tirto.id - Kita mulai dari pertanyaan sederhana tentang orang kaya. Apa yang ada di dalam pikiran orang superkaya seperti Jack Ma saat mengisi sisa hidupnya setelah sukses?
Pendiri Alibaba Group ini akhirnya memutuskan pensiun mulai tahun depan dan fokus pada kegiatan filantropi. Kesuksesan Jack Ma dan Alibaba tak hanya menyentuh sisi bisnis, Jack Ma mencoba mengambil peran dalam kontribusi pelayanan publik dan kegiatan filantropi.
Alibaba Group melalui yayasan amal yang dibentuk Alibaba Foundation mengintegrasikan teknologi dalam kegiatan filantropi. Pada XIN Philanthrophy Conference 2018 di Hangzhou, Rabu (12/9/2018), Alibaba Foundation merilis beberapa aplikasi yang dikembangkan untuk kegiatan filantropi. Salah satunya AutoNavi (amap.com) yang dikenal sebagai Gaode Maps, penyedia platform peta online, navigasi dan layanan berbasis lokasi.
“Peta Filantropi 3 Jam” siap dipakai oleh pengguna untuk melakukan aksi filantropi dengan teknologi berbasis lokasi. Sebelum aplikasi ini ditemukan, kegiatan filantropi dilakukan secara manual dan informasi mengenai lokasi terdekat yang membutuhkan bantuan tak bisa langsung diketahui. Aplikasi ini mendekatkan antara pengguna dengan pihak yang membutuhkan bantuan.
AutoNavi menghadirkan peta online lokasi-lokasi donor darah, daur ulang, pengumpulan buku bacaan bekas serta kegiatan berderma lainnya. Pengguna individu maupun institusi bisa menemukan lokasi dan informasi tempat berderma dimana pun mereka berada. Peta ini merupakan kerja sama AutoNavi dengan Alibaba Foundation, serta lembaga-lembaga filantropi lain.
Hanya dengan membuka aplikasi AutoNavi dan mengakses pilihan “Peta Berderma di Wilayah Anda”, pengguna dapat mengakses lokasi serta berbagai informasi mengenai lokasi terdekat untuk berderma. Peta Filantropi 3 Jam ini merupakan salah satu dari Program Filantropi 2018 yang dijalankan AutoNavi di bidang pengentasan kemiskinan, proyek perjalanan ramah lingkungan, proyek filantropi dan pelayanan publik.
Sejak 2015, Jack Ma juga mewajibkan karyawan Alibaba secara kolektif untuk menggunakan tiga jam kerja untuk melayani publik, hingga saat ini sudah ada 483 jam tercatat telah memberi kontribusi pada pelayanan publik.
Selain mengajak karyawan untuk berkontribusi dalam “3 jam filantropi”, pada 2017 Alibaba juga meluncurkan Kampanye Pekan 9.5. Aksi filantropi ini untuk memperluas budaya “3 jam kedermawanan” ke seluruh warga, yang disambut dengan antusias.
Ratusan organisasi dan lebih dari tujuh juta sukarelawan publik telah menjawab panggilan ini dan menghasilkan 1,8 juta kegiatan sejak September 2017 hingga Maret 2018, mulai dari perlindungan terhadap lingkungan hidup hingga menolong yang kurang mampu.
Pada 2018, kampanye filantropi tetap digelar dengan kemasan lebih menarik untuk semua pelanggan. Alibaba meluncurkan berbagai produk interaktif untuk menjadikan kegiatan berderma menjadi mudah, menarik, dan menyenangkan. Kampanye ini disambut baik, dalam dua hari, target 300 juta kebaikan terlampaui.
Konsumen bisa membeli produk berlogo “Filantropi” di situs belanja Taobao dan kemudian sebagian keuntungan akan disalurkan ke lembaga nirlaba atau sosial yang persentase dan jenis organisasinya ditentukan oleh pedagang.
Dalam Laporan Tanggung Jawab Sosial 2018 Alibaba Group, CEO sekaligus pengganti Jack Ma usai pensiun, Daniel Zhang mengatakan,“melalui teknologi dan inovasi, kita akan memecahkan masalah sosial dan mendorong kemajuan masyarakat. Menjadikan perekonomian dunia menjadi lebih inklusif, berkelanjutan, lebih sehat dan lebih baik.”
Selain “Peta 3 jam Berderma”, Alibaba juga mengembangkan Bluesky dan Bluemap yakni aplikasi untuk melacak dan menerima data emisi polusi udara dari 12.000 perusahaan di Cina.
Jack Ma melalui Alibaba Foundation juga mengembangkan Platform Reuni- melalui aplikasi ponsel dan mitra Alibaba mendeteksi anak-anak hilang di Cina dan hingga 2018 telah membantu 2.980 kasus anak hilang.
Sejak pertama kali diluncurkan secara resmi pada pertengahan 2016 hingga akhir Maret 2018, platform ini telah membantu pihak kepolisian menemukan kembali 2.777 anak hilang, dengan tingkat kesuksesan hingga 97,6 persen, yang menunjukkan bagaimana pencarian anak hilang berbasis big data memiliki dampak signifikan dibanding cara konvensional.
Salah satu program lain yang unik yakni Ant Forest. Program ini berlaku bagi pengguna Alipay – di mana konsumen dapat menanam 55,52 juta pohon. Syaratnya bila sudah bergabung perilaku positif akan menghasilkan poin yang bisa ditukar dengan bibit pohon untuk ditanam.
Pada akhir Mei 2018, lebih dari 350 juta orang telah bergabung dalam program Ant Forest. Inisiatif ini telah menanam lebih dari 55 juta pohon di Provinsi Gansu, Daerah Otonomi Mongolia Dalam, dan daerah lain di Cina, serta mengurangi emisi karbon hingga 2,8 juta ton.
Di bidang energi, Alibaba berupaya mengurangi jejak karbon perusahaan dan penghematan energi. Penghematan energi dan jejak karbon berkat penggunaan sistem pendingin energi yang ramah lingkungan. Sebagai contoh, pusat data Alibaba Cloud di Danau Qiandao yang dibangun pada 2014 telah dilengkapi dengan sistem pendingin dengan air yang bersumber dari danau.
Pusat Data Alibaba Cloud di Danau Qiandao dilengkapi sistem pendingin dengan air yang bersumber dari danau telah menghemat listrik hingga 300 juta kWh dan mengurangi emisi CO2 hingga 300.000 ton per tahun serta mengurangi penggunaan rata-rata air per tahunnya.
Alibaba menggunakan pendekatan ramah lingkungan untuk mengupayakan sistem logistik yang ramah lingkungan dan mengganti 50 persen dari material pengemasan platform menjadi mudah terurai. Alibaba menargetkan inisiatif Cainiao Green Alliance ini akan mengurangi emisi karbon hingga 3,62 juta ton.
Selain itu, anak usaha Alibab di bidang pusat data logistik Cainiao Network juga meluncurkan sistem “pengepakan ramah lingkungan” yang mengoptimalkan algoritma pengepakan yang dapat mengurangi volume paket, penggunaan tas yang dapat terurai secara alamiah, dan paket daur ulang sampah untuk pengiriman dan penyimpanan.
Niu Zhijing, Senior Director of Corporate Communications Cainiao Network mengatakan program logistik yang ramah lingkungan ini bertujuan untuk mengurangi limbah kertas formulir administrasi logistik.
“Tahun lalu, 40 miliar paket - atau setengah dari angka dunia - dikirim di Cina menggunakan formulir rangkap - yang bisa mencapai 5 rangkap. Itu setara dengan 200 juta lembar kertas. Dengan mendigitalkan proses logistik dan menghadirkan data dan informasi secara online, Cainiao bisa memangkas kebutuhan kertas per pengiriman menjadi hanya 1 lembar - dengan ukuran setengah dari ukuran kertas formulir yang sebelumnya dipakai,” ujar Niu diskusi di Sub Forum Teknologi, The 2018 Xin Philanthropy Conference, pekan lalu.
Selain aksi filantropi yang melibatkan teknologi, Jack Ma juga menekankan pada isu pendidikan. Mantan guru Bahasa Inggris ini mendirikan Jack Ma Foundation pada 2014 yang khusus memberi perhatian pada pengembangan guru dan kepala sekolah di pedesaan Cina.
“Saya merasa, suatu hari nanti, saya akan kembali menjadi guru, karena saya sangat merasa nyaman menjadi guru. Beberapa tahun dari sekarang, saya akan kembali ke bidang pendidikan, dan mendedikasikan semua pemikiran dan tenaga saya untuk itu,” pungkas Jack Ma.
Jack Ma memang mantan seorang guru, tapi kemampuannya sebagai wirausahawan sangat jeli membaca perubahan. Saat para orang kaya lain membagi-bagi kedermawanan dengan cara konvensional, Jack Ma melakukannya dengan cara yang berbeda. Ada unsur teknologi pada kegiatan filantropi Alibaba, seolah memberi pesan bahwa Jack Ma sedang tak akan pensiun tahun depan, tapi ia hanya sedang memulai fase bisnis barunya.
Editor: Suhendra