Menuju konten utama

BMKG Catat 74 Gempa Susulan Terjadi di Pidie Jaya

Hingga hari Minggu ini, setidaknya terdapat 74 kali gempa susulan pasca gempa berkekuatan 6,5 SR menghantam Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, pada Rabu lalu.

BMKG Catat 74 Gempa Susulan Terjadi di Pidie Jaya
Pengunjung berswafoto dengan latar belakang masjid Jamik Quba Pidie Jaya yang roboh akibat gempa bumi 6,5 SR, Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Sabtu (10/12). ANTARA FOTO/Rahmad.

tirto.id - Pemerintah mencatat setidaknya terdapat 74 kali gempa susulan pasca gempa bumi dengan 6,5 skala richter (SR) yang terjadi di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, pada Rabu lalu.

Hal itu disampaikan oleh Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary T Djatmiko dalam keterangan yang diterima di Banda Aceh Minggu (11/12/2016), seperti dikutip dari kantor berita Antara. Ia menyebutkan hingga hari ke-4, puluhan gempa susulan tersebut memiliki kekuatan magnitudo yang semakin kecil.

Hasil monitoring BMKG menunjukkan jumlah gempa bumi susulan pada Rabu terjadi sebanyak 45 kali, Kamis terjadi sebanyak 14 kali. Pada Jumat terjadi sebanyak tujuh kali, Sabtu terjadi sebanyak enam kali, dan hingga Minggu pagi sementara baru terjadi sebanyak dua kali yaitu pada pukul 01.45 WIB dengan kekuatan magnitudo 3,5.

Gempa bumi susulan kembali terjadi dengan magnitudo 5.3 SR, pada pukul 09.50 WIB, dengan lokasi 5.32 lintang utara (LU), 96.21 bujur timur (BT) atau 18 km timur laut Kabupaten Pidie Jaya pada kedalaman 10 kilometer.

Masih seringnya terjadi gempa susulan menyebabkan warga korban gempa mengalami trauma dan takut untuk kembali ke rumah.

Sementara itu, tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kementerian Sosial mengatakan bahwa mereka telah melakukan "rapid assesment" (kaji cepat) korban gempa Aceh di lokasi pengungsian Kabupaten Pidie Jaya yakni Meunasah Jurong, Meunasah Balek, Meuraksa Barat, dan Paru Keude.

"Saat ini ada 25 orang tim Layanan Dukungan Psikososial. Sebelum mereka melaksanakan tugas mereka harus melakukan assement terlebih dahulu. Untuk sementara ini tim berfokus di empat titik pengungsian yang jumlahnya cukup besar," kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Banda Aceh, Minggu.

Pengkajian utamanya dilakukan pada kelompok rentan yakni lansia, disabilitas, ibu hamil, ibu menyusui dan anak anak serta warga yang anggota keluarganya meninggal akibat gempa.

Dikatakan, hasil kaji cepat ini nantinya akan menjadi dasar pemberian layanan kepada pengungsi terutama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan data ini, tim juga akan menentukan intervensi atau aktivitas lanjutan untuk mengurangi dampak negatif dari gempa.

"Rapid assememt biasanya dilakukan dalam rentang waktu hari pertama sampai hari ke-4 kejadian bencana. Ini sebagai data awal yang menjadi dasar untuk menyusun program layanan dukungan psikososial selanjutnya," kata Khofifah.

Koordinator Tim Layanan Dukungan Psikososial Kemensos Milly Mildawati mengungkapkan hasil kaji cepat pada pengungsi yang kehilangan anggota keluarganya menunjukkan bahwa mereka masih sangat berduka. Mereka juga ketakutan berada di dalam ruangan dan lebih memilih berada di luar rumah, beraktivitas dan tidur di tenda-tenda, katanya.

"Kondisi ini agak berbeda dengan warga yang tinggal di pesisir pantai. Ketakutan mereka berbeda, dua kali lipatnya. Mereka takut berada di dalam ruangan dan takut tsunami karena rumah mereka berada di bibir pantai," ujar Milly saat ini menjabat Kepala Pusat Kajian Bencana dan Pengungsi Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.

Terkait korban anak-anak, Milly mengungkapkan tim dukungan psikososial mendapati anak-anak juga masih mengalami rasa takut dan trauma, terlebih saat terjadi gempa susulan. Mereka umumnya menunjukkan reaksi tubuh gemetar hebat, panik, saling berpelukan dan menjerit karena takut.

"Untuk hasil assement kepada penyandang disabilitas diketahui jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan kelompok rentan lainnya, akan tetapi mereka tetap kami utamakan. Misalnya ada yang mengalami gangguan berjalan, kami gali kebutuhannya, dan mereka memerlukan alat bantu berjalan (tongkat) atau kursi roda," kata Milly.

Saat ini, Kementerian Sosial sudah mendirikan sembilan posko pengungsian yaitu Posko Desa Rieng Blang Kecamatan Meureudu (500 jiwa), Posko Desa Meuraksa Barat Kecamatan Meureudu (800 jiwa), Posko Desa Paru Lueng Putu Kecamatan Bandar Dua (700 jiwa).

Posko Desa Meunasah Bi dan Mancang Kecamatan Meurah Dua (800 jiwa), Posko Desa Meunasah Balik Kecamatan Meuereudu (3000 jiwa), Posko Desa Pangwa Me Kecamatan Trienggadeng (600 jiwa), Posko Desa Pante Reng Samalanga (1.100 jiwa).

Serta dua posko tambahan yang baru dibentuk di Kabupaten Pidie Jaya yakni Posko Meunasah Juroeng yang menampung 1.300 jiwa dan Posko Trienggadeng menampung 700 jiwa.

Baca juga artikel terkait GEMPA PIDIE JAYA atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Hard news
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara