Menuju konten utama
Dampak Pandemi Corona

Benarkah Rp300 T Kapitalisasi Pasar Pupus Hanya karena PSBB Anies?

IHSG sempat terjerumus tajam usai Anies umumkan PSBB DKI. Benarkan Rp300 triliun kapitalisasi pasar pupus karena itu?

Benarkah Rp300 T Kapitalisasi Pasar Pupus Hanya karena PSBB Anies?
Pekerja berjalan di dekat monitor pergerakan bursa saham saat pembukaan perdagangan saham tahun 2020 di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2020). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.

tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjerumus hingga 5 persen pada Kamis (10/9/2020), sampai-sampai otoritas bursa menghentikan perdagangan sementara (trading halt). Melansir RTI Business, nilainya sempat menyentuh titik terendah hingga 4.754,799 poin dari 5.084,326 poin saat pembukaan perdagangan.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyalahkan pengumuman 'rem darurat' yang diambil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai sebab anjloknya IHSG. Menurutnya pengumuman Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI telah menimbulkan ketidakpastian buat pasar.

“Kita harus lihat gas dan rem ini. Kalau direm mendadak kami harus menjaga kepercayaan publik karena ekonomi ini tidak semua faktor fundamental, tapi ada sentimen. Terutama di sektor capital market,” ucap Airlangga dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Kadin, Kamis (10/9/2020).

Tak hanya Airlangga, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga ikut mengomentari kejatuhan IHSG karena PSBB DKI. Ketua Badan Anggaran DPR RI yang juga politikus PDIP Said Abdullah bahkan menyalahkan PSBB sebagai sebab hilangnya triliunan saham-saham pada Kamis lalu.

“Kejadian kemarin sangat disesalkan atas pernyataan yang begitu bombastis, dramatis oleh Gubernur DKI sehingga menimbulkan hal yang tidak perlu dan membakar ludes Rp300 triliun, saham-saham kita berguguran,” ucap Said dalam pengantar rapat bersama menteri keuangan, Jumat (11/9/2020).

Ekonom Trimegah Fakhrul Fulfian mengatakan turunnya angka Rp300 triliun yang dikeluhkan sejumlah pihak sebenarnya bukan berarti dalam arti uang cash atau seperti uang di bank. Sebaliknya, angka itu adalah kapitasi pasar atau market capitalization (market cap).

Market cap dapat diartikan berapa nilai yang harus dibayar pasar jika diasumsikan seluruh saham BEI dijual kepada investor dalam waktu bersamaan. Faktanya jual-beli saham hanya terjadi pada volume tertentu saja sehingga tidak seluruhnya dijual.

Berdasarkan data BEI, nilai kapitalisasi terpangkas dari Rp5.978,17 triliun menjadi Rp5.680,91 triliun, Rabu (9/9/2020). Penurunannya mencapai Rp297,26 triliun. Kehilangan ini katanya sudah kembali tertutupi berkat kenaikan IHSG pada Jumat (11/9/2020) yang berlanjut sampai Senin (14/9/2020).

“Yang turun hanya kapitalisasi pasar atau hypothetical value, sama sekali tidak ada hubungannya dengan perekonomian langsung,” ucap Fakhrul saat dihubungi reporter Tirto, Selasa (15/9/2020).

Meski demikian, Fakhrul membenarkan kalau penurunan IHSG Kamis lalu disebabkan oleh faktor PSBB lantaran Jakarta menyumbang sekitar 17 persen PDB RI. Namun ia mengatakan pelemahan tidak berdiri sendiri, sekitar 20 persennya disebabkan juga sentimen global sampai nilai tukar yang memiliki tren melemah.

Director for Investment Strategy PT Bahana TCW Budi Hikmat punya pendapat lain. Ia bilang pasar justru merespons PSBB sebagai kebijakan yang baik meski dampaknya menyakitkan bagi ekonomi. Investor juga mengkhawatirkan kasus COVID-19 Indonesia yang terus naik hingga penambahannya lebih dari 3.000 sehari sekaligus daya tahan tenaga medis dan kapasitas rumah sakit.

Ia menyodorkan dua faktor yang memengaruhi penurunan IHSG Kamis lalu. Pertama, faktor eksternal dengan merujuk pada pergerakan indeks S&P 500 (SPX) di Amerika Serikat yang pergerakannya biasa diikuti oleh IHSG atau JCI.

Hasil modelling miliknya menunjukan IHSG akan turun jika SPX turun. Namun saat SPX naik belum tentu diikuti oleh IHSG. SPX katanya sudah mengalami penurunan dari 3.580,84 (2/9/2020) menjadi 3.331,94 (8/9/2020), beberapa hari sebelum PSBB diumumkan. IHSG mengikuti tren penurunan serupa dan PSBB kebetulan memperburuk penurunan yang sudah terjadi.

Faktor kedua, ia meyakini tekanan pasar saham Indonesia semakin dalam setelah sejumlah investor mengambil tindakan profit taking. Buktinya hasil pemodelan yang ia buat menunjukkan selama penurunan Kamis lalu grafik fear and grid menunjukkan zona merah sebagai indikasi terjadi kelebihan jual.

Market sudah mendapat tekanan eksternal tapi sifatnya aksi profit taking,” ucap Budi dalam akun Youtube pribadinya, Minggu (13/9/2020).

Mengapa IHSG Langsung Menguat Lagi?

Meski sempat terjerumus, IHSG naik lagi ke level 5.016,71 poin, Jumat (10/9/2020) dalam waktu singkat. Pada Minggu (13/9/2020), Menko Airlangga sempat mengklaim penguatan karena keberhasilan pemerintah menenangkan pasar dari pengumuman PSBB DKI Jakarta.

Namun Trimegah menyatakan lagi-lagi faktor PSBB tidak berdiri sendiri. Ia bilang pasar memang merespons positif jika PSBB tidak diberlakukan seketat Maret 2020, tetapi faktornya lebih didominasi kelebihan likuiditas pasar.

Maksudnya, ada sejumlah besar masyarakat Indonesia memegang uang dalam jumlah besar dan tidak menggunakannya untuk konsumsi. Saat asing melepas kepemilikan saham pada Kamis lalu, investor domestik kemudian ramai-ramai membeli saham yang berjatuhan atau “menyerok.”

Buktinya, BEI sampai mencatat jumlah transaksi mencapai 934.733 kali. Angka itu tertinggi sepanjang sejarah perdagangan bursa di Indonesia.

“Ada kelebihan likuiditas luar biasa. Kelas menengah tidak bisa belanja, uangnya beramai-ramai pindah ke pasar saham,” ucap Fakhrul.

Di sisi lain, fakta ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah menggenjot konsumsi belum sepenuhnya berhasil. Lonjakan transaksi ini menunjukkan masyarakat masih lebih memilih menyimpan uangnya sampai berinvestasi, alih-alih membelanjakan uangnya sehingga ekonomi berputar.

Baca juga artikel terkait IHSG atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz