Menuju konten utama

Aprindo soal Minyak Goreng Kemasan Rp23.500/Liter: Untungnya Kecil

Aprindo mengklaim selama ini peretail hanya mengambil keuntungan sekitar 5%, termasuk biaya pengiriman ke sejumlah retail.

Aprindo soal Minyak Goreng Kemasan Rp23.500/Liter: Untungnya Kecil
Karyawan melayani pembeli minyak goreng kemasan di salah satu pusat perbelanjaan di Kudus, Jawa Tengah, Rabu (19/1/2022). ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/hp.

tirto.id - Harga minyak goreng kemasan di pasar retail tak lagi mengikuti harga eceran tertinggi (HET). Pada 15 Maret 2022, pemerintah mengumumkan kebijakan HET Rp14.000/liter hanya berlaku untuk minyak goreng curah yang disubsidi pemerintah, sedangkan migor kemasan disesuaikan mekanisme pasar.

Berdasarkan pantauan di salah satu pasar retail, di kawasan Jalan Sunda, Kota Bandung, minyak goreng kemasan dijual seharga Rp47.900/2 liter. Artinya per liter harganya Rp23.900. Harga ini jauh lebih tinggi dibandingkan HET yang sebelumnya ditetapkan Kementerian Perdagangan.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin menjelaskan, dengan adanya harga baru yang ditetapkan saat ini, maka konsumen tidak akan fokus untuk membeli minyak goreng kemasan di retail modern. Hal ini akan membuat stok migor akan selalu tersedia.

“Ini langkah yang benar, menghilangkan kondisi yang kemarin agak sedikit, selalu terjadi kekosongan. […] Minyak goreng itu sebenarnya gak kosong. Tapi peretail yang menjual harga di atas 14.000 ini yang barangnya sering kosong,” kata dia saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (17/3/2022).

Solihin mengatakan, selama ini stok ada. Tapi karena warga berlomba-lomba memburu minyak goreng di retail dengan harga jual Rp14.000 sesuai HET yang ditetapkan Kementerian Perdagangan sejak 19 Januari, maka stok yang tersedia selalu habis.

Ia pun mengklaim, meski harga saat ini jauh lebih tinggi, pengusaha retail tidak mengambil untung besar. Keuntungan dari penjualan minyak goreng hanya 5 persen. Solihin mengatakan, dari margin tersebut, 2,5 persen digunakan untuk biaya angkut dan distribusi ke berbagai toko retail di seluruh Indonesia.

“Untung, tapi ya dari dulu juga untungnya kecil, gak besar. Harga jual minyak yang ada di toko-toko retail, ambil untungnya gak pernah besar ya. Karena kami tahu minyak merupakan kebutuhan yang selalu menjadi kebutuhan pokok. Kalau saya bilang, ya relatif ya, kalau bisa saya bilang kisaran 5 persen. Itu, kan, ada biaya pengiriman dan lain sebagainya,” kata dia.

Selain itu, Solihin menjelaskan pihaknya akan mengamankan stok agar konsumen bisa membeli dengan harga yang wajar. Saat ini kuota yang diberikan oleh distributor sudah jauh lebih banyak dibandingkan pada awal kebijakan HET minyak goreng diberlakukan.

“Beberapa waktu lalu service level atau pemenuhan barang yang kita pesan itu awal hanya 6-11 persen minyak, artinya kalau saya pesen 1.000, cuma dapat 60 biji. Terus waktu berjalan mulai membaik 30 persen, sudah membaik ke 70 persen saat ini,” terang dia.

Baca juga artikel terkait MINYAK GORENG atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Abdul Aziz