tirto.id -
Hal itu disampaikan Ahmad Mukhlis Yusuf anggota Gugus Tugas Nasional Revolusi Mental dalam acara Training on Trainer (ToT) kepada volunteer Asian Para Games di Jakarta.
Dalam keterangan kepada media, Sabtu (15/9/2018), Mukhlis menyampaikan bahwa pada ajang Pra Games 2018 mendatang para volunteer bisa memahami kesamaan hak antara kaum difabel dan non difabel.
“Dengan mengetahui kesamaan hak ini, saya berharap para volunteer dapat memberikan pelayanan yang baik sehingga para atlet dan juga nantinya penonton dari kaum difabel dapat dengan mudah mengakses berbagai fasilitas dalam setiap venue pertandingan” jelasnya.
"Semangat melayani inilah yang harus didorong, dimiliki, dan diimplementasikan oleh para volunteer dalam Asian Para Games 2018” ungkap Mukhlis.
Dalam kegiatan ToT ini, Mukhlis juga memaparkan mengenai internalisasi nilai-nilai revolusi mental yakni integritas, etos kerja dan gotong royong. Internalisasi nilai-nilai revolusi mental dilakukan dengan memacu diri sendiri, masyarakat, serta atlet untuk lebih tertib dalam mengantri, lebih menjaga kebersihan lingkungan, panitia dapat lebih melayani, dan bersatu mensukseskan penyelenggaraan Asian Para Games 2018.
Kegiatan Trainning of Trainer (ToT) kepada tenaga pendamping (volunteer) diselenggarakan pada tanggal 12-14 September 2018 di Hotel Swissbell Mangga Besar, Jakarta dengan Kementerian Sosial sebagai penanggungjawab kegiatan. Acara ToT ini dihadiri oleh 300 volunteer.
Editor: Agung DH