Menuju konten utama
Jawaban Azan Subuh

Cara Menjawab Adzan Subuh Sesuai Sunnah Membaca Doa Apa?

Cara menjawab adzan subuh sesuai sunnah tidak jauh berbeda dengan jawaban azan salat fardu lainnya. Simak bacaan doa setelah adzan subuh berikut ini.

Cara Menjawab Adzan Subuh Sesuai Sunnah Membaca Doa Apa?
Ilustrasi azan subuh. Warga binaan mengikuti Lomba Azan Antar Lapas dan Rutan di Aula Rutan Kelas II B Serang, Banten, Senin (28/5). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

tirto.id - Cara menjawab adzan subuh tidak jauh berbeda dengan jawaban azan salat fardu lainnya.

Sebab pada dasarnya, azan merupakan seruan, panggilan, sekaligus penanda datangnya waktu salat fardu.

Dalam sehari, azan dikumandangkan lima kali, sesuai bilangan salat fardu meliputi Salat Zuhur, Asar, Magrib, Isya, dan Subuh.

Allah Swt. berfirman dalam Surah At-Taubah ayat 3: "Dan ini [adzan] adalah seruan dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia," (QS. At-Taubah [9]: 3).

Lantas, apa doa setelah azan subuh? Simak penjelasan dan bacaan doa jawaban azan subuh di bawah ini.

Bagaimana Cara Menjawab Adzan Subuh?

Seperti dijelaskan sebelumnya, secara umum, jawaban azan subuh sama dengan doa setelah menjawab azan salat fardu lainnya.

Hanya saja, terdapat kalimat tambahan dalam bacaan azan subuh yakni Assolatuhoiruminannaum 'Salat itu lebih baik dari pada tidur'. Cara menjawab azan subuh, khusus di bagian itu, adalah mengucapkan, "Shadaqta wa bararta wa ana 'ala dzalika minasy syahidin”.

Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab Risalatul Mu’awanah wal Mudhaharah wal Muwazarah (1994) menjelaskan sebagai berikut:

“Dan apabila Anda mendengar suara adzan, ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin kecuali ketika ia mengucapkan: 'Hayya alashshalaah' dan 'Hayya 'alalfalaah'. Sebagai jawabannya, ucapkanlah, 'Lâ haula walâ quwwata illâ billâhi.' Demikian pula ketika mendengar seruan: 'Ash-shalatu khairun minan naum.' pada azan subuh, ucapkanlah: 'Shadaqta wa bararta.'"

Cara menjawab adzan subuh lengkap dengan bahasa Arab, tulisan Latin, dan artinya, dapat dilihat sebagai berikut:

Bacaan muadzin:

اَللهُ اَكْبَرُ،اَللهُ اَكْبَرُ

Allaahu Akbar (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar)

Jawaban azan subuh:

اَللهُ اَكْبَرُ،اَللهُ اَكْبَرُ

Allaahu Akbar

Bacaan Muadzin:

أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّااللهُ

Asyhadu allaa illaaha illallaah (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah)

Jawaban azan subuh:

أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّااللهُ

Asyhadu allaa illaaha illallaah

Bacaan Muadzin:

اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Asyhadu anna Muhammadar rasulullah (Aku bersaksi bahwa nabi Muhammad itu adalah utusan Allah)

Jawaban azan subuh:

اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Asyhadu anna Muhammadar rasulullah

Bacaan Muadzin:

حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ

Hayya 'alashshalaah (Marilah mendirikan salat)

Jawaban azan subuh:

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ

Lâ haula walâ quwwata illâ billâhi (Tiada daya dan upaya kecuali dengan Allah)

Bacaan Muadzin:

حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ

Hayya 'alalfalaah (Marilah menuju kepada kejayaan)

Jawaban azan subuh:

"لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ"

Lâ haula walâ quwwata illâ billâhi (Tiada daya dan upaya kecuali dengan Allah)

Bacaan Muadzin:

ااَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ

Ash-shalatu khairun minan naum (Shalat lebih baik dari pada tidur)

Jawaban azan subuh:

صَدَقْتَ وَبَرَرْتَ

Shadaqta wa bararta (Engkau benar dan engkau telah berbuat kebajikan)

Bacaan Muadzin:

اَللهُ اَكْبَرُ،اَللهُ اَكْبَرُ

Allaahu Akbar (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar)

Jawaban azan subuh:

اَللهُ اَكْبَرُ،اَللهُ اَكْبَرُ

Allaahu Akbar

Bacaan Muadzin:

لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ

Laa ilaaha illallaah (Tiada Tuhan selain Allah)

Jawaban azan subuh:

لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ

Laa ilaaha illallaah

Doa Apa yang Dibaca Setelah Adzan Subuh?

Setelah panggilan salat dikumandangkan, umat muslim disunahkan membaca doa setelah adzan subuh. Rasulullah saw. bersabda dalam hadis riwayat Imam Bukhari sebagai berikut:

"Dari Jabir bin Abdullah ra., Rasulullah saw. bersabda: "Siapa saja yang berdoa ketika mendengar seruan azan dengan doa ‘Allāhumma rabba hādzihid dakwatit tāmmah, was shalātil qā’imah, āti muhammadanil wasīlata wal fadhīlah, wab‘atshu maqāmam mahmūdanil ladzī wa‘attah,’ niscaya jatuhlah syafaatku padanya di hari kiamat," (HR Bukhari).

Bacaan doa setelah adzan subuh adalah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ القَائِمَةِ آتِ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً الوَسِيْلَةَ وَالفَضِيْلَةَ، وَابْعَثْهُ مَقَاماً مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ المِيْعَادَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

Arab latinnya:

Allāhumma rabba hādzihid dakwatit tāmmah, was shalātil qā’imah, āti sayyidanā muhammadanil wasīlata wal fadhīlah, wab‘atshu maqāmam mahmūdanil ladzī wa‘attah, innaka lā tukhliful mī’ād. Rabbighfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā rabbayānī shaghīrā.

Artinya:

"Ya Allah, Tuhan seruan yang sempurna dan shalat yang berdiri, berikanlah wasilah [tempat di surga] dan keutamaan kepada Nabi Muhammad saw. Bangkitkan ia pada kedudukan terpuji [hak syafaat] yang Kau Janjikan. Sungguh, Engkau tidak akan menyalahi janji. Tuhanku, ampunilah dosaku dan [dosa] kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil."

Keutamaan Menjawab Adzan Subuh

Keutamaan menjawab adzan subuh diterangkan dalam beberapa hadis. Pertama, jawaban azan subuh itu akan menjadi saksi pahala di hari kiamat kelak, sebagaimana hadis yang diriwayatkan Abu Ya’la sebagai berikut:

“Tidaklah suara adzan yang keras dari yang mengumandangkan azan didengar oleh jin, manusia, segala sesuatu yang mendengarnya melainkan itu semua akan menjadi saksi pada hari kiamat,” (HR. Abu Ya’la).

Kedua, orang yang membaca doa jawaban azan akan dijanjikan surga. Hadis keutamaan menjawab azan salah satunya diriwayatkan Imam Bukhari. Berikut redaksinya:

“Ketika muadzin mengumandangkan Allahuakbar Allahuakbar lalu kalian menjawab allahuakbar allahuakbar. Kemudian muadzin mengumandangkan asyhadu anlaa ilaaha illallah, lalu kalian menjawab asyhadu anlaa ilaaha illallah dan seterusnya hingga akhir adzan. Siapa yang mengucapkan itu dari dalam hatinya maka akan masuk surga.” (H.R Muslim)

Ketiga, orang yang membaca doa jawaban azan akan diampuni dosanya. Berikut ini salah satu hadis keutamaan menjawab azan:

“Barangsiapa yang ketika mendengarkan adzan dia mengucapkan: aku bersaksi bahwasanya tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah SWT. Siapa yang mengucapkan itu maka dosa-dosanya akan diampuni,” (H.R Ahmad, Muslim dan lainnya).

Dalam sejarahnya, azan pertama kali disyariatkan pada tahun 2 Hijriah. Pada waktu itu, Rasulullah saw. bermusyawarah untuk menentukan penanda datangnya waktu salat. Beberapa usulan diberikan seperti memakai lonceng dan terompet, namun ditolak para sahabat lantaran menyerupai Nasrani dan Yahudi.

Dilansir NU Online dalam artikel berjudul “Adzan dan Tafsir Kemanusiaan”, diceritakan bahwa kala itu Abdullah bin Zaid bermimpi dalam tidurnya, sebagaimana diceritakan Abu Dawud sebagai berikut:

"Ketika cara memanggil kaum Muslimin untuk shalat dimusyawarahkan, suatu malam dalam tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang itu dan bertanya kepadanya apakah ia ada maksud hendak menjual lonceng itu. Jika memang begitu aku memintanya untuk menjual kepadaku saja. Orang tersebut malah bertanya, 'Untuk apa?' Aku menjawabnya, bahwa dengan membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum Muslim untuk menunaikan shalat.

Orang itu berkata lagi, 'Maukah kau kuajari cara yang lebih baik?' Dan aku menjawab 'Ya!' Lalu dia berkata lagi dan kali ini dengan suara yang amat lantang:

Allahu Akbar Allahu Akbar

Asyhadu alla ilaha illallah

Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah

Hayya 'alash sholah hayya 'alash sholah

Hayya 'alal falah hayya 'alal falah

Allahu Akbar Allahu Akbar

La ilaha illallah.

Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Nabi Muhammad saw. dan menceritakan perihal mimpi itu kepadanya. Kemudian Nabi Muhammad saw. berkata, 'Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah di samping Bilal bin Rabbah dan ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan seperti itu dan dia memiliki suara yang amat lantang.' Lalu aku pun melakukan hal itu bersama Bilal. Rupanya, mimpi serupa dialami pula oleh Umar ia juga menceritakannya kepada Nabi Muhammad saw.," (HR. Abu Dawud).

Baca juga artikel terkait HUKUM ISLAM atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin