tirto.id - Tak lama setelah mendengar kabar kudeta militer terjadi di Turki, Fethullah Gulen langsung mengutuk aksi tersebut. "Pemerintahan harus diraih melalui proses pemilihan umum yang bebas dan adil, bukan dengan paksaan," kata Gulen. "Saya berdoa kepada Tuhan untuk kebaikan Turki, semoga situasi di Turki ini bisa dibereskan dengan cepat secara damai."
Meski sikap Gulen jelas menentang kudeta, senada dengan pernyataan tiga partai oposisi di Turki, Presiden Recep Tayyip Erdogan segera menuduh Gulen sebagai dalang kudeta tersebut.
Erdogan seakan tak peduli bahwa Gulen adalah penganjur Islam inklusif dan pluralis, yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia, dan sangat keras menolak pemberontakan bersenjata. Erdogan seolah lupa bahwa Gulen pernah menjadi rekannya untuk melawan dominasi militer di perpolitikan Turki. Erdogan lalu menuntut pemerintah Amerika Serikat mengekstradisi sang pemimpin gerakan Hizmet dari rumahnya di Pennsylvania—yang ia huni sejak kabur dari Turki tahun 1999.
Selama lebih dari 40 tahun, Gulen mengajak para pendukungnya di gerakan Hizmet agar berkomitmen untuk demokrasi. Bagi pengikutnya, Gulen adalah imam yang progresif, pemikir Islam yang toleran, penentu arah organisasi Hizmet: berkhidmat di dunia pendidikan dan berjuang melawan fundamentalisme Islam.
Namun, bagi musuh-musuhnya, termasuk Erdogan dan para pejabat Turki saat ini, Gulen tak lain adalah kepala sekte gelap yang pengikutnya tersebar di kepolisian, peradilan, militer dan media di Turki; pemimpin organisasi teroris yang berusaha menggulingkan pemerintahan di Ankara.
Walaupun bukti-bukti keterlibatan Gulen di kudeta terakhir tidak cukup kuat, Erdogan dan koleganya saat ini mulai memburu para Gulenis. Mereka, para guru, dosen, polisi, tentara, jurnalis.yang dianggap bagian dari Hizmet ditangkap oleh rezim Erdogan. Perdana Menteri Binali Yildirim bahkan berkata, setiap negara yang membela Gulen "bukan teman Turki, (dan) berarti cari gara-gara dengan Turki."
Tuduhan sebagai biang kudeta ini hanyalah puncak gunung es. Sejak 2013, Erdogan sudah mengkambinghitamkan Gulenis yang ada di kepolisian atas investigasi korupsi terhadap para menteri di pemerintahannya pada Desember 2013—langkah yang sejak awal disebut Erdogan sebagai upaya kudeta. Buntut dari kasus ini, puluhan penegak hukum dipecat Erdogan.
Benar bahwa para pendukung Gulen tersebar di berbagai lembaga pemerintahan seperti peradilan, polisi, dan militer. Benar pula bahwa mereka memegang teguh nilai-nilai yang diajarkan Fethullah Gulen. Namun, mereka menyangkal jika disebut bekerja di berbagai tempat berdasarkan perintah organisasi. Mereka bertindak sebagai individu yang punya hak berpartisipasi dalam kehidupan publik, sebagaimana warga negara pada umumnya.
Pada 26 Mei tahun berikutnya, Dewan Keamanan Nasional Turki bahkan secara resmi menyebut gerakan Gulen sebagai Organisasi Teror Gulenis (ETO), setara dengan musuh rezim Erdogan lainnya seperti Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Para pejabat Turki menuduh Gulen telah mendirikan negara di dalam negara.
"Tuduhan Erdogan tidak mengejutkan, bukan karena apa yang dikatakannya tentang saya tetapi lantaran usaha sistematis dan berbahaya yang dilakukannya untuk menjadi penguasa tunggal," kata Gulen. “Bahkan sebelum kudeta terjadi, dalam beberapa tahun terakhir Erdogan telah sewenang-wenang membredel koran; memberhentikan ribuan hakim, jaksa, polisi dan pegawai negeri sipil; dan merepresi masyarakat Kurdi.”
Banyak pihak menganggap tuduhan pemerintah Turki itu tidak masuk akal. Menurut Graham Fuller, peneliti dan penulis buku Turkey and The Arab Spring, gerakan Gulen adalah salah satu contoh yang paling inspiratif yang ia lihat di Turki dan Timur Tengah.
“Gulen mengembangkan ide bahwa Islam akan berkembang dan tumbuh melalui pengetahuan dan pendidikan," katanya. "Organisasi ini benar-benar modernis, ia ingin membawa Turki yang tradisionalis dan konservatif menuju masyarakat yang berpendidikan, berdikari, berpikiran terbuka, dan punya tempat khusus dalam pergaulan dunia."
Selain itu, Fuller juga berpendapat bahwa pendukung Gulen tidak dalam posisi yang memungkinkan untuk memulai upaya kup. Gerakan Hizmet telah menjadi sasaran tindak kekerasan setidaknya sejak 2013, sehingga mereka banyak terekspos dan terpojok.
“Ketika gerakan sedang dalam posisi lemah, tidak mungkin Gulenis punya kemampuan untuk merencanakan konspirasi besar sepeti kudeta, kata Fuller. "Kecil kemungkinan mereka memiliki kekuatan apapun dalam militer untuk melakukan kudeta."
Fuller yakin, Amerika Serikat tidak akan menyetujui permintaan pemerintah Turki untuk mengekstradisi Gulen. AS telah memeriksa dengan seksama ulama itu ketika memutuskan untuk memberinya izin tinggal pada tahun 2008. Lagipula, Gulen dan Hizmetnya dianggap pemerintah AS sebagai suara Muslim moderat punya sikap tegas terhadap ekstremisme Islam.
"Turki harus melalui banyak peradilan untuk menangkap Gulen," kata Fuller. "Dan saya tidak yakin mereka punya cukup bukti untuk itu."
Penulis: Arlian Buana
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti