tirto.id - Banjir pesisir yang dipicu kedatangan ombak besar, sejak Minggu (17/1/2021) sore sampai malam, di pantai Manado menyebabkan kerusakan sejumlah lokasi jajanan kuliner. Banjir itu meninggalkan pula sampah.
"Akibat hempasan ombak dari gelombang pasang sejumlah tempat makan di kawasan bisnis Mega Mas rusak, meskipun ada juga yang selamat," kata Kepala BPBD Manado, Donald Sambuaga pada Senin (18/1/2021), dikutip dari Antara.
Menurut Donald, akibat hempasan ombak itu pula, banyak sampah ditemukan di kawasan bisnis itu, mulai dari plastik hingga sampah kayu. Sedangkan di bagian selatan kawasan Mega Mas, jalan raya dijadikan sebagai lokasi tambatan perahu oleh para nelayan.
Sementara dari pemantauan di sekitar kawasan tersebut, akibat kerusakan dan banyaknya sampah di kawasan itu, sebagian usaha kuliner tidak buka. Ada juga warga yang melakukan perbaikan dan membersihkan lokasi usahanya. Pengelola kawasan Mega Mas juga mengerahkan sejumlah pekerja untuk membersihkan sampah.
Selain banjir pesisir, merujuk laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejumlah kawasan di Kota Manado, Sulawesi Utara, juga dilanda bencana banjir dan longsor.
"Berdasarkan laporan Pusat Pengendali Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana per 18 Januari 2021 pukul 09.30 WIB, tercatat 6 orang meninggal dunia akibat banjir dan tanah longsor di Kota Manado," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati dalam siaran pers lembaganya.
Banjir dan tanah longsor terjadi akibat hujan dengan intensitas tinggi dan struktur tanah yang labil pada Sabtu (16/1) pukul 15.09 WITA dengan tinggi muka air sekitar 50-300 sentimeter. Banjir dan longsor itu sempat membuat 500 warga mengungsi, dan sebagian sudah pulang ke rumahnya.
Selain itu, kerugian materil akibat bencana tersebut antara lain dua unit rumah rusak berat dan 10 unit rumah rusak sedang. Tim di lapangan juga masih melakukan pendataan kerusakan rumah.
"Saat ini banjir telah surut dan cuaca terpantau panas," ujar dia.
Sejumlah kecamatan terdampak bencana banjir dan longsor di Manado itu ialah Kecamatan Tikala, Kecamatan Paal Dua, Kecamatan Malalayang, Kecamatan Sario, Kecamatan Bunaken, Kecamatan Tuminting, Kecamatan Mapanget, Kecamatan Singkil dan Kecamatan Wenang.
Penyebab Banjir di Pantai Manado
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan banjir yang melanda pesisir di Kota Manado pada 17 Januari 2021 kemarin bukan tsunami. Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo mengatakan banjir pesisir Manado tersebut dipicu oleh cuaca ekstrem.
"Peristiwa naiknya air laut yang menyebabkan banjir terjadi di pesisir Manado kemarin merupakan salah satu kejadian cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Indonesia," kata Eko dalam siaran resmi BMKG pada Senin (18/1/2021).
Menurut Eko, banjir di pesisir Manado itu terjadi karena beberapa faktor penyebab. Dia mencatat salah satu faktor itu adalah angin kencang dengan kecepatan maksimum 25 Knot yang berdampak pada peningkatan tinggi gelombang di Laut Sulawesi, perairan utara Sulawesi Utara, dan perairan Kepulauan Sangihe - Kepulauan Talaud, serta Laut Maluku bagian utara.
"Ketinggian gelombang mencapai 2,5 - 4,0 meter," ujar Eko.
Dia menambahkan, bersamaan dengan kemunculan angin kencang itu ada pengaruh dari kondisi fase pasang air laut maksimum di wilayah Manado.
Ada peningkatan pasang maksimum harian setinggi 170-190 cm dari rata-rata tinggi muka air laut (Mean Sea Level/MSL), pada pukul 20.00-21.00 WITA, 17 Januari kemarin.
Berdasarkan analisis gelombang diketahui bahwa arah gelombang tegak lurus dengan garis pantai sehingga dapat memicu naiknya air ke wilayah pesisir di Kota Manado.
"Akumulasi kondisi di atas yaitu gelombang tinggi, angin kencang di pesisir dan fase pasang air laut maksimum yang menyebabkan terjadi kenaikan air laut sehingga mengakibatkan banjir yang terjadi di Manado," Eko menjelaskan.
Editor: Agung DH