Menuju konten utama

BMKG Minta Warga Waspadai Gelombang Tinggi di Perairan Yogyakarta

Gelombang tinggi di selatan DIY disebabkan pola tekanan udara tinggi di sebelah barat daya Australia dan pola tekanan rendah di barat daya Sumatera.

BMKG Minta Warga Waspadai Gelombang Tinggi di Perairan Yogyakarta
Pengunjung berada di kawasan wisata Pantai Parangtritis, Bantul, DI Yogyakarta, Selasa (27/6). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

tirto.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta mengimbau masyarakat yang beraktivitas di pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mewaspadai potensi gelombang tinggi. Hal itu akibat pola tekanan tinggi di sebelah barat daya Australia.

Kepala Kelompok Data Analisis Prakirawan BMKG Yogyakarta, Romadi menyebut gelombang tinggi berlangsung hingga 19 Juli 2022 kemudian berangsur menurun.

"Untuk para nelayan, pedagang, para wisatawan gelombang tinggi masih akan berlangsung sehingga tetap mematuhi dan menaati imbauan yang disampaikan dari petugas di sekitar lokasi," kata Romadi dikutip dari Antara, Selasa (19/7/2022).

Romadi menjelaskan gelombang tinggi di selatan DIY disebabkan pola tekanan udara tinggi di sebelah barat daya Australia dan pola tekanan rendah di barat daya Sumatera.

Selain itu, Monsun Australia juga menguat sehingga angin timuran lebih dominan. Gelombang tinggi dapat merusak bangunan seperti yang terjadi di pesisir pantai Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Bantul pekan lalu.

Menurut Romadi, potensi gelombang tinggi tersebut mengalami penurunan beberapa hari ke depan. "Berangsur-angsur melemah dengan seiring punahnya tekanan tinggi di barat daya Australia," kata dia.

Pada Sabtu (16/7/2022), belasan lapak pedagang di bibir Pantai Somandeng dan Pulangsyawal di Kabupaten Gunung Kidul, DIY, mengalami kerusakan ringan hingga sedang akibat dihantam gelombang laut dengan ketinggian antara tiga sampai lima meter.

Selain di Gunung Kidul, sejumlah bangunan usaha di wilayah Pantai Depok Parangtritis, Kabupaten Bantul, DIY, juga hancur diterjang gelombang tinggi.

Baca juga artikel terkait DAMPAK GELOMBANG TINGGI

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Editor: Gilang Ramadhan