tirto.id - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menegaskan kesiapan pemerintah pusat dalam menyelenggarakan Ujian Nasional (UN) tahun ini, dilihat dari persiapan logistik jelang ujian nasional sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) 4 April 2016 mendatang, yang berjalan lancar.
"Persiapan logistik dan lain-lain berjalan lancar dan tahun ini kita menyelenggarakan ujian nasional berbasis komputer di banyak sekolah jadi jauh lebih banyak jangkauannya," kata Anies saat menghadiri acara “Kelas Inspirasi Sineas (KIS)” di Jakarta, Selasa, (28/3/2016).
Anies mengungkapkan bahwa terdapat sekitar sekitar 960.000 anak yang menggunakan ujian nasional berbasis komputer.
"Jadi, lebih banyak dari pada tes masuk perguruan tinggi, tes masuk perguruan tinggi sebanyak 600.000 anak itu saja masih belum menggunakan komputer, ini kita sudah menggunakan komputer untuk 960.000 anak. Dengan menggunakan komputer, kualitas soal insya Allah bisa ditingkatkan," imbuhnya.
Keunggulan UN dengan komputer, menurut Anies, terletak pada jenis jawaban dan soal yang jauh lebih bervariasi. Jika hanya memakai kertas, maka jenis soal dan jawabannya selalu pilihan ganda, sedangkan dengan komputer, variasinya dapat mencakup tulisan dan gambar.
"Jadi, alhamdulillah, persiapannya baik. Insya Allah pada hari Senin (4/4) berjalan dengan baik, mohon doanya," pungkasnya.
Ujian Nasional tahun ini tidak hanya diikuti oleh siswa-siswa di kota-kota besar saja, namun anak-anak dari suku pedalaman pun turut mengikutinya.
Hal ini ditunjukkan oleh tujuh anak orang rimba di wilayah Taman Nasional Bukit Duabelas, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi akan mengikuti Ujian Nasional (UN) tingkat sekolah menengah pertama (SMP) tahun 2016.
"Tujuh anak rimba yang akan mengikuti ujian nasional tingkat SMP yang akan dilaksanakan sekitar minggu ketiga bulan April 2016 itu yakni Budi, Bejujung, Besigar, Perbal, Besiar, Merangai dan Sekola yang usianya sekitar 17 tahun," kata Kordinator Unit Pendidikan Orang Rimba KKI Warsi Sasa di Jambi, Senin, (28/3/2016).
Namun dari tujuh anak orang rimba tersebut hanya empat orang yang sudah dipastikan mengikuti UN, sedangkan yang tiga anak belum dapat dipastikan. Mereka merupakan anak orang rimba yang tinggal di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas atau di kawasan Kedudung Muda di bawah pimpinan Temenggung "Grip".
Anak orang rimba yang mengikuti ujian nasional tersebut nantinya akan mendapat perlakuan khusus dari siswa lainnya, karena dari segi akademis anak orang rimba tersebut berbeda dengan anak lainnya. Perlakuan khusus tersebut, ujar Sasa, berupa pendampingan pada saat mereka mengerjakan soal-soal ujian nasional yang sudah dikoordinasikan kepada pihak sekolah.
"Mereka tentunya berbeda dengan siswa lainnya, mereka tidak menguasai semua mata pelajaran, jadi nanti akan ada pendampingan. Misalnya dalam soal itu ada bahasa yang sulit dipahami oleh mereka dan nantinya akan diterjemahkan ke bahasa orang rimba oleh pendamping itu," imbuhnya. (ANT)