tirto.id - Belanda pada Minggu (12/3/2017) waktu setempat telah memutuskan untuk mengesampingkan kemungkinan meminta maaf terkait larangan Belanda terhadap menteri Turki berpartisipasi dalam aksi pro-Ankara di negeri itu. Namun, Perdana Menteri Mark Rutte tetap berharap sengketa diplomatik Belanda-Turki dapat diredam.
"Sama sekali tidak ada alasan yang bisa dibuat, mereka harus membuat alasan untuk apa yang mereka lakukan kemarin," kata Rutte kepada wartawan saat dia berkampanye untuk pemilu.
Belanda marah setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengaitkan mereka dengan Nazi karena menolak mengizinkan para menterinya menghadiri aksi propemerintah di Rotterdam guna menggalang dukungan bagi referendum April yang dapat memperluas kekuasaannya.
"Negara ini dibom selama Perang Dunia II oleh Nazi. Sepenuhnya tidak bisa diterima [Erdogan] berbicara dengan cara seperti itu," kata Rutte di Den Haag.
Keputusan Menteri Keluarga Turki Fatma Betul Sayan Kaya menentang peringatan Belanda untuk tidak datang ke Belanda telah menyebabkan "malapetaka", katanya.
Dia mendesak warga Belanda "tetap tenang. Kami memiliki masyarakat yang luar biasa… dan sebagian besar warga Belanda keturunan Turki telah berbaur dengan baik."
Ketegangan masih tinggi, dengan Erdogan pada Minggu memperingatkan bahwa Belanda akan "membayar konsekuensi" atas tindakannya.
Namun, Rutte mengatakan: "Demi kepentingan hubungan kami di Uni Eropa, dengan Turki, rasanya saat ini penting untuk berusaha dan meredam sejumlah peristiwa, tidak menambahnya."
"Tentu, jika Turki terus berbicara dengan cara yang menyakitkan tentang Belanda, kami harus mempertimbangkan langkah berikutnya," katanya sebagaimana dikutip dari Antara, Senin (13/3/2017).
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari