maupun athetosis, sebab keduanya memiliki koordinasi antara lengan dan kaki yang sulit. Variasi olahraga bola, meskipun menggunakan bola kecil, dapat berkontribusi terhadap perubahan koordinasi dan bisa menimbulkan rasa senang.

Klapwijk pun menulis bahwa olahraga seperti berenang sangat bermanfaat untuk melawan kifosis (kelainan tulang belakang) dan memperbaiki kontraktur pada sendi seperti bahu dan panggul.

Infografik Manfaat Olahraga

Manfaat bagi Kesehatan Psikis

Dalam penelitian Arie Klapwijk, Hans Lindstrom, General Secretary pada Internastional Sports Organization for Disabled (ISOD) menyampaikan bahwa olahraga dapat menjadi wahana perbaikan situasi mental bagi penyandang disabilitas.

“Faktanya, kebersamaan dalam olahraga mengajarkan mereka tentang bagaimana bergaul dengan sesama penyandang disabilitas, tentang beberapa hal yang bisa Anda lakukan [...] atau Anda dapat berbagi kesenangan bersama,” tutur Lindstrom.

Jeffrey J. Martin dalam artikelnya yang berjudul “Benefits and Barriers to Physical Activity for Individuals with Disabilities: a Social-Relational Model of Disability Perspective” (PDF) menuliskan bahwa aktivitas fisik dari penyandang disabilitas juga bisa meningkatkan kondisi psikologis mereka.

“Secara khusus, manfaat untuk mood dan olahraga dapat membantu ketika penyandang disabilitas mengalami hari yang buruk,” ungkap Martin.

Baca juga artikel terkait ASIAN PARA GAMES 2018 atau tulisan lainnya dari Widia Primastika

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Widia Primastika
Penulis: Widia Primastika
Editor: Maulida Sri Handayani