tirto.id - Gelombang tinggi dan air pasang menghantam pesisir Manado, Sulawesi Utara pada Minggu (17/1/2021) dan menyebabkan banjir rob di sejumlah kawasan. Gelombang tinggi dan air pasang ini kabarnya akan berlangsung hingga 19 Januari 2021.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Bitung Daryatno mengatakan gelombang tinggi dan pasang air laut masih akan terjadi sehingga mengimbau warga setempat mewaspadai situasi tersebut.
"Masyarakat di wilayah pesisir Manado kami imbau untuk meningkatkan kewaspadaan dampak gelombang tinggi dan angin kencang serta terus memperhatikan informasi terkini dari BMKG," kata Daryatno seperti yang dikutip dari Antara.
Lebih lanjut menurut Daryanto, fenomena ombak besar dan angin kencang ini sebenarnya adalah hal biasa terjadi terutama pada puncak musim hujan.
Apa itu banjir rob?
Banjir rob sering terjadi di sejumlah wilayah pesisir di Indonesia, khususnya pada musim penghujan. Banjir rob adalah peristiwa meluapnya air laut ke daratan.
National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengklaim bahwa kenaikan permukaan air laut merupakan salah satu penyumbang peningkatan banjir rob. Selain itu, banjir rob juga dapat diakibatkan oleh sejumlah faktor seperti gelombang tinggi, hujan lebat, dan pembangunan di area pesisir.
Pada kasus banjir rob yang melanda pesisir Manado, Koordinator Operasional Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado, Ben Arther Molle menyebutkan situasi ini dipicu oleh peningkatan gelombang tinggi dan peningkatan kecepatan angin di musim penghujan.
"Berdasarkan data normal gelombang untuk bulan Desember, Januari dan Februari, rerata tinggi gelombang signifikan berkisar antara 1,25 - 2,50 meter," kata Ben.
Selain itu, kawasan terdampak banjir rob, seperti kawasan bisnis Manado Town Square dan Kawasan Megamas memiliki topografi yang cenderung rendah dan tidak ditanami mangrove atau bakau.
"Di kawasan itu juga ada reklamasi, topografi rendah dan tidak ada mangrove atau bakau. Hal seperti ini (banjir rob) akan terjadi di kawasan ini apabila terjadi angin kencang dengan tinggi gelombang signifikan," ujar Ben.
Dampak perubahan iklim
Meningkatnya permukaan air laut sering dikaitkan dengan isu perubahan iklim. Center of Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa meningkatnya suhu global merupakan akar dari perubahan iklim yang menyebabkan permukaan air laut meningkat.
Hal ini karena perubahan iklim menyebabkan perairan mulai menghangat dan meluas, serta menyebabkan gletser dan lapisan es di daratan mencair karena adanya peningkatan suhu.
Sejak 1880, rata-rata permukaan laut global telah meningkat delapan hingga sembilan inci.
"Pada tahun 2100, permukaan laut diperkirakan akan naik 12 hingga 60 inci lagi, tergantung pada kenaikan suhu global di masa depan," klaim CDC.
Banjir rob melanda sejumlah wilayah di Indonesia
Selain Manado, banjir rob kerap melanda sejumlah wilayah di Indonesia, khususnya wilayah di sekitar pesisir. Jakarta Utara misalnya. November 2020 lalu, Pelabuhan Sunda Kelapa tergenang banjir rob akibat tanggul yang jebol saat permukaan air laut meningkat.
Banjir rob juga sempat melanda Semarang pada 2019, saat itu, Jalur Pantura Kaligae Semarang dilanda banjir rob setinggi 70 centimeter akibat kebocoran pompa penyedotan air.
Banjir rob tidak hanya melumpuhkan kegiatan ekonomi sosial, tetapi juga berisiko pada kondisi kesehatan masyarakat.
Menurut CDC, sama seperti banjir di daratan, banjir peisisr dapat menyebabkan sejumlah penyakit seperti diare dan sakit perut akibat air yang terkontaminasi. Selain itu, risiko terburuk adalah korban jiwa akibat cedera serius atau tenggelam.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari