tirto.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyatakan gempa bumi berkekuatan 6,1 Skala Richter (SR) yang terjadi di laut arah selatan Kota Muarabinuangeun, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tidak berpotensi Tsunami.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Moch Riyadi menyatakan dampak gempa bumi berupa guncangan itu dirasakan di daerah Jakarta, Tangerang Selatan dan Bogor.
“Gempa bumi selatan Jawa-Bali-Nusa Tenggara ini termasuk dalam klasifikasi gempa bumi berkedalaman dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempang Eurasia,” kata Riyadi, Selasa (23/1/2018), seperti dikutip situs resmi BMKG.
Berdasarkan hasil monitoring BMKG hingga pukul 13:46 WIB, Riyadi menyatakan belum ada aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).
Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir dan terpengaruh dengan isu yang tidak benar.
“Kepada masyarakat di sekitar wilayah Kabupaten Cilangkahan diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” ungkapnya.
Sebelumnya, Irwan, seorang warga Garut, Jawa Barat, mengatakan, guncangan gempa terasa cukup kuat saat berada di bangunan kantor Jalan Pembangunan, Garut.
“Saya sedang duduk di kursi, saya kira ada yang menggoyangkan, tapi ternyata ada gempa,” kata Irwan.
Saat mengetahui adanya gempa, Irwan dan sejumlah orang yang berada dalam kantor langsung berhamburan keluar untuk menghindari bahaya apabila gedung runtuh. “Saya spontan saja keluar kantor, karena takut gedung runtuh,” kata dia.
Senada dengan Irwan, Hendri, warga Garut lainnya mengatakan gempa yang dirasakannya berlangsung beberapa detik. Namun gempa yang dirasakannya itu, kata dia, tidak sekuat waktu gempa bumi yang terjadi di Barat Daya Tasikmalaya, 15 Desember 2017 lalu.
“Guncangannya lebih besar gempa yang waktu di Tasikmalaya, kalau yang sekarang kecil, mungkin karena jarak titik gempanya jauh,” kata dia.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto