tirto.id - Keterlibatan anak muda dalam gelaran Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 dapat menjadi penentu hasil pesta demokrasi. Tidak hanya sebagai pemilih, tapi juga sebagai calon pemimpin, baik dalam konteks eksekutif maupun legislatif.
Pemilih muda menjadi kelompok dengan jumlah yang paling dominan dalam Pemilu 2024 mendatang. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), dari sekitar 240 juta jiwa yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024, lebih dari 50 persen merupakan pemilih muda.
Pemilih muda adalah mereka yang berusia tidak lebih dari 40 tahun. Berdasarkan rincian data DPT, pemilih berusia 17 tahun memiliki proporsi 0,003 persen (sekitar 6 ribu jiwa) dari pemilih total, kemudian yang berusia antara 17 - 30 tahun mencapai 31,23 persen (63,9 juta jiwa). Terakhir, proporsi kelompok usia 31 - 40 tahun adalah 20,7 persen (42,39 juta jiwa) dari total DPT.
Di antara kelompok calon pemimpin muda, terdapat satu nama yang cukup mencolok, yaitu Gibran Rakabuming Raka, yang berusia 36 tahun dan mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden sebagai pasangan calon presiden Prabowo Subianto.
Selain Gibran, terdapat juga representasi yang cukup besar dari pemimpin muda di ranah legislatif. Berdasarkan data calon tetap (DCT) KPU yang dirangkum Data Indonesia, ada sebanyak 3.202 orang calon pemimpin muda yang terdaftar. Angka ini setara dengan 32,2 persen calon anggota legislatif, yang totalnya 9.917 orang.
Secara spesifik, 1.473 calon legislatif berusia antara 21 hingga 30 tahun, sementara 1.729 lainnya berada dalam rentang usia 31 hingga 40 tahun.
Hasil surveiTirto bersama lembaga survei Jakpat pada Juli 2023 juga mengungkap proyeksi partisipasi pemilih muda pada pemilu nanti juga terbilang besar. Dari total 1.500 orang berusia 17-21 tahun yang diidentifikasi sebagai pemilih muda dalam survei ini, mayoritas mengaku akan menyumbangkan suaranya pada Pemilu 2024, sebesar 96,07 persen.
Temuan riset Tirto dan Jakpat juga merekam bahwa 91,67 persen responden akan menggunakan hak pilihnya pada pemilihan presiden dan wakil presiden dan 61,28 persen akan menggunakan hak pilihnya pada pemilihan legislatif (DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota).
Sehingga, sentimen pemilih muda terhadap calon pemimpin muda akan memiliki berpengaruh terhadap proses dan hasil Pemilu 2024, baik di tingkat eksekutif dan legislatif.
Adapun survei yang dilakukan oleh Tirto mengenai persepsi pemilih muda terhadap pemimpin muda adalah hasil kolaborasi dengan Jakpat. Jakpat adalah penyedia layanan survei daring dengan lebih dari 1,3 juta pengguna yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Metodologi
Jumlah responden: 1.500 orang
Usia responden: 17-39 tahun
Waktu survei: 24 November 2023
Wilayah riset: Indonesia, tersebar di 34 provinsi
Instrumen penelitian: Kuesioner daring dengan Jakpat sebagai penyedia platform
Jenis sampel: Non-probability sampling (semua responden adalah responden Jakpat dengan profil yang acak)
Margin of Error: Di bawah 3 persen
Profil Responden
Pada survei ini, responden paling banyak berasal dari kelompok umur 30 - 35 tahun (29,47 persen). Diikuti kemudian oleh mereka yang berada pada rentang rentang 20 – 25 tahun (26,07 persen), 26 – 29 tahun (23,47 persen), 36 – 39 tahun (14,80 persen), dan di bawah 20 tahun (6,20 persen).
Proporsi jenis kelamin responden juga cenderung seimbang antara laki-laki dan perempuan, 49,8 persen berbanding 50,2 persen.
Sementara dari latar pendidikan, responden paling banyak lulusan SMA/Sederajat dengan persentase sebesar 54 persen. Kemudian diikuti dengan responden yang mempunyai latar pendidikan terakhir S1 (30,87 persen), D3 (6,20 persen), dan SMP/sederajat (4,80 persen). Sisanya, mereka yang berpendidikan S2 dan D1, masing-masing berjumlah 1,33 persen dan 1,13 persen.
Besarnya kelompok responden di usia 20 - 35 tahun membuat kebanyakan sudah masuk dunia kerja. Paling banyak dari responden menjadi wirausaha (9,53 persen), kemudian ada yang melakoni pekerjaan di bidang food and beverage (5,20 persen), pendidikan dan penelitian (4,60 persen), serta ritel (4,40 persen). Di luar pekerja formal, kebanyakan responden adalah ibu rumah tangga (19,40 persen), pelajar atau mahasiswa (14,33 persen), serta mereka yang masih mencari pekerjaan (12,93 persen).
Mayoritas responden berdomisili di Pulau Jawa. Persentasenya mencapai 80,53 persen, paling banyak dari mereka tinggal di Jawa Barat (27,53 persen), Jawa Timur (17,60 persen), dan Jawa Tengah (14,07 persen). Sisanya responden tersebar dari Pulau Sumatera (10 persen), Pulau Kalimantan (3,67 persen), Sulawesi (2,53 persen), Bali (1,13 persen), Maluku (0,53 persen), hingga Papua (0,27 persen).
Calon Pemimpin Muda Tarik Partisipasi Pemilih Muda
Dalam dua artikel periksa data sebelumnya, tergambar kalau calon pemimpin muda mendapat penilaian positif dari para pemilih muda. Proporsi responden yang menilai positif potensi individu berusia di bawah 40 tahun menduduki posisi politik cukup besar, mencapai 43,4 persen.
Di tingkat presiden misalnya, jumlah responden yang memilih opsi “mungkin” dan “sangat mungkin” untuk mendukung capres berusia di bawah 40 tahun mencapai 58,20 persen. Di tingkat DPR/DPRD dan wali kota/bupati angkanya lebih tinggi lagi. Sekira 63,33 persen menyatakan mereka “mungkin” dan “sangat mungkin” untuk mendukung kandidat DPR/DPRD berusia di bawah 40 tahun.
Menariknya, keberadaan calon pemimpin muda ini juga secara langsung menjadi daya tarik pemilih untuk mampir ke tempat pemilihan umum (TPU) pada 14 Februari mendatang. Sebanyak 45,87 persen responden mengaku keberadaan calon pemimpin muda mendorong mereka untuk memilih pada Pemilu 2024. Sementara 42,53 persen responden menjawab netral dan hanya 11,6 persen responden yang menjawab adanya calon pemimpin muda tidak berpengaruh terhadap keinginan mereka untuk mencoblos.
Hal ini tidak lepas dari atribusi positif yang kian dileketkan dengan pemimpin muda. Mayoritas responden (72,27 persen) beranggapan pemimpin muda cenderung lebih mendengar aspirasi generasi muda.
Selain itu, 63,93 persen responden beranggapan pemimpin muda akan dapat lebih memahami isu yang menjadi perhatian mereka ketimbang pemimpin yang berusia lebih tua.
Terkait isu yang dianggap penting dan mendapat perhatian saat ini, setidaknya ada lima isu yang menonjol. Lima isu tersebut adalah ketersediaan lapangan kerja (45,07 persen), kemudian pertumbuhan ekonomi (32,73 persen), pemberantasan korupsi (31,6 persen), korupsi (30,4 persen), dan pendidikan (28,33 persen). Adapun terkait isu prioritas ini, tiap responden diminta memberi tiga jawaban.
Di luar isu-isu tersebut, persoalan harga barang, hak asasi, kesehatan mental, keamanan data pribadi juga mendapat perhatian. Sementara isu iklim, transportasi, dan kesetaraan gender cenderung lebih sedikit dilirik. Di kategori jawaban lainnya, ada juga yang menyebut isu konflik Israel-Palestina sebagai isu yang menjadi perhatian pemilih muda, tetapi angkanya cenderung sangat kecil.
Jawaban ini masih sejalan dengan pertanyaan soal isu prioritas utama bagi pemilih pemula (16-25 tahun). Dalam survei Tirto pada Juli 2023, pemberantasan korupsi (21,37 persen), kesejahteraan masyarakat (18,6 persen), dan lapangan kerja (11,66 persen) menjadi isu yang diprioritaskan.
Kekhawatiran tentang ketersediaan lapangan pekerjaan memang kerap menjadi perhatian anak muda. Temuan dari survei periodik Litbang Kompas pada Oktober 2022 menunjukkan angka ketidakpuasan terhadap pemerintah dalam mengatasi pengangguran cenderung tinggi di kalangan anak muda.
Di kalangan Gen Z, yang menyatakan tidak puas terhadap penanganan masalah tersebut mencapai 46,8 persen. Sementara itu, di kelompok Gen Y muda (26-33 tahun) mencapai 50,9 persen dan Gen Y madya (34-41 tahun) sebesar 52,7 persen.
Harapan dan Tantangan
Kedekatan dan pemahaman akan isu-isu yang dekat dengan generasi muda ini juga menjadi salah satu yang diharapkan ada di dalam calon pemimpin muda.
Lebih dari 56 persen responden menyebut pemahaman mengenai isu-isu terkait anak muda ini yang diharapkan ada dalam diri pemimpin muda. Selain itu, keluwesan dalam berkomunikasi (59,73 persen) dan pemahaman terhadap isu nasional dan internasional secara umum (71,33 persen) menjadi tiga aspek utama yang diharapkan ada pada pemimpin muda.
Mayoritas responden, sekitar 54 persen, menyebut pengalaman memimpin organisasi juga penting dan diharapkan ada dalam diri calon pemimpin muda. Keterlibatan dalam organisasi politik juga disebut sebagai aspek penting lainnya oleh 47,87 persen responden. Terakhir, keaktifan di media sosial dipilih oleh 35,13 persen responden pemilih muda sebagai aspek yang perlu ada dalam pemimpin muda.
Terkait pengalaman memimpin, hasil riset yang dilakukan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) juga menunjukkan aspek ini sebagai hal yang penting bagi pemilih muda. Survei pada kelompok muda (17-39 tahun) pada Agustus 2022 tersebut merekam pengalaman memimpin (dipilih 16,8 persen responden) sebagai salah satu karakter pemimpin yang diharapkan. Aspek tersebut hanya kalah dari karakteristik jujur dan tidak korupsi (34,8 persen) yang dianggap paling penting dari seorang figur pemimpin.
Terlepas dari segala narasi positif dan harapan yang dibawa dari pemimpin muda, ada beberapa tantangan yang dinilai harus dihadapi. Mayoritas responden beranggapan masih banyak persepsi publik yang meragukan kemampuan anak muda. Hal ini menjadi tantangan yang dipilih lebih 61,67 persen responden.
Kemudian, minimnya akses bagi anak muda untuk terjun ke politik (19,47 persen), kurangnya dukungan lingkungan sekitar (9,47 persen), dan minimnya modal (9,4 persen), disebut sebagai hal-hal yang dianggap bisa menghambat melajunya pemimpin muda di Pemilu 2024 mendatang.
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Periksa Data, pembaca dapat mengirimkannya ke email [email protected].
Editor: Farida Susanty