Menuju konten utama

Apa Itu Fenomena Oposisi Saturnus yang Hiasi Langit 21 Juli 2020

Apa itu Oposisi Saturnus yang terjadi pada 21 Juli 2020?

Apa Itu Fenomena Oposisi Saturnus yang Hiasi Langit 21 Juli 2020
Citra Saturnus dengan warna alami di angkasa, pertama kalinya Saturnus, bulan, cincin, Bumi, Venus dan Mars, terlihat jelas, dalam foto NASA yang diambil menggunakan pesawat ulang alik Cassini pada 19 Juli 2013 dan disiarkan 12 November 2013. Citra tersebut menangkap objek 404.880 mil di seberang Saturnus dan sistem cincin dalam, termasuk seluruh cincin Saturnus yang berada di cincin E, terluar kedua. Tim pencitraan Cassini memproses gambar dengan luas sudut 141 untuk mendapatkan citra panorama. ANTARA FOTO/NASA/JPL-Caltech/SSI/Handout via REUTERS/djo/17

tirto.id - Bulan Juli pada tahun 2020 ini langit akan dihiasi dengan sejumlah fenomena astronomi mulai dari gerhana hingga hujan meteor.

Terkait hal tersebut, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menerangkan, setidaknya ada 16 fenomena alam yang akan menghiasi langit di awal pertengahan 2020.

Beberapa di antaranya adalah Konjungsi Inferior Merkurius pada 1 Juli; menyusul kemudian Gerhana Bulan Penumbra, Konjungsi Bulan dan Jupiter, serta Konjungsi Bulan dan Saturnus pada rentang 5-7 Juli 2020.

Selain empat fenomena astronomi pada tanggal-tanggal awal bulan Juli tersebut, mulai pertengahan Juli masih ada 12 fenomena lagi yang siap mewarnai langit. Salah satunya Oposisi Saturnus yang jatuh pada tanggal 21 Juli 2020 waktu Indonesia.

Fenomena ini akan memperlihatkan bagaimana Saturnus, Bumi, dan Matahari berada pada satu garis lurus atau disebut oposisi Saturnus. Puncak oposisi dikabarkan akan terjadi pada 05.33 WIB dan dapat diamati dari wilayah Indonesia bagian barat selama Matahari belum terbit.

Apa itu Oposisi Saturnus?

Fenomena Oposisi Saturnus adalah fenomena saturnus berada pada titik terdekat dengan bumi. Oposisi sendiri merupakan salah satu istilah untuk menggambarkan posisi sebuah objek langit, yang mengutip dari laman In The Sky, sebuah objek langit beroposisi ketika berada pada titik terdekat yang berlawanan dengan posisi matahari di langit.

Posisi ini berarti membuat objek akan nampak paling tinggi di langit malam waktu setempat, serta objek tersebut akan terlihat hampir sepanjang malam.

Untuk objek yang orbitnya lebih jauh di sistem tata surya daripada Bumi -- hampir semua objek, kecuali Merkurius dan Venus -- posisi oposisi ini terjadi ketika objek tersebut terletak dalam satu garis lurus dengan Bumi dan Matahari. Dengan poisisi Bumi berada di tengahnya.

Akibatnya, posisi ini juga merupakan waktu ketika objek menuju titik terdekatnya dengan Bumi. Sehingga objek tersebut tampak besar dan paling terang di langit malam. Setidaknya, diprediksi akan ada 12 objek langit lain yang akan mencapai titik oposisinya.

Yang unik dari oposisi Saturnus, seperti dilansir dari Earthsky, adalah pemandangan langka dari cincin Saturnus yang lebih terang daripada planetnya sendiri. Orang-orang bisa mengamatinya dengan baik melalui teleskop, bagaimana cincin tersebut bisa terlihat lebih terang daripada planet sementara di hari biasa mereka sama terangnya.

Kebanyakan pengamat sepakat bahwa cincin terluar Saturnus terlihat lebih redup dibandingkan bagian dalamnya. Kemiringan cincin tersebut pada tahun ini kurang lebih 24 derajat.

Beberapa faktor bisa memengaruhi fenomena ini, namun, faktor utamanya adalah sesuatu yang disebut dengan “efek oposisi”. Ketika kita memunggungi matahari, benda di hadapan kita tentunya akan terlihat lebih terang karena terkena sinar matahari.

Bayangan apapun yang berasal dari objek padat itu (misalnya : batuan), tidak terlihat karena tersembunyi di belakang objek tersebut. Tanpa bayangan yang terlihat itulah, pemandangan yang tampak di hadapan kita memantulkan intensitas cahaya yang tinggi.

Sesuatu yang sama terjadi ketika kita melihat cincin Saturnus selama masa oposisi terjadi. Matahari yang bersinar melewati Bumi itu langsung mengenai cincin dari Saturnus,dan karena cahaya mereka tersembunyi dari pandangan kita, maka dari itu dia tampak bersinar sangat benderang, dibandingkan dengan planetnya itu sendiri.

Baca juga artikel terkait PLANET atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yulaika Ramadhani