tirto.id - Perang Rusia dan Ukraina masih belum mereda, bahkan semakin memanas. Menurut pemberitaan terbaru, militer Ukraina mengatakan, pasukan terjun payung Rusia sudah mendarat di kota terbesar kedua, Khariv.
Al Jazeera melaporkan, pada hari ketujuh invasi Rusia ke Ukraina, bentrokan segera meletus, terlebih ketika pasukan terjun payung itu mendarat.
“Pasukan lintas udara Rusia mendarat di Kharkiv … dan menyerang rumah sakit setempat,” kata militer dalam sebuah pernyataan di aplikasi pesan Telegram.
"Ada pertarungan yang sedang berlangsung antara penjajah dan Ukraina," tambahnya.
Anton Gerashchenko, penasihat menteri dalam negeri Ukraina mengatakan, setelah serangan udara, terjadi kebakaran di barak sekolah penerbangan di kota itu.
Sementara Gubernur Kota, Oleg Synegubov mengatakan di Telegram, ada tujuh orang dilaporkan tewas dalam serangan terhadap gedung pemerintah dan 24 orang terluka.
Tetapi menurut Rusia, pihaknya cuma menargetkan infrastruktur militer Ukraina, pertahanan udara dan angkatan udara dengan senjata presisi tinggi.
Kharkiv adalah kota terbesar kedua di Ukraina. Sebagian besar dari populasi sekitar 1,4 juta memakai bahasa Rusia. Tempat ini telah menjadi target pasukan Rusia sejak Presiden Vladimir Putin melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari.
Jumlah Korban Tewas Perang Rusia dan Ukraina
Pada hari Senin, kementerian pertahanan Ukraina mengatakan puluhan penduduk termasuk anak-anak tewas ketika seorang pembom strategis Rusia menembakkan 16 peluru kendali ke arah daerah perumahan di kota.
Selang sehari berikutnya, setidaknya 10 orang termasuk seorang mahasiswa kedokteran India berusia 21 tahun tewas oleh peluru Rusia.
Sedangkan menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, setidaknya 136 warga sipil – termasuk 13 anak-anak – telah tewas dalam invasi, tetapi jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.
Seperti dilaporkan The Guardian, China telah mengisyaratkan kesediaannya untuk menjadi mediator antara konflik Rusia dan Ukraina saat perang memasuki hari keenam.
Menurut Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, sejak perang pecah, menteri luar negeri China, Wang Yi, mengatakan Beijing “menyesalkan” pecahnya konflik dan “sangat prihatin” tentang bahaya bagi warga sipil.
Televisi Pusat China milik negara mengatakan Kuleba meminta China menggunakan pengaruhnya untuk membantu menengahi konfliknya dengan Rusia. Ia menambahkan bahwa Kuleba “meminta bantuan dalam menemukan solusi diplomatik”.
Editor: Iswara N Raditya