tirto.id - Suasana Alun-alun Kota Majalengka pada 3 Februari 2014 tampak riuh. Kala itu, Majalengka rupanya tengah kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau biasa dipanggil SBY beserta istrinya Ani Yudhoyono.
Presiden tampak ditemani sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, seperti Mari Elka Pangestu selaku Menteri Perdagangan, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa.
Kunjungan Presiden RI ke-6 siang itu tidak lain adalah untuk melihat rencana pembangunan megaproyek Bandara Kertajati yang diinisiasi oleh Pemprov Jabar. Nilai investasi Bandara Kertajati pada saat itu ditaksir sebesar Rp24,5 triliun.
“Insya Allah, nanti Bandara Internasional Kertajati ini menjadi salah satu bandara terbesar di Indonesia. BIJB (Bandara Internasional Jawa barat) ini akan menjadi kebanggaan warga Indonesia, warga Jawa Barat dan warga Majalengka,” tutur SBY.
Meski diinisiasi oleh Pemprov Jabar, akan tetap pemerintah pusat memiliki andil dalam pembangunan Bandara Kertajati ini. Bandara itu juga disuntik dengan dana APBN, terutama untuk pekerjaan sisi udara, seperti landas pacu, tempat parkir pesawat dan lainnya.
Dalam perjalanannya, membangun Bandara Kertajati tidaklah mudah. Meski Keputusan Menteri Perhubungan No. 34/2005 tentang penetapan lokasi Bandara Kertajati sudah keluar, pekerjaan sisi udara baru dikerjakan pada 2015.
Pembangunan Kertajati kemudian dilanjutkan di era Presiden Joko Widodo. Peletakan batu pertama Terminal Kertajati dilakukan di awal 2016. Selang dua tahun kemudian, bandara ini beroperasi, tepatnya pada 24 Mei 2018.
Total dana yang dihabiskan untuk pengembangan Bandara Kertajati mencapai Rp3,5 triliun dengan rincian pembangunan sisi udara sebesar Rp825 miliar, dan sisi darat sebesar Rp2,7 triliun, termasuk pembebasan lahannya.
Selain melayani penerbangan reguler, bandara dengan landas pacu sepanjang 2.500 meter ini juga bakal menjadi bandara embarkasi haji. Namun untuk dapat melayani penerbangan haji, landas pacu perlu diperpanjang terlebih dahulu menjadi 3.000 meter.
Kertajati Gantikan Karawang
Pembangunan bandara baru sudah pasti bukan hal yang mudah. Banyak faktor yang harus diperhatikan, mulai dari rencana tata ruang, keselamatan dan keamanan penerbangan, kondisi alam, pertumbuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
Indonesia sendiri memiliki peta jalan soal pengembangan bandara dalam jangka panjang. Hal tersebut tertuang di dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 69/2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional.
Di dalam Tatanan Kebandarudaraan Nasional itu, pemerintah sudah menentukan lokasi mana saja yang cocok untuk dibangun bandara. Namun dari sekian banyak lokasi tersebut, Kertajati tidak termasuk di dalamnya.
Dalam Tatanan Kebandarudaraan Nasional, terdapat empat lokasi di Jawa Barat yang akan dikembangkan untuk kepentingan transportasi udara, yakni Bandung, Cirebon, Pengandaran dan Karawang. Selain Karawang, tiga lokasi lainnya sudah dibangun bandara.
Jika mengacu dengan Tatanan Kebandarudaraan Nasional, maka Karawang menjadi lokasi pembangunan bandara selanjutnya. Posisinya pun dianggap cukup tepat karena bisa mengurai kepadatan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.
Namun, rencana membangun bandara di Karawang tidak terealisasi. Pemerintah justru lebih memilih membangun bandara di Majalengka. Alasannya, lokasi Majalengka dinilai strategis karena dapat memicu pusat pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Barat.
“Saya pikir Kertajati akan menjadi pusat pertumbuhan baru karena pusat pertumbuhan Jawa Barat selama ini hanya bertumpu di Bandung, Bekasi, Bogor dan Cirebon,” tutur Bambang Brodjonegoro, Kepala Bappenas dikutip dari Antara.
Lantas, seberapa besar potensi jumlah penumpang yang akan dilayani Bandara Kertajati ?
Jika melihat posisi Bandara Kertajati, potensi pangsa pasar yang bisa digarap terbilang besar, terutama warga yang berasal dari Cirebon, Indramayu, Kuningan dan Majalengka mengingat posisinya dekat dengan bandara. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, total jumlah penduduk Indramayu, Majalengka, Cirebon, dan Kuningan mencapai 6,36 juta jiwa.
“Kertajati itu cocok untuk warga dari Indramayu, Cirebon, Kuningan, dan Majalengka,” kata Bayu Sutanto, Ketua Penerbangan Berjadwal Indonesia National Air Carriers Association (Inaca) kepada Tirto.
Namun tidak menutup kemungkinan, potensi pangsa pasar yang bisa digarap lebih besar dari perkiraan INACA. Apalagi, Bandara Kertajati juga bakal dilengkapi dengan moda kereta api, jalan tol dan lain sebagainya.
Misalnya, pembangunan ruas tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) yang ditargetkan rampung pada 2019. Masyarakat juga bisa menggunakan tol Cikampek-Palimanan (Cipali) menuju Bandara Kertajati.
“Saya pikir masyarakat yang berada di sekitar Cikampek hingga Brebes bisa menjadi pangsa pasar buat Kertajati. Sekitar 10 juta penduduk potensinya,” tutur Gerry Soejatman, Konsultan Penerbangan CommunicAvia kepada Tirto.
Namun, Gerry berpendapat bahwa tidak menutup kemungkinan warga Bekasi, Karawang dan sekitarnya bakal memilih Kertajati dibandingkan dengan Soekarno-Hatta pada waktu-waktu tertentu. Pasalnya, akses menuju Soekarno-Hatta semakin hari semakin padat.
Imbasnya, waktu perjalanan yang dihabiskan semakin panjang. Sebaliknya, akses di wilayah barat lebih lancar seiring dengan kehadiran tol Cipali. Sebagai informasi, jarak Bekasi-Kertajati mencapai sekitar 160 km. Sementara Bekasi-Soekarno Hatta mencapai 51 km.
Kemudian, jarak Cikarang-Kertajati mencapai 140 km. Sementara jarak Cikarang-Soekarno Hatta mencapai 76 km. Adapun, jarak Karawang-Kertajati sepanjang 124 km, dan Karawang-Soekarno Hatta mencapai 94 km.
“Kawan saya ketika long weekend, dari Soekarno-Hatta sampai rumahnya di Bekasi sampai 6 jam. Kalau turun dari Bandara Husein atau Kertajati mungkin cukup 3 jam saja. Jadi bukan soal faktor jarak saja, kondisi kepadatannya itu juga memengaruhi,” ujar Gerry.
Di sisi lain, Bandara Kertajati tampaknya masih belum dapat melayani masyarakat secara luas, meskipun sudah diperbolehkan beroperasi pada 24 Mei 2018. Pada hari peresmian, bandara akan kedatangan dua penerbangan dari Bandung ke Kertajati, dan sebaliknya. Maskapai Garuda Indonesia dan Batik Air akan menjadi maskapai pertama yang mendarat di bandara ini.
“Saat ini belum ada [maskapai yang melayani]. Yang sedang proses dan mendekati final adalah Citilink untuk rute Kertajati-Surabaya, dan sebaliknya,” kata Sekretaris Perusahaan PT BIJB Arief Budiman kepada Tirto.
Sebelumnya, BIJB sempat mengungkapkan bahwa sejumlah maskapai sudah menjajaki untuk membuka rute dari dan ke Kertajati. Maskapai tersebut antara lain seperti Citilink, Sriwijaya, Lion Air, Batik Air dan Garuda Indonesia.
Tidak bisa dipungkiri, posisi Bandara Kertajati cukup strategis mengingat berada di tengah-tengah Jawa Barat. Potensi untuk menggarap lebih banyak penumpang terbuka lebar. Apalagi, daerah sekitar Kertajati juga berpotensi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Tantangan selanjutnya adalah meyakinkan maskapai untuk masuk. Kalau tidak, malah sia-sia.
Editor: Suhendra