tirto.id - Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo menuliskan tweet berbunyi "Ojo Adigang, Adigung, Adiguna" usai debat keempat Pemilu 2024. Apa arti dan maksudnya?
Capres (calon presiden) sekaligus eks Gubernur Jawa Tengah itu mengunggah sebuah postingan pada hari Minggu, 21 Januari 2023, pukul 10.53 WIB, via X atau Twitter.
Tweet Ganjar Pranowo dituliskan selepas acara debat cawapres kedua atau debat keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.
"Ojo Adigang, Adigung, Adiguna. Ada yang tau artinya?" tulis Ganjar.
Sontak, unggahannya langsung diramaikan warganet. Postingan Ganjar sudah dilihat lebih dari 2 juta kali dan mendapatkan like sebanyak 31 ribu hingga pukul 13.00 WIB, hari Senin (22/1/2024).
"Aja, bukan ojo. Boleh juga ditulis åjå. Karena "aja" itu aksara "nglegena", tidak pakai "taling tarung". Daulat berbahasa, masyarakat adat semakin kuat!" tutur komentar salah satu warganet dan langsung disambut Ganjar dengan jawaban "Makasih ya koreksi dan ilmunya".
"Menyombongkan kekuasaan, kekuatan & kepandaian yg dimiliki. Istilah kasarnya ya “congkak”," ucap pengguna lain, seolah mencoba untuk menjawab.
"Artinya merupakan suatu istilah yang ada dalam peribahasa Jawa yang secara umum memiliki arti menyombongkan kekuatan, kekuasaan, dan kepandaian yang dimiliki," sahut lainnya.
Arti Adigang Adigung Adiguna
Adigang Adigung Adiguna termasuk salah satu peribahasa dalam bahasa Jawa. Frasa ini terdiri dari 3 kata, yakni Adigang, Adigung, dan Adiguna.
Mereka juga mempunyai pengertian yang berbeda-beda hingga diperoleh satu makna atau sebuah pesan tersendiri. Dengan demikian, "Ojo Adigang, Adigung, Adiguna" berarti jangan melakukan 3 perbuatan tersebut.
Menurut pepeling, adigang adalah kekuatan. Adigung berarti kekuasaan. Sedangkan adiguna merupakan kepandaian.
Frasa berupa Adigang Adigung Adiguna dapat ditemukan dalam Serat Wulangreh karya Sri Sunan Pakubuwana IV Pupuh ke 3 (Sekar Gambuh) bait ke 4-10.
Bait 4 berbunyi sebagai berikut:
Ana pocapanipun
Adiguna adigang adigung
Pan adigang kidang adigung pan esthi
Adiguna ula iku
Telu pisan mati sampyoh
Pada baik ke-7, bunyinya sebagai berikut:
Adiguna puniku
Ngandelaken kapinteranipun
Samubarang kabisan dipundheweki
Sapa pinter kaya ingsun
Tuging prana nora injoh
Sementara bait ke-10 dituliskan:
Dene katelu iku
Si kidang suka ing patinipun
Pan si gajah alena patinereki
Si ula ing patinipun
Ngandelaken upase mandos
Nur Syam dalam "Adigang, Adigung, Adigun: Filsafat Hidup Orang Islam Jawa (Bagian Satu) menuturkan, adigang adalah rasa, pikiran, dan tindakan yang mengagungkan dirinya sendiri karena kekuatan yang dimiliki.
Orang yang adigang seolah mampu menguasai dunia lewat kekuatan. Ia akan merasa pasti menang dalam berbagai hal, baik secara fisik maupun yang lainnya.
"Ojo Adigang" mengusung pesan jangan sampai dimabukkan oleh kekuasaan, kedudukan, kekuatan, dan kewenangan.
Dalam Babad.id, orang yang meninggikan kekuasaan dianggap sedang tidak percaya diri. Ia menempatkan kekuasaan di atas dirinya. Oleh karena itu, manusia hendaknya jangan dikendalikan sebuah kesombongan.
Sementara adigung digambarkan sebagai perasaan, sikap, dan tindakan seseorang yang memiliki kekuasaan tiada tara.
Ia menganggap kekuasaan bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk menguasai dunia dan isinya. Kekuasaan sesunguhnya mempunyai batasan, tidak abadi, dan hanya bersifat sementara.
Kekayaan hendaknya dijadikan untuk fasilitas kehidupan, bukan dengan cara menyia-nyiakan dan mengejar ambisi.
Pesan lain adalah jangan terhasut kesombongan hingga terus-terusan mengumpulkan harta kekayaan.
Sementara adiguna menjadi ciri bagi orang yang tergila-gila oleh kepandaian, kecendekiaan, dan kecerdikan.
Hasrat untuk mengejar ilmu memang boleh. Akan tetapi, hendaknya tidak tinggi hati alias sombong. Alasannya, masih banyak orang yang lebih berpengalaman dan mempunyai pengetahuan yang lebih besar.
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra