tirto.id - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Yayasan Plan International Indonesia menandatangani Memorandum of Understanding (MOU) untuk mendukung perempuan muda di Indonesia. MOU itu akan membuka akses kaum muda untuk mendapatkan peluang wirausaha dan pembekalan keterampilan kerja.
Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia menjelaskan, selama 1 dekade terakhir, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan mengalami kemandekan. Beberapa penyebabnya mencangkup masalah pendidikan vokasi dan isu perlindungan perempuan dan anak. Karena itu, ia menargetkan 70 persen partisipan program ini adalah perempuan muda. Terutama mereka yang memiliki kemampuan ekonomi cukup rendah.
Dini juga berharap anak perempuan maupun perempuan muda memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal itu diwujudkan melalui penyediaan akses untuk pelatihan kejuruan yang dibutuhkan dunia kerja. Namun, sejauh ini, dunia kerja menjadi sasaran baru dari retail, hospitality, dan IT.
"Bisa kita lihat ya tanpa ada akses terhadap pelatihan dan kesempatan kerja, mereka mungkin tidak ada pilihan selain untuk menikah saja," ucap Dini.
Selain itu, Ronald Stefanus selaku program manager menuturkan, program ini akan menghadirkan pelatihan vokasi yang dapat diakses secara tatap muka maupun secara digital untuk pelatihan secara jarak jauh. Mereka yang telah mengikuti pelatihan kemudian akan menerima sertifikat.
Tidak hanya itu, Ronald juga mengungkapkan mereka yang telah melalui pelatihan memiliki kesempatan untuk mencicipi pemagangan dan mendapatkan pekerjaan. Hal itu dimungkinkan melalui kerja sama yang telah disepakati bersama dengan Apindo.
"Kerjasama ini merupakan dukungan dunia usaha untuk memberikan kesempatan kerja kaum muda dan perlindungan pekerja perempuan," ucap Hariyadi B. Sukamdani selaku Ketua Umum Apindo.
Program yang akan diusung oleh Yayasan Plan International Indonesia diberi nama “Mau Belajar Yayasan Plan International Indonesia”. Program ini juga diarahkan untuk mendukung target pembangunan berkelanjutan dari sisi pendidikan yang layak (SDGs no 4), kesetaraan gender (SDGs no 6) dan pekerjaan yang layak (SDGs no 8). Selain perempuan, program ini juga dibuka untuk para penyandang difabel.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Alexander Haryanto