Menuju konten utama

Bandara Alternatif Disiapkan Antisipasi Erupsi Gunung Agung

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga sudah menginstruksikan kepada operator bandara menyiapkan bandara alternatif untuk mengantisipasi dampak letusan Gunung Agung.

Bandara Alternatif Disiapkan Antisipasi Erupsi Gunung Agung
Calon penumpang pesawat mengamati jadwal penerbangan di kawasan Terminal Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Sabtu (23/9). ANTARA FOTO/Fikri Yusuf.

tirto.id - Sejak status awas diberlakukan pada 22 September 2017 lalu, sebanyak 10 bandara alternatif telah disiapkan guna mengantisipasi dampak erupsi Gunung Agung di Bali.

Direktur Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI/Airnav Indonesia) Novie Riyanto menyebutkan 10 bandara tersebut, di antaranya Bandara Juanda-Surabaya, Sultan Hasanuddin-Makassar, Bandara Lombok Praya, Adisoemarmo-Solo, Pattimura-Ambon, Blimbingsari-Banyuwangi, Sepinggan-Balikpapan, Bandara Kupang, Sam Ratulangi-Manado, dan Soekarno-Hatta Jakarta.

"Kami sebagai penyelenggara navigasi penerbangan, untuk kontigensi atau mitigasi sudah menyiapkan, salah satunya yaitu 10 bandara alternatif," kata Riyanto sebagaimana dikutip Antara, Selasa (26/9/2017).

Dia menjelaskan terkait manajemen untuk navigasi penerbangan telah berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Volcanic Ash Advisory Center (VAAC) di Darwin, Australia.

Saat ini, dituturkan Riyanto, kondisi masih sangat aman untuk penerbangan, termasuk di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga sudah menginstruksikan kepada operator bandara untuk menyiapkan bandara alternatif.

"Pertama kita siapkan bandara yang bisa untuk divert [pengalihan], kedua kita siapkan operasional bandara sampai 24 jam," katanya menjelaskan.

Sementara itu, PT Angkasa Pura I (Persero) menyatakan kesiapannya dalam mengantisipasi dampak erupsi Gunung Agung di Bali, yang beberapa hari lalu terdeteksi aktivitas magma yang terus naik ke permukaan melalui koordinasi dengan Pemerintah Daerah Bali, TNI AU Lanud Ngurah Rai, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, Perum LPPNPI Bali, dan Otoritas Bandar Udara Wilayah IV.

"Jika potensi terjadinya erupsi Gunung Agung makin tinggi dan kondisi mendesak, Bandara I Gusti Ngurah Rai akan menyiapkan sejumlah langkah mitigasi dampak," tuturnya.

"Langkah itu mencakup penyiapan posko tanggap darurat bencana di bandara, menyiapkan fasilitas dan penunjang seperti layanan hotline contact center, help desk maskapai untuk penumpang maskapai, media center untuk media massa, dan menyiapkan kendaraan bus atau roda empat untuk mengantar penumpang jika ingin mengganti rencana perjalanan via darat atau laut," kata Corporate Secretary PT Angkasa Pura I (Persero) Israwadi.

Bentuk kesiapan lainnya, lanjut Israwadi, adalah prosedur operasional standar Airport Disaster Management Plan (AMDP) yang disosialisasikan kepada anggota Airport Emergency Committee (AEC) yang terdiri dari pemangku kepentingan terkait seperti TNI, Perum LPPNPI, Kepolisian Daerah setempat, maskapai, imigrasi, karantina, dan ground handling.

"Sosialisasi ini memberitahukan mengenai tugas dan tanggung jawab agar apabila terjadi bencana, semua pihak sudah paham hal-hal apa saja yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak," paparnya.

Selanjutnya jika teridentifikasi muncul abu vulkanik, Bandara I Gusti Ngurah Rai akan ditutup dan penerbangan akan dialihkan ke bandara sekitar, seperti Bandara Juanda Surabaya yang dapat menampung 12 slot penerbangan, Bandara Internasional Lombok yang dapat menampung dua penerbangan, dan Bandara Adi Soemarmo Solo yang dapat menampung 30 slot penerbangan.

Baca juga artikel terkait GUNUNG AGUNG BALI atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari