tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan pihaknya mendeteksi sebanyak 126 titik api akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), pada Minggu (30/7/2017).
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, sebanyak 126 titik api tersebut terpantau oleh Satelit Terra, Aqua, dan SNNP pada Catalog Modis (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) Lapan mendeteksi adanya peningkatan jumlah hotspot (titik panas) dari kebakaran hutan dan lahan di wilayah Indonesia.
Sutopo menjelaskan, meningkatnya intensitas cuaca kering selama musim kemarau juga meningkatkan jumlah titik api disejumlah provinsi. Satelit mendeteksi adanya 173 titik api tanggal 27 Juli, kemudian berturut-turut meningkat sebanyak 277 titik panas pada 28 Juli, dan sebanyak 238 titik api pada tanggal 29 Juli.
“Untuk hari ini terdeteksi sebanyak 239 titik api terbanyak di Kalbar, yakni sebanyak 126 titik api, kemudian NTT 42 titik api, Kalimantan Utara 35 titik api, Kalimantan Timur 10 titik api, Kalimantan Selatan lima titik api, Maluku empat titik api, Riau satu titik api, Kalimantan Tengah satu titik api, dan lain-lain,” ujarnya.
Menurut dia, kebakaran hutan dan lahan di Kalbar belum berhasil dipadamkan, malah dalam empat hari terakhir kebakaran hutan dan lahan itu meluas.
Sementara itu, sebaran titik api di Kalbar, terbanyak di Kabupaten Sintang 40 titik api, disusul Kapuas Hulu 36 titik api, Sanggau 26 titik api, Landak 10 titik api, Meliau tiga titik api, Sekadau tiga titik api, Bengkayang dua titik api, dan Melawi dua titik api.
Sebagian besar lahan yang terbakar adalah lahan gambut, dan pembukaan lahan dengan cara membakar masih banyak dilakukan di daerah tersebut. Meskipun sudah dilarang, himbauan sering dilakukan, patroli ke pelosok dilakukan, namun kenyataannya masih banyak pembakaran hutan dan lahan, katanya.
Dari pantauan BMKG menunjukkan asap tipis sudah menyebar di beberapa daerah di Kalbar, yakni asap dari sekitar Kabupaten Ketapang menyebar hingga ke Kabupaten Kayong Utara, Kubu Raya dan Kota Pontianak. Sedangkan asap di sekitar Kabupaten Sanggau, Sekadau, Sintang dan Kapuas Hulu secara umum tidak terbawa jauh dari lokasi kebakaran tersebut.
Sutopo menambahkan, upaya pemadaman terus dilakukan oleh Satgas terpadu pengendalian Karhutla. BNPB mengerahkan empat helikopter pembom air, yaitu jenis Bell 214B, MI-8, Kamov KA32, dan Bolcow 105. Satgas darat terdiri dari TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, MPA, Damkar dan masyarakat memadamkan di beberapa lokasi kebakaran itu.
"Kendala Satgas darat adalah luasnya wilayah yang harus dijaga, akses menuju lokasi kebakaran seringkali sulit medannya, terbatasnya sumber air dari lokasi kebakaran, keterbatasan alat, cuaca kering, dan tingkat kesadaran masyarakat untuk tidak membakar masih cukup rendah," ujarnya.
Puncak kemarau diperkirakan berlangsung hingga September mendatang sehingga ancaman Karhutla dapat meningkat. “Perlu partisipasi semua pihak untuk menjaga lingkungan sekitarnya agar tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan,” kata Sutopo.
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz