tirto.id - Cara mengetahui Asbab An-Nuzul (asbabunnuzul) dan penjelasannya adalah dengan melacak riwayat-riwayat hadis, terutama kategori sahih.
Hal ini karena asbabunnuzul tidak dapat diciptakan melalui pemikiran, namun merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa tertentu.
Asbabunnuzul merupakan sebab-sebab yang menjadi latar belakang turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Meskipun demikian, tidak semua ayat di dalam Al-Qur’an memiliki asbabunnuzul.
Dikutip dari jurnal Asbabun Nuzul: Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan Urgensi (2016) oleh Pan Suaidi dijelaskan bahwa pengetahuan asbabunnuzul memiliki beberapa fungsi dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut:
- Mengetahui hikmah dan rahasia diundangkannya suatu hukum dan perhatian syara’ terhadap kepentingan umum, tanpa membedakan etnik, jenis kelamin, dan agama.
- Mengetahui asbab an-nuzul membantu memberikan kejelasan terhadap beberapa ayat.
- Pengetahuan asbab an-nuzul dapat mengkhususkan (takhsis) hukum terbatas pada sebab, terutama ulama yang menganut kaidah (khusus as-sabab) sebab khusus.
- Asbabunnuzul dapat membantu memahami apakah ayat berlaku umum atau khusus dan bagaimana penerapannya.
- Asbabunnuzul mempermudah orang dalam menghafal ayat-ayat Al-Qur'an dan memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan, sebab mengetahui turunnya.
Cara Mengetahui Asbab An-Nuzul dan Penjelasannya
Cara mengetahui asbabunnuzul adalah dengan melacak riwayat-riwayat hadis, terutama yang tergolong sahih.
Hadis sahih merupakan hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan perawi berkualitas dan hafalan kuat, hingga sanad dan matannya tidak ada syadz serta illah.
Muchlis M. Hanafi (ed.) dalam buku Asbabun-Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur’an (2017) menuliskan bahwa cara paling otentik untuk mengetahui asbabunnuzul yakni melalui riwayat-riwayat hadis yang disampaikan Nabi kepada para sahabatnya.
Para sahabat berperan penting dalam mengetahui asbabunnuzul, sebab mereka hidup di masa nabi dan mengetahui serta menyaksikan proses turunnya wahyu hingga peristiwa yang melingkupinya.
Di sisi lain, para sahabat begitu berhati-hati dalam meriwayatkan hadis Nabi Muhammad SAW.
Kewaspadaan para sahabat ini meningkat terutama ketika menyampaikan hadis tentang asbabunnuzul ayat Al-Qur’an.
Abù al-Èasan 'Aliy al-Wàëidi menjelaskan bahwa riwayat-riwayat asbabunnuzul hanya dapat diketahui dengan mendengar dari para sahabat. Hal ini karena para sahabat telah bersungguh-sungguh mencari dan mengetahui asbabunnuzul.
Dari pernyataan Abù al-Èasan 'Aliy al-Wàëidi di atas, kemudian terbesit pertanyaan lanjutan, yakni bagaimana riwayat-riwayat asbabunnuzul para tabiin yang muncul setelah masa sahabat?
Jalàluddìn as-Suyùtiy menyampaikan bahwa riwayat-riwayat asbabunnuzul para tabiin yang jelas sebab dan berkualitas sahih dapat diterima.
Hal ini senada dengan kasus hadis-hadis marfu yang dapat diterima apabila diriwayatkan para tabiin yang menimba ilmu dari para sahabat langsung.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno