Menuju konten utama

Apa itu Status NEET Gen Z yang Viral di Media Sosial?

Mengetahui arti status NEET Gen Z yang viral di media sosial. Simak dampak tingginya NEET di kalangan muda Indonesia.

Apa itu Status NEET Gen Z yang Viral di Media Sosial?
Sejumlah pencari kerja antre saat mengikuti Pameran Bursa Kerja di Depok Town Square, Kota Depok, Jawa Barat, Selasa (30/7/2024). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.

tirto.id - Pengguna media sosial belakangan dihebohkan dengan istilah viral yang menyebut bahwa banyak Gen Z saat ini dalam status NEET. Tapi tidak sedikit yang penasaran dan bertanya apa artinya?

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2024 sebanyak 20,31 persen Gen Z atau penduduk yang saat ini berusia 15 hingga 24 tahun berstatus NEET.

Seperti dilaporkan Antara, dalam 10 tahun terakhir, persentase NEET cenderung menurun. Tahun 2015, persentase NEET di Indonesia berada di angka 24,77 persen. Kemudian pada 2024, angkanya turun menjadi 20,31 persen.

Merujuk statistik organisasi perburuhan Internasional (ILOSTAT) yang dikutip BPS, pada tahun 2021 Indonesia menempati peringkat tertinggi NEET di ASEAN. Lalu, pada tahun 2022, Indonesia menjadi negara kedua dengan NEET tertinggi kedua di ASEAN.

Apa Arti Status NEET Gen Z?

Istilah NEET merupakan singkatan dari Not in Education, Employment, or Training (NEET) atau tidak dalam pendidikan, pekerjaan, maupun pelatihan. Istilah itu belakangan ini menjadi perbincangan hangat di kalangan Gen Z.

Fenomena ini viral di media sosial, menggambarkan kondisi kaum muda yang sedang mengalami masalah kompleks dengan dampak jangka panjang bagi individu maupun negara.

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menjelaskan bahwa kaum muda yang berada dalam pendidikan mencakup mereka yang mengikuti pendidikan paruh waktu atau penuh waktu, tetapi tidak termasuk mereka yang berada dalam pendidikan non-formal dan dalam kegiatan pendidikan yang berdurasi sangat singkat.

Pekerjaan didefinisikan menurut Pedoman OECD/ILO meliputi semua orang yang telah bekerja dengan bayaran setidaknya selama satu jam pada minggu referensi survei atau untuk sementara tidak bekerja.

Oleh karena itu, kaum muda NEET dapat berupa pengangguran atau tidak aktif dan tidak terlibat dalam pendidikan atau pelatihan. Kaum muda yang tidak memiliki pekerjaan maupun pendidikan atau pelatihan berisiko dikucilkan secara sosial, individu dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan dan tidak memiliki keterampilan untuk memperbaiki situasi ekonomi mereka.

Namun perlu diingat, NEET tidak selalu berarti karena malas atau tidak produktif. Ada beragam faktor yang menyebabkan seseorang menjadi NEET, mulai dari keterbatasan ekonomi, kurangnya akses pendidikan berkualitas, hingga ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki dengan kebutuhan pasar kerja. Beberapa bahkan terpaksa menjadi NEET karena harus merawat keluarga atau berjuang dengan masalah kesehatan mental.

Dampak Tingginya Status NEET di Kalangan Gen Z

Dampak NEET tidak hanya terbatas pada masalah ekonomi. Lebih dari itu, status ini juga dapat memicu masalah psikologis yang serius, seperti kecemasan, depresi, dan rasa tidak berdaya.

Anak muda yang merasa terpinggirkan dan tidak memiliki harapan akan masa depan yang lebih baik, sangat rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Hal ini menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus, di mana masalah ekonomi dan psikologis saling memperburuk kondisi satu sama lain.

Status NEET atau tidak dalam pendidikan, pekerjaan, maupun pelatihan, merupakan ancaman serius bagi masa depan generasi muda Indonesia. Mereka yang terjebak dalam status ini kehilangan kesempatan emas untuk mengembangkan potensi diri secara optimal. Akibatnya, mereka tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga berpotensi menghambat kemajuan perekonomian negara.

Jika krisis NEET tidak ditangani dengan serius, negara akan kehilangan potensi besar generasi muda. Mengatasi krisis NEET membutuhkan solusi komprehensif dan melibatkan berbagai pihak. Pemerintah perlu meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan vokasi, serta menciptakan lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan Gen Z.

Sektor swasta dapat berperan dengan membuka program magang dan pelatihan kerja. Pelatihan dinilai penting karena dapat meningkatkan keterampilan dan mempersiapkan kaum muda memasuki pasar kerja.

Pendidikan yang berkualitas akan membekali generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja. Singkatnya, pendidikan dan pelatihan merupakan kunci utama untuk keluar dari status NEET.

Selain itu, keluarga dan masyarakat memiliki peran penting dalam mencegah dan mengatasi fenomena NEET. Keluarga perlu memberikan dukungan kepada generasi muda untuk melanjutkan pendidikan atau mengikuti pelatihan. Masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang positif dan inklusif, serta memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk mengembangkan diri.

Baca juga artikel terkait VIRAL atau tulisan lainnya dari Astam Mulyana

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Astam Mulyana
Penulis: Astam Mulyana
Editor: Balqis Fallahnda & Dipna Videlia Putsanra