Menuju konten utama

Mendidaksmen Akui Ada Kesenjangan Jumlah Anak Disabilitas & SLB

Pemerintah akan berupaya memenuhi kebutuhan SLB bagi anak disabilitas agar bisa mengenyam pendidikan, salah satunya bekerja sama dengan ormas.

Mendidaksmen Akui Ada Kesenjangan Jumlah Anak Disabilitas & SLB
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, saat memberikan sambutan di pembukaan Tanwir I Aisyiyah di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Rabu (15/1/2025). tirto.id/Ayu Mumpuni

tirto.id - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, mengakui bahwa jumlah anak berkebutuhan khusus dan keberadaan Sekolah Luar Biasa (SLB) belum setara. Dia menilai penambahan jumlah SLB masih diperlukan di Indonesia.

"Nah sekarang ini layanan pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus itu memang masih belum sebagaimana yang seharusnya," kata Mu'ti usai menghadiri pembukaan Tanwir I Aisyiyah di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Rabu (15/1/2025).

Mu'ti menerangkan, saat ini terdapat sekolah yang memberikan kuota khusus bagi anak inklusi agar dapat mengenyam pendidikan bersama dengan murid-murid lainnya. Selain itu, ada SLB yang didirikan oleh masyarakat atau swasta dikhususkan bagi anak berkebutuhan khusus.

"iIni juga banyak sekolah luar biasa yang diselenggarakan oleh pemerintah juga, tapi memang jumlahnya itu masih sangat kurang dibandingkan dengan jumlah anak-anak berkebutuhan khusus itu," ungkap Mu'ti.

Mu'ti menambahkan, Kemendikdasmen mungkin akan meningkatkan kerja sama dengan ormas Aisyiyah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan inklusi tersebut. Sebab, Aisyiyah memiliki delapan SLB yang bisa membantu pemenuhan hak pendidikan bagi anak inklusi.

Menurut Mu'ti, pemenuhan hak pendidikan bagi anak inklusi tidak hanya diperuntukan bagi anak berkebutuhan khusus, tetapi juga disabilitas.

"Karena banyak anak-anak penyandang difabel atau disabilitas yang memang selama ini belum mendapatkan layanan sebagaimana mestinya. Jumlah sekolah luar biasa masih sangat terbatas," tutur Mu'ti.

Di sisi lain, Mu'ti menekankan bahwa pendidikan yang inklusi juga harus disertakan dari lingkungan keluarga. Sebab, pendidikan tidak hanya di lingkup formal, melainkan juga informal.

Baca juga artikel terkait DISABILITAS atau tulisan lainnya dari Ayu Mumpuni

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Ayu Mumpuni
Penulis: Ayu Mumpuni
Editor: Andrian Pratama Taher