Menuju konten utama

Calon Kelas Menengah di 2023 53,4%, Ekonomi Indonesia Rentan

Ekspansi calon kelas menengah ini mengindikasikan kemunduran dari upaya pemerintah untuk mendongkrak kesejahteraan masyarakat kelas menengah.

Calon Kelas Menengah di 2023 53,4%, Ekonomi Indonesia Rentan
Warga memadati kawasan hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (24/6). ANTARA FOTO/ Reno Esnir

tirto.id - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) mencatat jumlah calon kelas menengah pada tahun 2023 meningkat menjadi 53,4 persen atau setara dengan 144 juta jiwa. Padahal, pada 2014 porsi calon kelas menengah tercatat sebesar 45,8 persen atau sekitar 115 juta jiwa.

Di sisi lain, jumlah masyarakat kelas menengah pada 2023 tercatat sebesar 52 juta jiwa, atau 18,8 persen dari total populasi Indonesia pada saat itu. Jumlah tersebut turun dari tahun 2014 yang masih sebesar 23,0 persen.

“Calon kelas menengah, yang didefinisikan sebagai penduduk dengan kemungkinan kurang dari 10 persen untuk menjadi miskin, tetapi memiliki kemungkinan di atas 10 persen untuk menjadi rentan, menunjukkan peningkatan yang konsisten antartahun,” tulis laporan berjudul Indonesia Economic Outlook 2024 tersebut, dikutip Tirto, Kamis (8/8/2024).

Ekspansi calon kelas menengah ini mengindikasikan kemunduran dari upaya pemerintah untuk mendongkrak kesejahteraan masyarakat kelas menengah. Tidak hanya itu, pergeseran dari kelas menengah menjadi calon kelas menengah juga menandakan populasi rentan kian meningkat sementara kelas menengah menyusut.

“Hal ini mengindikasikan porsi masyarakat yang sebelumnya terhitung kelas menengah mengalami penurunan kesejahteraan dan turun menjadi kelompok calon kelas menengah atau bahkan masuk ke kelompok rentan,” kata laporan itu.

Kian turunnya kesejahteraan calon kelas menengah terlihat dari faktor pendorongnya. Dari tahun 2018-2023 tumbuhnya porsi calon kelas menengah dipengaruhi oleh penurunan daya beli, yang tecermin dari penurunan pengeluaran per kapita kelompok ini.

Pada 2018-2023, pengeluaran per kapita untuk persentil 20 persen terbawah, yang dalam hal ini adalah kelompok masyarakat termiskin meningkat sebesar 3,01 persen per tahun, sedangkan 20 persen teratas sebesar 1,25 persen per tahun. Sementara untuk persentil 20-80 persen atau kelas menengah hanya meningkat 1,29 persen.

“Walaupun penurunan pertumbuhan ini sebagian dipengaruhi oleh munculnya pandemi Covid-19, pelemahan daya beli masyarakat calon kelas menengah dan kelas menengah sudah terjadi sejak 2018. Kondisi ini menandakan adanya faktor struktural yang mendorong turunnya kesejahteraan masyarakat yang berada di bagian tengah distribusi pendapatan,” imbuh laporan itu.

Pada 2023 porsi konsumsi kelas menengah tercatat sebesar 36,8 persen, sedangkan calon kelas menengah 45,5 persen. Untuk kelas menengah, porsi konsumsi tersebut anjlok dari yang sebelumnya 41,9 persen. Namun, pada calon kelas menengah, konsumsi mengalami pertumbuhan dari yang sebelumnya sebesar 42,4 persen.

Hal ini cukup mengkhawatirkan, karena pada tahun 2023 total konsumsi dari kelompok calon kelas menengah dan kelas menengah adalah 82,3 persen dari total konsumsi rumah tangga di Indonesia. Belum lagi, kelas menengah juga memegang peranan penting bagi penerimaan negara, khususnya pajak yang sebesar 50,7 persen dan 34,5 persen.

Erosi daya beli ini menjadi mengkhawatirkan karena berdampak pada konsumsi agregat yang merupakan pendorong penting pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

“Untuk mencapai tujuan ambisius untuk menjadi negara maju pada tahun 2045, kebijakan harus berfokus membantu calon kelas menengah untuk bertransisi ke status kelas menengah dan mempertahankan daya beli kelas menengah saat ini,” bunyi laporan itu.

Baca juga artikel terkait KELAS MENENGAH atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Flash news
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Irfan Teguh Pribadi