Menuju konten utama

Arti Greenflation dan Apakah Beda dengan Greedflation?

Beda arti greenflation dan greedflation istilah yang populer usai debat keempat Pilpres 2024.

Arti Greenflation dan Apakah Beda dengan Greedflation?
Ilustrasi Inflasi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Perbedaan greenflation dan greedflation menjadi perbincangan publik usai debat keempat capres-cawapres Pilpres pada Minggu tanggal 21 Januari 2024. Lalu apa sebenarnya arti kedua istilah tersebut?

Istilah greenflation menjadi viral karena digunakan oleh cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka pada debat keempat. Pada segmen keempat debat keempat Gibran mengajukan pertanyaan kepada cawapres nomor urut 3, Mahfud MD tentang bagaimana cara mengatasi greenflation.

Pertanyaan itu sempat membuat suasana debat memanas karena moderator meminta Gibran menjelaskan apa arti dari istilah yang dia gunakan. Awalnya, Gibran mengatakan dia sengaja tidak menjelaskan maksud dari greenflation karena menurut dia Mahfud adalah seorang profesor yang pasti memahami apa itu greenflation.

Namun, moderator tetap meminta Gibran menjelaskan sesuai dengan aturan yang berlaku. Lalu, Gibran menjelaskan dengan singkat bahwa greenflation adalah inflasi hijau.

Setelah itu, Mahfud memaparkan bahwa untuk mengatasi inflasi hijau berkaitan dengan ekonomi hijau. Untuk menjawab persoalan itu, Mahfud menilai penting untuk membentuk kebijakan pada kecenderungan permasalahan yang ada.

Mahfud juga mengingatkan, kemajuan ekonomi selalu diukur oleh sejumlah hal salah satu di antaranya adalah emisi yang berkaitan langsung dengan ekonomi hijau.

Jawaban dari Mahfud itu tidak memuaskan Gibran karena dianggap tidak menjawab pertanyaan. Gibran lalu mencontohkan inflasi hijau yang dia maksud adalah demo rompi kuning yang terjadi di Paris. Menurut Gibran, transisi Indonesia menuju energi hijau itu harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

Mahfud selanjutnya diminta moderator untuk menanggapi Gibran. Mahfud mengatakan bahwa Gibran hanya mengarang dan mengaitkan dengan sesuatu yang tidak ada. Dia juga bilang, Gibran hanya menanyakan pertanyaan receh yang tidak layak untuk dijawab.

Apa Bedanya Greenflation dan Greedflation?

Menanggapi pembahasan greenflation pada debat keempat Pilpres 2024 yang tidak begitu tuntas itu. Pengamat politik yang juga Guru Besar Riset di Pusat Penelitian Politik LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Ikrar Nusa Bakti, mengatakan bahwa Gibran secara pribadi tidak memahami isu yang dia angkat.

Gibran menurut Ikrar tidak memahami arti mendasar dari greenflation. Contoh aksi rompi kuning di Paris yang Gibran sebutkan itu, Ikrar bilang bukanlah efek dari greenflation melainkan greedflation.

“Gibran itu sendiri itu tidak mengerti apa itu greenflation itu sendiri, karena penjelasan dia mengenai rompi kuning setiap hari Sabtu mogok di Paris, di dekat Istana itu ya, itu kebetulan saya lihat sendiri, saya enggak bisa lewat karena memang dijaga polisi ya,” ujar Ikrar dalam program Panggung Demokrasi Metro TV pada Senin (22/1/2024).

“... dan itu bukan gara-gara greenflation tapi greedflation. Jadi pemerintah itu dianggap greedy (tamak/serakah) memberikan pajak yang tinggi untuk sebuah bahan bakar yang harus dibeli oleh rakyat dengan harga yang tinggi,” lanjutnya.

“Sementara kalau greenflation itu kan bukan yang dijelaskan oleh Gibran, tapi misalnya perubahan misalnya dari tumbuh-tumbuhan yang harusnya buat makanan menjadi bahan bakar itu ada nilai yang naik, itu kemudian disebut dengan greenflation itu,” tambah Ikrar.

Octaviano Canuto dalam studinya berjudul Decarbonization and “Greenflation” yang dipublikasikan oleh Policy Center menyimpulkan bahwa mempercepat transisi menuju emisi karbon rendah atau nol-nol diperlukan untuk menjaga pemanasan global pada tingkat yang aman secara teori.

Hal ini kemungkinan akan membawa guncangan harga yang terkait dengan kenaikan harga logam, biaya energi, dan pajak karbon. Inilah yang disebut sebagai greenflation.

Sebuah publikasi dari Aranca berjudul Greenflation juga menjelaskan bahwa istilah greenflation digunakan untuk merujuk kondisi terjadinya kenaikan tajam pada harga bahan, mineral, dan lain sebagainya yang digunakan dalam memproduksi teknologi terbarukan. Greenflation merupakan inflasi yang disebabkan oleh pergerakan menuju ekonomi hijau.

Greenflation terjadi karena permintaan bahan baku ramah lingkungan seperti kendaraan listrik dan pembangkit listrik energi terbarukan terkonsentrasi dan melonjak naik, sehingga menciptakan harga-harga bahan baku menjadi semakin mahal dan menyebabkan inflasi di seluruh sektor perekonomian.

Sementara itu, menurut publikasi dari Shankar IAS Academy berjudul Greedflation, dijelaskan bahwa greedfaltion adalah eksploitasi inflasi oleh perusahaan untuk menciptakan keuntungan yang berlebihan. Artinya, inflasi yang dipicu oleh keserakahan perusahaan.

Dalam situasi inflasi normal, perusahaan memilih spiral upah-harga, dalam Greedflation perusahaan memilih spiral harga-laba. Spiral upah-harga adalah kondisi siklus di mana kenaikan upah menyebabkan kenaikan harga, yang mengakibatkan inflasi. Spiral harga laba memungkinkan perusahaan mengeksploitasi inflasi yang ada dengan menaikkan harga jauh lebih dari sekadar menutupi kenaikan biaya.

Hal ini digunakan untuk memaksimalkan margin keuntungan mereka yang, pada akhirnya, semakin memicu inflasi. Greedflation terjadi dalam dua scenario yaitu ketika kenaikan harga jauh melebihi kenaikan input dan atau ketika bisnis tidak menurunkan harga pasar bahkan ketika harga input turun.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2024 atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Politik
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Iswara N Raditya & Balqis Fallahnda