Menuju konten utama

Trisakti Bung Karno Disinggung Saat Debat, Apa Isi & Maksudnya?

Penjelasan mengenai arti dan sejarah Trisakti Bung Karno yang disinggung oleh Mahfud MD dalam debat keempat pada Minggu (21/1/2024).

Trisakti Bung Karno Disinggung Saat Debat, Apa Isi & Maksudnya?
Calon wakil presiden Mahfud MD saat Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024). Youtube/KPU RI

tirto.id - Cawapres nomor urut 3, Mahfud MD menyinggung Trisakti Bung Karno dalam debat keempat Pilpres 2024yang dihelat pada Minggu (21/1/2023) malam di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat. Lantas, apa maksud dari Trisakti Bung Karno?

Trisakti Bung Karno pertama kali disinggung oleh Mahfud MD saat menyampaikan visi misi pada segmen 1 debat. Mahfud pada kesempatan itu menyoroti tiga hal yang menurutnya akan menentukan masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bangsa Indonesia yaitu Tuhan, manusia, dan alam.

Di samping itu, Mahfud juga menambahkan beberapa konsep kearifan lokal yang bisa menjadi acuan penentu masa depan Indonesia, salah satu konsep kearifan lokal yang disebut oleh Mahfud adalah Trisakti.

Kemudian, pada segmen 5 Mahfud kembali menyinggung Trisakti Bung Karno ketika dia mengajukan pertanyaan kepada cawapres nomor urut 2 Giran Rakabuming Raka.

Mahfud menanyakan pendapat Gibran mengenai konsep kemandirian bangsa melalui gagasan Trisakti Bung Karno. Hal itu dikaitkan dengan komitmen ayahnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang pernah bertekad untuk tidak mengimpor beras. Komitmen ini disampaikan Jokowi saat debat dengan capres Prabowo pada Pilpres periode sebelumnya.

Menurut data yang dirujuk oleh Mahfud, impor kedelai saat ini mencapai 2 juta ton, susu 280 juta ton, gula pasir 4,7 juta ton, beras 2,8 juta ton, dan daging sapi 160 juta ton. Angka tersebut menurut Mahfud malah semakin meningkat.

Berdasarkan hal itu, Mahfud mempertanyakan posisi Gibran apabila menjadi wakil presiden tentang konsep Trisakti Bung Karno terkait dengan kemandirian bangsa.

"Oleh sebab itu, kemudian secara lebih mendasar, saya ingin menanyakan posisi mas Gibran dengan penuh hormat. Posisi anda sebagai wakil presiden. Bagaimana tentang konsep Trisakti Bung Karno terkait kemandirian ini?," tanya Mahfud.

Lalu, sebenarnya apa maksud dari Trisakti Bung Karno? Apa saja poin-poinnya, dan bagaimana pula sejarahnya?

Mengenal Konsep Trisakti yang Dicetuskan Presiden Soekarno

Presiden Soekarno pernah menggagas sebuah konsep kemandirian dan membangkitkan mental kejayaan Indonesia dengan nama Trisakti. Dalam Trisakti disebutkan sebuah bangsa merdeka dan berdaulat harus mempunyai tiga hal ini di dalamnya, yaitu berdaulat di bidang politik, berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) pada bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.

Gagasan mengenai Trisakti disampaikan Bung Karno pada pidato peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-20 pada 17 Agustus 1964. Latar belakangnya yaitu pengalaman terjadinya neokolonialisme-imperalisme (neoklim) di Indonesia yang berujung pada kemunculan tiga keadaan berikut:

  1. Kerusakan mental bangsa
  2. Sistem perekonomian yang menggantungkan pada bangsa asing
  3. Mental terjajah yang akhirnya menyingkirkan budaya dan semangat gotong royong sebagai modal sosial untuk meneguhkan solidaritas politik hingga ekonomi Indonesia.
Saat itu, misalnya, nekolim terjadi lewat bantuan ekonomi yang membuat ekonomi nasional bergantung sekali dengan negara donor. Tak hanya itu, kerjasama kebudayaan dan ilmu pengetahuan membuat budaya dan ilmu pengetahuan nasional berjalan di stagnan dan tidak berkembang.

Dari sinilah Bung Karno menggagas Trisakti. Ia tidak ingin bangsa Indonesia menjadi tamu di negeri sendiri. Kemandirian bangsa harus ditegakkan.

Mengutip majalah Swantara Nomor 12 (Maret 2015) yang diterbitkan Lemhanas, cara memahami Trisakti yakni dengan mengetahui ilmu pengetahuan modern dan memahami sejarah kebudayaan Indonesia secara bersamaan.

Maulwi Saelan, mantan pengawal Bung Karno, menyatakan pemikiran ini bisa membantu menyusun kekuatan pembangunan bangsa termasuk pembangunan karakter.

Dengan memahami sejarah kebudayaan bangsa akan diketahui arah perjalanan bangsa yang hendak dituju untuk mewujudkan kejayaan Indonesia. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi memang penting dan menjadi basis utama. Kendati demikian, pemahaman tentang sejarah bangsa turut menjadi landasan dalam menempuh perjalanan menuju cita-cita bangsa.

Menurut Bung Karno, unsur dalam Trisakti tidak bisa dipisahkan. Ketiganya harus dipenuhi bersamaan. Kedaulatan politik tidak terwujud bisa tidak mampu berdikari di bidang ekonomi. Begitu pula sebaliknya.

Mengutip Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah Vol.2 No.2 Juli - Desember 2020 yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Pengabdian pada Masyarakat dan Kerjasama (LP4MK) Prodi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Lubuklinggau, gagasan Trisakti sebenarnya perwujudan dari cerminan Bung Karno sebagai anak bangsa yang gelisah dan cemas saat itu melihat bangsanya mendapat hegemoni dari Amerika Serikat dan negara Barat. Di sisi lain, Bung Karno meyakini Indonesia adalah bangsa yang hebat.

Sayangnya, hegemoni Barat yang terlalu kuat telah berpengaruh pada beragam aspek kehidupan seperti politik, ekonomi dan budaya. Hegemoni merasuk pada tatanan nilai sampai tindakan. Untuk itulah Bung Karno menyampaikan Trisakti sebagai penegas atas identitas kebangsaan.

Baca juga artikel terkait DEBAT CAPRES 2024 atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Politik
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Balqis Fallahnda & Iswara N Raditya