tirto.id - Bandara Internasional Jawa Barat (BIJT) Kertajati saat ini memiliki 11 rute penerbangan. Namun, akhir-akhir ini sering terjadi pembatalan oleh maskapai sehingga hanya satu rute penerbangan yang beroperasi.
Penyebabnya karena tingkat okupansi penumpang rata-rata masih di bawah 30 persen.
Satu dari 11 rute yang masih bertahan yaitu Kertajati-Surabaya walaupun dioperasikan dengan keterisiannya di bawah 30 persen.
Pengamat penerbangan Alvin Lie menilai sepinya Bandara Kertajati di Jawa Barat disebabkan karena tak memiliki konsep yang jelas. Ia menambahkan sedari awal dibangun, bandara ini tak direncanakan dengan baik sehingga tidak heran bila peruntukan bandara ini seolah tak terarah.
"Lemahnya perencanaan itu berdampak pada konsep-konsepnya tidak jelas. Kertajati ini akan jadi bandara seperti apa. Bandara umum, spesialis, kargo atau carte," ucap Alvin saat dihubungi reporter Tirto pada Jumat (5/4/2019).
"Konsepnya saja tidak jelas gimana marketing-nya," tambah Alvin.
Alvin juga menyoroti perencanaan bandara yang kurang matang. Hal itu ia ketahui dari kurangnya kajian mendalam mengenai kebutuhan transportasi udara dalam jangkauannya. Di samping itu, hal-hal seperti berapa frekuensi, pola, dan tujuan orang-orang melakukan penerbangan di area itu, katanya, juga kerap tidak terjawab.
Alvin menambahkan dalam pembangunan suatu bandara terutama yang masih relatif baru, seharusnya pemerintah telah merencanakan apa yang ingin ditawarkan. Seperti adanya daya tarik industri, perdagangan, budaya, atau pertanian hingga perkebunan.
"Itu harus jelas. Sekarang belum jelas apa itu yang dijual dari daerah sana. Selama ini dipromosikan tapi gak cukup hanya bandaranya. Orang datang ke Kertajati harusnya ada kepentingan di sana jelas," ucap Alvin.
Karena itu, Alvin menilai sudah barang tentu masalah ini akan berdampak buruk bagi maskapai. Maskapai yang sudah susah payah menyediakan porsi rute penerbangan pun jadi sia-sia.
"Ini dampaknya ke airlines kalau tidak banyak penumpangnya ya tidak akan melakukan penerbangan atau tidak akan buka rute," ucap Alvin.
Ketika ditanya mengenai penjelasan pemerintah bahwa sepinya Kertajati disebabkan karena masalah akses, Alvin menilai hal itu bukan penentu utama.
Pada kasus Bandara Kualanamu, Sumatera Utara Alvin membenarkan aksesibilitas menjadi masalah bagi penumpang. Namun, untuk Kertajati, ia tidak yakin bila akses menjadi faktor sepinya bandara itu.
Alvin yakin, masalah sepinya bandara ini tak lain disebabkan karena perencanaannya sendiri yang bisa jadi meleset.
"Yang lebih penting gak hanya akses tapi daya tariknya. Kenapa orang mau datang ke Kertajati. Aksesibilitas dalam bandara kan hanya distribusi tapi seperti apa produk konsep yang ditawarkan belum jelas," ucap Alvin.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri