tirto.id - Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan, antisipasi bencana kelaparan bisa dilakukan dengan memberikan edukasi kepada masyarakat akan potensi bencana pada periode kemarau kering.
Hal ini ia sampaikan merespons bencana kekeringan dan kelaparan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, yang menyebabkan enam orang meninggal dunia.
Menurut Ardhasena, secara umum di bulan Agustus ini, daerah-daerah dengan elevasi tinggi memang berpeluang mengalami fenomena embun beku. Embun beku ini disebut menyebabkan gagal panen di perkebunan warga sehingga menyebabkan krisis pangan di tiga distrik di Papua Tengah.
“Memberikan edukasi akan potensi bencana ini pada periode kemarau yang kering, sehingga warga dapat menyusun skenario untuk menyiapkan cadangan bahan pangan ketika menghadapi musim kemarau,” kata Ardhasena kepada reporter Tirto, Selasa (8/8/2023).
Ia menambahkan, embun beku di daerah tropis berbeda dengan embun beku di daerah subtropis. Jika di subtropis kejadian ini berkaitan dengan awal musim dingin, tetapi di daerah tropis seperti Indonesia justru terjadi saat musim kemarau.
“Di Papua, kebun adalah lumbung pangan warga, sehingga ketika terjadi embun beku yang merusak tanaman, warga menjadi kehilangan cadangan bahan pangan dan kemudian memicu terjadinya kasus kelaparan,” tutur Ardhasena.
Menurutnya, peristiwa embun beku bisa terjadi di daerah mana saja dengan elevasi yang tinggi. Biasanya, kata Ardhasena, terjadi di daerah pegunungan seperti puncak Gunung Gede (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah), dan Bromo (Jawa Timur).
“Di wilayah Dieng, kejadian embun beku juga merusak tanaman warga, terutama tanaman kentang. Tetapi kentang bukanlah bahan pangan utama warga, sehingga meskipun menimbulkan kerugian tetapi tidak sampai memicu bencana kelaparan,” terangnya.
Ardhasena menjelaskan, saat musim kemarau dengan kondisi langit yang cerah karena sedikit awan, maka radiasi matahari dapat mencapai permukaan daratan dengan maksimal. Di malam hari, energi akibat penyinaran matahari tersebut dilepaskan oleh permukaan daratan yang menyebabkan suhu daratan menurun atau mendingin dengan cepat.
Didukung oleh faktor topografis Kabupaten Puncak pada ketinggian lebih dari 2 ribu meter, maka suhu malam hari di musim kemarau ini dapat turun drastis hingga mencapai titik beku.
“Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena embun beku (frost) yaitu membekunya air embun di permukaan daratan,” kata Ardhasena.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Reja Hidayat