Menuju konten utama
Pendidikan Agama Islam

Kisah Sahabat Nabi Bilal bin Rabbah: Muazin Pertama Rasulullah SAW

Sahabat Nabi Bilal bin Rabbah memiliki jasa besar dalam sejarah awal dakwah Islam.

Kisah Sahabat Nabi Bilal bin Rabbah: Muazin Pertama Rasulullah SAW
Ilustrasi. foto/istockphoto

tirto.id - Bilal bin Rabbah menjadi muazin pertama dalam Islam dan berhenti mengumandangkan adzan setelah wafatnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Bilal bin Rabbah adalah sahabat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang memiliki jasa besar dalam sejarah awal dakwah Islam.

Dia dikenal sebagai pengumandang azan (muazin) pertama kali, yang menandai azan sebagai tanda masuknya waktu shalat.

Dan, Bilal adalah salah satu orang yang mengimani ketauhidan atas Allah di saat Nabi Muhammad masih berdakwah secara sembunyi-sembunyi.

Bilal dilahirkan di daerah As Sarah lebih kurang 43 tahun sebelum Hijrah (578 Masehi). Dia putra dari Rabah dan Hamamah yang merupakan budak di Mekkah.

Bilal mewarisi kulit yang hitam sehingga kerap dijuluki ibnus sauda (putra wanita hitam).

Perawakan Bilal digambarkan dengan badan tinggi kurus, agak membungkuk, rambut lebat, dan berkulit hitam.

Dikutip laman jurnal Universitas Galuh, awalnya Rabbah sekeluarga menjadi budak dari Bani Abduddar. Setelah Rabbah meninggal, Bilal diwariskan pada Umayyah bin Khalaf.

Awal masuk Islam

Kisah perkenalan Bilal dengan Islam dimulai saat dirinya masih menjadi budak Umayyah bin Khalaf dari Bani Jumuh.

Ketika dakwah Nabi Muhammad terdengar Bilal, dia tertarik dan menyatakan diri masuk Islam di depan Nabi Muhammad. Semenjak itu, imannya tiap hari makin kuat dalam memeluk agama ini.

Kekuatan imannya ditunjukkan saat keislamannya diketahui sang majikan. Dalam buku Aqidah Akhlak Kelas IV (Kemenag 2020) tertulis bahwa Bilal disiksa dan dijemur di tengah gurun pasir. Siksaan itu bahkan berlangsung sampai beberapa hari.

Kala itu, pada perut Bilal diikat batu besar. Lehernya dililit dengan tali. Lebih kejam lagi, anak-anak dari orang kafir disuruh menyeretnya pada perbukitan Mekkah.

Namun, Bilal tetap tegar dan hanya memohon pada Allah. Dia sama sekali tidak mau meninggalkan Islam seperti yang diminta majikannya.

Dia selalu mengucapkan "Ahad...Ahad..." sebagai bentuk ketulusan mencintai dan mentauhidkan Allah.

Pertolongan Allah lantas datang melalui Abu Bakar As Siddiq. Bilal ditebus dari tangan Umayyah bin Khalaf, lalu dimerdekakan dari statusnya sebagai budak.

Lalu, Bilal bergabung bersama kaum muslimin lain sebagai orang yang bebas.

Bilal sang muazin

Semenjak lepas dari perbudakan, Bilal lebih banyak menghabiskan waktu bersama Nabi Muhammad.

Kedekatannya itu membuat Bilal sangat dihormati dan dimuliakan para sahabat. Bilal juga menorehkan sejarah sebagai muazin pertama dalam Islam.

Peristiwa tersebut terjadi pada saat hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah. Bilal diajak ikut serta dalam rombongan. Masyarakat di sana juga mulai membangun masjid yang kini sampai sekarang dikenal sebagai Masjid Nabawi.

Setelah pembangunan masjid selesai, Bilal lalu ditunjuk Nabi Muhammad untuk mengumandangkan azan.

Bilal memiliki suara merdu nan lantang. Lalu, semenjak itu, azan dijadikan sebagai pertanda masuknya waktu salat lima waktu.

Ada kebiasaan yang dilakukan Bilal setelah mengumandangkan azan. Dia akan berdiri di depan rumah Nabi Muhammad seraya mengatakan, "Hayya 'alash shalaah hayya 'alash shalaah".

Begitu Nabi mulai tampak keluar dari rumahnya, iqamat akan dilantunkan dan salat berjamaah dimulai.

Bilal menjadi muazin sampai akhir hayat Nabi Muhammad. Namun, setelah wafatnya Nabi, Bilal tidak pernah bisa menyelesaikan lantunan azannya.

Begitu cintanya pada Rasulullah, suara Bilal akan tersendat saat melafalkan kalimat "asyhadu anna Muhammadar Rasulullah".

Dilansir laman Kemenag, hal itu disebabkan suara Bilal seakan tenggelam sewaktu mengucapkan lafal tersebut.

Dia teringat dengan Rasulullah dan larut dalam tangisan karena begitu merindukannya. Semenjak Nabi Muhammad wafat tersebut, Bilal berhenti menjadi muazin.

Baca juga artikel terkait SAHABAT NABI atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno