Menuju konten utama

BNPB Minta Masyarakat Waspada karena Bencana Akan Bertambah

Sampai sejauh ini dampak bencana yang dihasilkan telah menyebabkan 166 jiwa meninggal dan hilang, 313 jiwa luka-luka, dan 1.036.362 jiwa menderita dan mengungsi.

BNPB Minta Masyarakat Waspada karena Bencana Akan Bertambah
Anggota TNI dan warga bergotong-royong membersihkan puing bangunan rumah warga yang ambruk terdampak angin puting beliung di Desa Serut, Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (15/3). ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko.

tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPN) memperkirakan bencana akan terus bertambah pada tahun 2017. Sepanjang tahun 2017, sebanyak 1.087 bencana telah terjadi. Bencana yang terjadi berupa bencana hidrometeorologi yakni bencana yang dipengaruhi oleh faktor cuaca seperti banjir, longsor dan puting beliung yang terus meningkat.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan sampai sejauh ini dampak bencana yang dihasilkan telah menyebabkan 166 jiwa meninggal dan hilang, 313 jiwa luka-luka, dan 1.036.362 jiwa menderita dan mengungsi.

Bencana tersebut, kata dia, juga menyebabkan 14.117 unit rumah rusak yaitu 2.578 rumah rusak berat, 2.315 rumah rusak sedang dan 9.224 rumah rusak ringan. 453 fasilitas publik pun rusak seperti 266 sekolah dan madrasah, 161 fasilitas ibadah dan 26 fasilitas kesehatan.

"Tentu saja bencana memerosotkan kesejahteraan masyarakat. Harta benda yang dikumpulkan bertahun-tahun hilang begitu saja terkena bencana. Apalagi sebagian besar bencana terjadi di pedesaan dengan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang menderita terkena bencana," kata Sutopo melalui keterangan tertulis yang diterima Tirto, Jumat (5/5/2017).

Dia menjelaskan, dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa bencana menimbulkan kemiskinan absolut, dimana petani yang terjerat kredit usaha tani makin bertambah hutangnya ketika bencana merusak lahan pertaniannya.

Hingga pertengahan Mei 2017 diperkirakan hujan ekstrem masih berpeluang terjadi selama musim pancaroba ini. Perubahan cuaca yang mendadak diikuti hujan lebat dapat memicu terjadinya banjir, longsor, banjir bandang dan puting beliung.

Sutopo menerangkan, frekuensi hujan berintensitas tinggi makin sering terjadi. Dan dampak perubahan iklim global makin meningkatkan frekuensi hujan ekstrem. Degradasi lingkungan dan lahan kritis yang luas, kata dia, menyebabkan daerah makin rentan terjadi bencana.

Hal tersebut ditambah dengan banyaknya masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. Diketahui, terdapat sekitar 64 juta jiwa masyarakat Indonesia terpapar dari bahaya banjir sedang hingga tinggi, sedangkan 41 juta jiwa terpapar oleh bahaya longsor sedang hingga tinggi.

Oleh karena Pengurangan Risiko Bencana (PRB) harus menjadi pengarusutamaan pembangunan di semua sektor. Kegiatan PRB adalah investasi pembangunan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa setiap 1 dolar AS yang digunakan untuk PRB maka dapat mengurangi kerugian akibat bencana sekitar 7-40 dolar AS. Pencegahan bencana lebih efektif dan efisien daripada penanganan darurat bencana karena bencana dengan dampaknya sudah terjadi ketika tidak ada pencegahan.

Untuk itu, masyarakat dihimbau untuk selalu waspada selama musim pancaroba hingga Mei nanti. Kenali ancamannya dan kurangi risikonya. Saat terjadi cuaca mendung kemudian diikuti hujan hendaknya masyarakat selalu waspada.

Baca juga artikel terkait BENCANA ALAM atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Chusnul Chotimah
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto