tirto.id - Nama Armand Traore barangkali tidak banyak diingat pada masa sekarang. Sempat digadang-gadang sebagai wonderkid Arsenal di era Arsene Wenger, karier pesepakbola muslim asal Senegal ini justru anjlok di usia yang relatif muda.
Saat “disingkirkan” Wenger, Armand Traore sempat berbicara mengenai keinginannya bertaubat. Ia berharap untuk menyingkirkan “godaan sebagai pesepakbola profesional” dan mengembalikan kariernya ke jalan yang benar. Namun, ia gagal.
Lahir di Chatenay-Malaby, Perancis, tanggal 8 Oktober 1989, Armand Mouhamed Traore dibesarkan di keluarga muslim asal Senegal. Pada masa muda, pemain yang berposisi sebagai bek kiri ini sempat masuk tim junior Suresnes, Racing Paris, dan AS Monaco.
Bakat Armand Traore pun tercium oleh Wenger yang merekrutnya ke akademi Arsenal pada 1 Agustus 2005. Setahun berselang, ia meneken kontrak profesional pertamanya dan memenangkan debut pada 24 Oktober 2006 melawan West Bromwich Albion di Piala Liga Inggris.
Sang bocah ajaib menunjukkan bakat menjanjikan bersama tim cadangan Arsenal. Ia beberapa kali menampilkan permainan impresif, bahkan mencetak gol spektakular. Wenger sempat memberinya penampilan di tim utama The Gunners.
Musim 2006/2007, Armand Traore mulai menembus tim inti, bahkan masuk starting line-up. Ia menjadi bagian penting kampanye Piala FA dengan membantu Arsenal mengalahkan Liverpool dan Tottenham Hotspur, sebelum dibekuk Chelsea di final.
Keinginan Bertaubat
Armand Traore bertekad meningkatkan performa demi memikat Arsene Wenger. Namun, ia justru kena masalah di awal musim Premier League 2007/2008.
Si bocan Senegal ini kedapatan membawa senjata tajam saat menonton laga di Stadion White Hart Lane, markas rival abadi Arsenal, Tottenham Hotspur.
Ulah tak patut ini berbuah kecut. Wenger mulai jarang memberikan kesempatan bermain untuk bek yang sebetulnya amat berbakat ini. Bahkan, Armand Traore lantas lebih sering dipinjamkan ke klub lain.
Musim 2008/2009, Armand Traore "disekolahkan" ke Portsmouth dan tampil dalam 19 pertandingan Premier League. Musim berikutnya, ia menjajal Liga Italia Serie A sebagai pemain pinjaman Juventus dan punya 10 laga di sana.
Wenger mencoba memberikan kesempatan lagi kepada sang wonderkid sepulangnya dari Italia. Armand Traore pun berusaha memperbaiki sikap dan ingin bertobat atas segala ulahnya selama ini.
Dalam wawancara dengan The Guardian pada 2010, Armand Traore mengatakan ingin menghapus tato di tubuhnya dan membenahi gaya hidup demi mewujudkan mimpi menjadi pesepakbola papan atas.
“Sebagai muslim saya percaya bahwa kami harus memperhatikan tubuh. Ini adalah tubuh yang diberikan [Tuhan] kepada Anda,” ucap Armand Traore kepada The Guardian.
“Selama dua tahun pertama di Inggris saya menato tubuh. Satu di setiap pergelangan tangan dan sepasang sayap di punggung. Telinga saya ditindik. Saya pergi ke klub malam. Saya tidak ingin hal-hal seperti ini lagi dan saya berencana menghapus tato saya musim panas ini,” tambahnya.
Keinginan Armand Traore ternyata berbanding terbalik dengan kenyataan. Di Arsenal, penampilannya kerap angin-anginan. Kesabaran Arsene Wenger pun mulai habis.
Dituding Sebagai Aib
Tahun 2010/2011 adalah musim terakhir Armand Traore bersama The Gunners. Ia memainkan laga terakhir dengan jersey Arsenal saat kalah memalukan dari Manchester United di Old Trafford pada 28 Agustus 2011.
The Red Devils kala itu menggilas Arsenal dengan skor telak 8-2. Armand Traore bermain penuh namun menjadi salah satu lubang yang dengan gemilang dapat dimaksimalkan oleh Wayne Rooney dan kawan-kawan.
Dua hari setelah kekalahan telak yang terjadi di awal musim 2011/2012 itu, Armand Traore resmi meninggalkan Arsenal. Ia dilego ke tim promosi, Queens Park Rangers (QPR), dengan mahar 1,35 juta euro.
Kekalahan memalukan kontra MU yang membuatnya terdepak dari Arsenal terus menghantui perjalanan karier Armand Traore.
“Itu [kekalahan 8-2] adalah hari terburuk saya. Perasaan setelah pertandingan sangat buruk. Itu sangat buruk sehingga saya tidak bisa marah. Rasanya tidak bisa dipercaya, gila,” beber Traore kepada Express.
“Saya berharap saya bisa bermain satu pertandingan lagi untuk Arsenal, hanya untuk menunjukkan kepada orang-orang seperti apa saya sesungguhnya. Tetapi saya pikir tidak ada suporter atau pemain Arsenal yang akan melupakan pertandingan itu, tidak akan pernah. Itu memalukan,” sesalnya.
Armand Traore nampaknya belum serius bertaubat. Baru saja pindah dari Arsenal, ia sudah menuai masalah di klub barunya. Pelatih QPR saat itu, Neil Warnock, menilai Traore tidak profesional, bahkan menyebutnya sebagai aib.
Itu terjadi setelah ia diusir keluar lapangan oleh wasit saat QPR menjamu Aston Villa di pekan ke-6 Premier League 2011/2012 dan membuyarkan kemenangan yang sudah di depan mata. Skor imbang 1-1.
“Saya hanya berpikir dia [Traore] itu aib. Saya akan mendenda dia sebanyak mungkin. Saya berkata di depan mukanya, ‘Anda mengecewakan saya dan menjatuhkan mental tim’,” tukas Warnock kala itu, dikutip dari BBC.
Ekspektasi Terlanjur Basi
Neil Warnock ternyata masih memberikan tempat kepada Armand Traore di QPR. Traore bahkan menyumbang assist dalam duel bersejarah lawan Manchester City pada pengujung musim 2011/2012 kendati QPR nyaris terdegradasi.
Mulai menemukan gairah baru di QPR, yang kemudian cukup lama diperkuatnya hingga musim 2015/2016, Armand Traore lagi-lagi mengutarakan kehendak untuk bertaubat. Terlebih, ia baru saja menikah dan ingin membangun keluarga kecilnya.
Armand Traore mengakui bahwa selama ini ia belum bisa menjadi seorang muslim yang baik.
“Saya biasa berkata bahwa saya adalah muslim, tetapi saya tidak mengamalkan agama saya. Saya tidak melakukan hal yang benar," ungkap Armand Traore dalam wawancara dengan Express pada 2012.
"Saya berhenti menato tubuh, saya berhenti mencari wanita, ingin mapan, dan menikah. Saya sekarang menikahi Louise dan mempunyai anak berusia 18 bulan, bernama Hayyan,” lanjutnya.
“Sepak bola adalah karier yang sulit dijalani dengan agama saya karena godaan-godaannya. Anda tidak bisa sempurna, tetapi Anda harus membimbing diri Anda menjauhi godaan,” tambah Traore.
Namun, lagi-lagi janji bertaubat itu tidak dilaksanakannya, dan kali ini sudah benar-benar terlambat. Karier Armand Traore pelan tapi pasti semakin menukik, anjlok, dalam umur yang seharusnya usia emas.
Ekspektasi yang ia usung, dan digadang-gadang banyak orang, semakin basi. Selepas dari QPR pada akhir musim 2015/2016, Armand Traore tidak mampu menapak level yang lebih tinggi, bahkan kian menurun.
Nottingham Forest, Caykur Rizespor (klub Turki), dan Cardiff City adalah tiga klub semenjana yang sempat bersedia menampung Armand Traore selanjutnya. Saat ini, ia berstatus pesepakbola tanpa klub pada usia 30 tahun.
Penulis: Ikhsan Abdul Hakim
Editor: Iswara N Raditya