Menuju konten utama

Bapanas Kirim Cabai dari Sulsel ke Jakarta Guna Kendalikan Harga

Bapanas melakukan intervensi stabilisasi harga cabai melalui Fasilitas Distribusi Pangan (FDP) cabai dari sentra ke daerah defisit.

Bapanas Kirim Cabai dari Sulsel ke Jakarta Guna Kendalikan Harga
Pedagang cabai melayani pembeli di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (4/7/2022). ANTARA FOTO/Budi Prasetiyo/wsj.

tirto.id - Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) mengirim pasokan cabai dari Sulawesi Selatan (Sulsel) ke DKI Jakarta. Hal itu guna mengendalikan harga cabai yang sedang mahal di Ibu Kota.

Bapanas melakukan intervensi stabilisasi harga melalui Fasilitas Distribusi Pangan (FDP) cabai dari sentra ke daerah defisit. Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menuturkan intervensi ini guna memenuhi pasokan cabai di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

"Harga komoditas cabai yang mengalami kenaikan ini kita tekan dengan memfasilitasi pengangkutannya dari daerah-daerah yang masih berproduksi dan harganya relatif lebih rendah. Kami sudah identifikasi sentra cabai di luar Jawa seperti di Sulsel yang siap memasok ke wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya," kata Arief dikutip dari keterangannya, Selasa (7/11/2023).

Pada tahap awal, sebanyak 2,4 Ton (80 coly) cabai rawit merah (CRM) dikirim dari Petani CRM Sulawesi Selatan ke Jakarta pada Minggu (5/11/2023). Pengiriman logistik difasilitasi secara langsung oleh Bapanas.

Arief mengatakan harga komoditas cabai rawit merah mengalami lonjakan yang signifikan di beberapa titik. Berdasarkan informasi dari pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, harga cabai rawit merah rata-rata 70 ribu/kg, sedangkan harga di pasar tradisional/pengecer sekitar 80-90 ribu/kg. Bahkan di sejumlah daerah sudah tembus lebih dari Rp100 ribu per kilogram (kg).

Kenaikan harga cabai menurut Arief disebabkan oleh fenomena alam El Nino dan saat ini belum memasuki panen raya.

"Dalam kondisi seperti saat ini tentunya kami di Badan Pangan Nasional kembali mengingatkan para kepala daerah untuk saling membangun kerja sama antar daerah (KAD) sehingga cabai di wilayah sentra produksi dan harganya stabil dapat mendistribusikan cabai ke daerah defisit atau daerah dengan harga cabai yang tinggi," kata Arief.

Penguatan kerja sama antar daerah (KAD) ini selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo soal konektivitas. Dengan begitu, produksi pangan di daerah surplus terdistribusi ke daerah defisit secara merata untuk menjaga kestabilan harga.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa mengatakan setelah kedatangan cabai dari Sulsel, lembaganya bersinergi dengan Dinas KPKP DKI Jakarta, Dinas Perdagangan DKI Jakarta, Satgas Pangan, PD Pasar Jaya, IKAPPI dan PIKJ.

Kerja sama antarlembaga itu guna melakukan intervensi langsung di lima Pasar tradisional atau pengecer di beberapa wilayah di Jakarta.

"Kedatangan tahap awal cabai dari Sulsel ini dipasok ke lima pasar tradisional/pengecer yaitu Pasar Inpres Senen 1 ton, Pasar Serdang 300 kg, Pasar Jembatan Lima 500 kg, Pasar Kemayoran, 300 kg dan Pasar Cipete sebanyak 300 kg. Selanjutnya Badan Pangan Nasional akan terus memasok CRM ke pasar-pasar turunan sampai harga kembali normal," kata Ketut.

Ketut menuturkan distribusi pangan cabai rawit akan dilakukan setiap hari dan selektif mengingat ketersediaan produksi dan pasokan yang terbatas. Sedangkan Penetrasi ke pasar pengecer juga akan terus dilakukan ke pasar-pasar lainnya yang harganya tinggi atau pasar mitra pedagang PIKJ.

Baca juga artikel terkait HARGA CABAI MAHAL atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Gilang Ramadhan